- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Wangi yang Tak Terlihat


TS
yantosau
Wangi yang Tak Terlihat

Di sebuah kota kecil yang terletak di kaki gunung, hiduplah seorang pria bernama Reza. Ia dikenal pendiam, jarang berbicara, dan bekerja di sebuah toko kecil yang menjual alat tulis serta pernak-pernik keperluan sekolah. Tak banyak yang tahu, di balik rutinitas membosankan itu, Reza memiliki sebuah rahasia besar: ia bisa mencium aroma emosi.
Bukan sekadar mencium bau biasa. Setiap emosi manusia memiliki wangi yang berbeda baginya. Rasa senang tercium seperti wangi melati segar di pagi hari. Kesedihan seperti bau tanah setelah hujan pertama. Ketakutan menyerupai aroma besi berkarat, dan kemarahan seperti asap terbakar dari kayu kering. Kemampuan ini bukan keinginannya. Ia terbangun dengan kemampuan itu sejak umur 12 tahun, tepat setelah kehilangan ibunya dalam kebakaran rumah yang tragis.
Selama bertahun-tahun, Reza menyembunyikan kemampuan itu. Ia tak ingin dianggap aneh, apalagi gila. Tapi kemampuan itu pula yang membuatnya sangat selektif terhadap orang-orang di sekitarnya. Ia tahu siapa yang berpura-pura, siapa yang tulus, dan siapa yang menyimpan dendam di balik senyumannya.
Sampai suatu hari, seorang wanita datang ke tokonya. Namanya Lira. Ia datang untuk membeli buku catatan dan pena, tapi yang membuat Reza terpaku bukan karena wajahnya atau suaranya, melainkan karena aroma yang menguar dari tubuhnya. Wangi itu... tak memiliki nama. Bukan seperti emosi mana pun yang pernah ia cium. Wangi itu seperti perpaduan antara lautan dan langit, damai namun dalam, seolah memanggilnya untuk tenggelam lebih jauh.
Hari demi hari, Lira mulai sering datang. Kadang hanya duduk membaca, kadang mengobrol singkat dengan Reza. Semakin lama, Reza mulai merasa nyaman, sebuah perasaan yang lama ia kubur. Tapi ada yang ganjil. Wangi dari Lira tak pernah berubah. Tak ada jejak emosi yang tercium dari dirinya—tidak senang, tidak sedih, tidak marah. Hampa, namun indah.
Karena rasa penasarannya, Reza mulai menyelidiki. Ia mencari tahu latar belakang Lira dari warga sekitar. Ia bertanya ke tetangga-tetangga, mencari akun media sosialnya, namun tak ada jejak digital Lira. Seolah ia muncul begitu saja.
Hingga suatu malam, saat Reza menutup toko, ia melihat Lira berdiri di seberang jalan. Ia tampak tersenyum, lalu berjalan menjauh menuju hutan kecil di pinggir kota. Reza mengikutinya, terpanggil oleh wangi tak bernama itu. Ia berjalan menyusuri hutan gelap, hingga sampai di sebuah taman tua yang terlupakan.
Di sana, Lira berdiri di depan sebuah pohon besar yang tampak seperti sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Ia berbalik, menatap Reza, dan berkata, “Akhirnya kau datang.”
“Apa maksudmu?” tanya Reza, gugup.
Lira menatapnya dalam, lalu menjawab pelan, “Kau adalah satu dari sedikit orang yang bisa mencium aroma jiwa. Kau mencium yang tak terlihat. Dan aku... bukan manusia biasa.”
Reza terdiam.
“Aku adalah penjaga batas antara dunia manusia dan dunia rasa. Ketika manusia terlalu larut dalam kebohongan emosi, ketika dunia menjadi penuh topeng, maka orang sepertimu dibutuhkan... untuk mengingatkan bahwa kejujuran itu wangi, dan kebohongan itu busuk.”
Lira kemudian menghilang. Yang tersisa hanyalah wanginya yang perlahan memudar seperti kabut pagi. Reza berdiri terpaku, tapi hatinya tenang. Untuk pertama kalinya, ia tahu bahwa kemampuannya adalah anugerah, bukan kutukan.
Sejak malam itu, toko Reza berubah. Ia mulai membuat parfum dari bunga-bunga langka, masing-masing diracik untuk menenangkan emosi manusia. Parfum yang bisa membuat orang merenung, memaafkan, mencintai, dan jujur. Orang-orang menyebut tokonya "Toko Wangi Jiwa".
Dan di setiap botol parfum, Reza menyisipkan sebaris kalimat kecil:
"Wangi yang jujur tak bisa disembunyikan, karena hati yang tulus akan selalu tercium, meski tanpa kata."


intanasara memberi reputasi
1
48
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan