- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Rembulan di Atas Hutan Kala


TS
yantosau
Rembulan di Atas Hutan Kala

Hutan Kala, begitu masyarakat desa menyebutnya, adalah tempat yang dikeramatkan sejak ratusan tahun lalu. Konon, hutan itu menyimpan rahasia tua yang tidak boleh dibuka. Banyak cerita tentang orang yang masuk dan tak pernah kembali. Tapi cerita yang paling terkenal adalah tentang “Penjaga Rembulan” — makhluk bermata perak yang muncul hanya saat bulan purnama tergantung tepat di atas kanopi pohon tertua di tengah hutan.
Orang-orang takut. Tapi tidak dengan Laras.
Laras, gadis berusia 17 tahun, adalah satu-satunya anak yang tidak percaya takhayul. Ia tumbuh bersama kakeknya yang juga dulu seorang penjelajah. Ibunya meninggal saat ia masih kecil, dan ayahnya tak diketahui keberadaannya. Yang ia punya hanya buku-buku tua tentang mitologi, peta-peta kuno, dan jurnal perjalanan kakek yang sebagian besar tidak selesai ditulis.
Satu malam, ketika Laras membaca jurnal kakeknya, ia menemukan halaman yang setengah robek bertuliskan:
> “Gerbang cahaya akan terbuka saat rembulan menggantung di atas Kala. Di sana, waktu tidak mengalir seperti biasa…”
Di bawahnya tergambar simbol aneh: lingkaran dengan tiga garis melingkar seperti angin topan.
Rasa penasaran itu tumbuh menjadi obsesi. Laras memutuskan untuk masuk ke Hutan Kala saat purnama berikutnya, melawan larangan warga dan peringatan kakeknya.
---
Purnama menggantung seperti mata besar di langit ketika Laras menyelinap keluar membawa kompas, buku catatan, dan senter. Jalan setapak menuju hutan sunyi, tapi angin malam seolah berbisik di antara daun-daun tinggi.
Setelah dua jam berjalan masuk, Laras sampai di sebuah pohon tua menjulang yang ukurannya luar biasa. Dedaunannya seperti jaring lebat yang memisahkan dunia bawah dan atas. Dan di sanalah… cahaya bulan menyelinap masuk, membentuk lingkaran sempurna di tanah.
Begitu Laras menginjakkan kaki ke dalam lingkaran itu, bumi bergetar ringan. Udara berubah — menjadi lebih tebal, dingin, dan diam.
Dari balik bayangan pohon, sesosok makhluk muncul. Tingginya dua meter, berkulit hitam kebiruan, matanya menyala perak. Tapi wajahnya tidak menyeramkan — justru seperti wajah manusia… dengan kesedihan abadi.
“Aku menunggumu, Laras,” ucap makhluk itu.
“Siapa kamu?” tanya Laras tergagap.
“Aku penjaga antara dunia. Ayahmu dulu melanggar batas dan terjebak di sini. Kini waktunya kau menebusnya.”
Dunia berputar. Laras merasa pingsan, tapi tidak jatuh. Matanya terbuka di tempat lain — dunia paralel, di mana waktu diam dan hutan menyala biru. Di sana, berdirilah seorang lelaki berpakaian lusuh… ayahnya.
“Ayah?” bisiknya.
Lelaki itu menoleh. Air matanya jatuh. “Kamu seperti ibumu…”
Ternyata ayah Laras dulu juga penasaran dan masuk ke Hutan Kala, tapi tersesat di dimensi yang berbeda. Ia tak bisa keluar tanpa bantuan darah keturunannya. Itulah kenapa Penjaga Rembulan memanggil Laras — hanya dia yang bisa membuka jalan keluar.
Tapi ada satu syarat: hanya satu yang boleh keluar. Jika Laras membawa ayahnya, maka ia akan terjebak di dalam dimensi itu selamanya.
Ayah Laras menolak. “Pulanglah. Hidupmu masih panjang.”
Namun Laras memeluk ayahnya, menatap sang Penjaga, dan berkata, “Ambil ingatanku, tapi biarkan dia pulang.”
Penjaga itu menyentuh dahinya. Dunia berputar kembali. Laras terbangun di pinggir Hutan Kala, dengan cahaya pagi menerpa wajahnya. Di sampingnya, duduk seorang lelaki asing — ayahnya — yang menatapnya dengan mata merah penuh haru.
Tapi Laras hanya tersenyum, lalu bertanya pelan, “Siapa kamu, Pak?”
Ia tak ingat. Tapi hatinya tenang.
Di langit, rembulan masih terlihat samar, seolah mengucapkan selamat tinggal.
---


intanasara memberi reputasi
1
34
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan