Kaskus

Entertainment

yantosauAvatar border
TS
yantosau
Rumah di Ujung Jalan Buntu
Rumah di Ujung Jalan Buntu

Di kota kecil bernama Limbara, ada satu jalan yang jarang dilewati orang: Jalan Mawar Buntu. Jalan itu tak seperti namanya. Tak ada satu pun bunga mawar di sana. Hanya deretan rumah tua yang sebagian besar kosong dan tertutup debu. Tapi di ujung jalan itu, berdiri satu rumah yang berbeda. Cat dindingnya masih utuh, jendelanya bersih, dan lampu terasnya selalu menyala setiap malam. Orang-orang menyebutnya "Rumah Satu".

Tak ada yang tahu siapa pemilik rumah itu. Setiap kali ditanya, warga hanya menjawab, “Rumah itu sudah ada sejak aku kecil. Tapi tak pernah kulihat siapa yang tinggal di dalamnya.” Namun ada satu rumor yang beredar turun-temurun: siapa pun yang mengetuk pintu rumah itu, hidupnya akan berubah selamanya.

Seorang remaja bernama Gilang mendengar cerita itu dari kakeknya. Gilang adalah anak tunggal dari keluarga sederhana. Ayahnya sudah lama meninggal, ibunya bekerja dari pagi sampai malam sebagai penjahit rumahan. Ia anak pendiam, lebih suka membaca buku di perpustakaan tua daripada bermain dengan teman-teman.

Suatu hari, Gilang mengalami kejadian aneh. Sepulang dari sekolah, ia merasa seperti diikuti. Ia menoleh, tapi jalan kosong. Begitu sampai di rumah, ia melihat ada secarik kertas terselip di bawah pintu. Isinya hanya satu kalimat:

*"Ketuklah pintu Rumah Satu, jika kau ingin tahu siapa dirimu sebenarnya."*

Awalnya Gilang mengabaikan. Tapi pesan itu muncul lagi esok harinya, dan hari berikutnya. Ia mulai merasa seolah ada sesuatu yang menunggu—bukan sekadar rasa penasaran, tapi panggilan yang tak bisa dijelaskan. Hingga malam minggu itu, ia memutuskan berjalan sendiri ke ujung Jalan Mawar Buntu.

Rumah Satu tampak tenang. Lampu teras menyala kuning hangat. Tak ada suara selain angin lembut yang menggesek dedaunan. Dengan tangan gemetar, Gilang mengetuk pintu tiga kali.

“Tok... Tok... Tok.”

Tak ada jawaban. Tapi pintu terbuka perlahan. Di dalam, tidak gelap. Ada lorong panjang dengan dinding kayu berukir. Lampu gantung menerangi setiap langkahnya. Ia melangkah masuk, dan pintu di belakangnya menutup sendiri.

Tiba-tiba, lorong itu berubah. Kini ia berada di dalam ruangan yang penuh dengan cermin besar. Tapi anehnya, setiap cermin tidak menampilkan dirinya—melainkan versi dirinya yang berbeda-beda: Gilang sebagai guru, sebagai pelukis, sebagai penulis, bahkan sebagai orang tua yang menangis.

Satu per satu cermin itu retak dan pecah, menyisakan satu cermin terakhir di ujung ruangan. Gilang menatapnya. Kali ini, bayangannya tidak asing. Itu dirinya sendiri—yang sebenarnya. Wajah yang tidak lelah, tidak takut, tidak ragu. Ia melihat dirinya berdiri tegak, dengan sorot mata tajam, seperti seseorang yang tahu tujuannya.

Tiba-tiba ruangan gelap. Gilang terbangun di depan pintu Rumah Satu, seolah baru saja pingsan. Tapi ia merasa berbeda. Ada sesuatu yang berubah dalam dirinya.

Sejak malam itu, Gilang mulai menulis. Ia menuangkan semua isi pikirannya dalam buku catatan. Kisah tentang rumah itu, tentang cermin, tentang dirinya yang ia temukan di sana. Ia kirimkan tulisan-tulisannya ke majalah lokal. Tanpa diduga, tulisannya viral. Ia mulai diundang ke acara, diwawancarai, dan akhirnya mendapat beasiswa ke universitas ternama sebagai penulis muda berbakat.

Tahun demi tahun berlalu, dan kisah tentang Rumah Satu perlahan menghilang dari pembicaraan warga. Namun suatu malam, seorang anak lain—pendiam, kesepian, penuh tanya—menerima secarik kertas di bawah pintunya:

*"Ketuklah pintu Rumah Satu, jika kau ingin tahu siapa dirimu sebenarnya."*

---
intanasaraAvatar border
intanasara memberi reputasi
1
62
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan