- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Lelaki Penjaga Waktu


TS
yantosau
Lelaki Penjaga Waktu

Di sudut kota yang selalu diselimuti kabut, berdiri sebuah toko tua dengan papan nama yang nyaris lepas dari gantungannya. Papan itu bertuliskan "Toko Jam Arloji & Perbaikan Waktu – Pak Dirga." Meski usang, toko itu masih dikunjungi oleh beberapa orang tua yang mengingat kejayaannya dahulu. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa toko ini menyimpan rahasia yang jauh lebih besar daripada sekadar menjual jam tangan.
Pak Dirga adalah lelaki berumur sekitar 70-an, berambut putih rapi, berkacamata tebal, dan selalu memakai rompi wol. Ia dikenal sebagai satu-satunya orang di kota yang bisa memperbaiki jam antik apa pun, bahkan jam yang telah mati selama puluhan tahun. Namun, rumor yang beredar mengatakan bahwa jam-jam yang diperbaikinya tidak hanya kembali berdetak, tapi juga membawa kembali sesuatu dari masa lalu.
Suatu malam, seorang pemuda bernama Arman datang ke toko itu. Ia membawa sebuah jam saku tua yang diwariskan dari kakeknya. Jam itu telah rusak bertahun-tahun dan berhenti tepat pukul 11:11 malam, di hari kakeknya meninggal dunia.
"Aku ingin jam ini kembali berdetak, Pak," kata Arman sambil meletakkannya di meja kayu yang penuh goresan waktu.
Pak Dirga menatap jam itu lama. Lalu, tanpa berkata sepatah kata pun, ia membuka kunci laci bawah, mengambil kunci perak kecil, dan mulai bekerja. Tangannya yang keriput bergerak dengan sangat presisi, seolah ia bukan hanya memperbaiki jam, tetapi merangkai kembali waktu yang hilang.
Setelah satu jam, jam saku itu berdetak pelan. Tapi yang mengejutkan Arman adalah ketika ia pulang dan membuka kembali jam itu di kamarnya — detak jam tiba-tiba menjadi cepat, lalu lambat, lalu berhenti... dan dunia di sekelilingnya berubah.
Ia tidak lagi berada di kamarnya, tapi di sebuah rumah tua yang ia kenali dari foto-foto lama. Di sana, duduklah seorang lelaki tua — kakeknya — yang sedang membaca koran sambil menyeruput kopi.
"Aku… kembali ke masa lalu?" gumam Arman tak percaya.
Kakeknya menatapnya, lalu tersenyum. "Sudah waktunya kamu tahu rahasia keluarga kita."
Selama beberapa menit yang terasa seperti seumur hidup, Arman dan kakeknya berbincang. Ia tahu bahwa keluarga mereka adalah penjaga waktu, yang menjaga agar keseimbangan masa lalu dan masa depan tidak rusak. Jam saku itu bukan sekadar pusaka, melainkan kunci menuju celah waktu yang hanya bisa dibuka oleh darah keturunan penjaga.
"Pak Dirga juga bagian dari penjaga?" tanya Arman.
Kakeknya mengangguk. "Dia guru terakhirku. Kini waktunya kamu belajar."
Setelah pertemuan itu, Arman mendapati dirinya kembali di kamarnya. Tapi kini, jam saku di tangannya berdetak dengan irama yang berbeda — seakan mengingatkan bahwa waktu bukan sekadar angka, melainkan memori, keputusan, dan takdir.
Arman kembali ke toko Pak Dirga keesokan harinya, tapi toko itu sudah tidak ada. Yang tersisa hanyalah bangunan kosong dengan debu yang menumpuk, seolah tidak pernah ada kehidupan di dalamnya selama puluhan tahun.
Di ambang pintu, tergeletak sepucuk surat.
> *"Arman, jika kamu membaca ini, maka kamu telah terpilih. Waktu kini ada di tanganmu. Gunakan dengan bijak. Jangan biarkan masa lalu menghantui, dan jangan biarkan masa depan membutakan. Jadilah penjaga yang adil, sebagaimana waktu seharusnya."*
>
> *– Dirga*
Sejak hari itu, Arman mengembara dari satu kota ke kota lain, membantu orang-orang yang kehilangan arah karena masa lalu, dan memberi mereka kesempatan memperbaiki waktu yang terlewat — bukan untuk mengubah sejarah, tetapi untuk memahami arti waktu: bahwa setiap detik yang kita miliki adalah anugerah yang harus dijaga.
---


intanasara memberi reputasi
1
43
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan