Kaskus

Entertainment

yantosauAvatar border
TS
yantosau
Di Balik Jendela Tua
Di Balik Jendela Tua

Jendela tua itu sudah berderit sejak bertahun-tahun lalu. Cat putihnya mengelupas, menyisakan kayu kusen yang mulai lapuk dimakan usia. Di balik kaca buramnya, seorang perempuan tua bernama Mbah Ratri duduk setiap pagi, mengamati jalan kecil yang membelah desa Nyutran.

Tak banyak orang tahu, bahwa jendela itu menyimpan cerita lebih banyak dari yang bisa disampaikan oleh buku sejarah manapun. Bagi sebagian warga, Mbah Ratri adalah penjaga waktu—sosok yang tak pernah meninggalkan rumahnya, tak pernah melewatkan hari tanpa duduk di kursi rotan sambil memandangi kehidupan yang terus berjalan di luar sana.

Namun, pagi itu berbeda.

Langit tampak mendung, dan aroma hujan menggantung di udara. Anak-anak yang biasanya bermain kelereng di depan rumah Mbah Ratri, tampak ragu. Mereka saling berbisik, lalu satu di antara mereka, kecil dan berani, maju ke depan jendela.

"Mbok Ratri…?" panggilnya pelan.

Tak ada jawaban.

Anak itu menatap jendela lebih dekat. Di balik kaca, kursi rotan itu kosong. Gorden tipis tampak bergoyang, namun tak ada siluet tua yang biasa menjadi bagian dari pagi mereka.

Kabar pun menyebar cepat. Tetangga berdatangan. Pintu rumah itu—yang konon tidak pernah terbuka sejak tahun 1998—pelan-pelan didorong. Suara engsel berderit seperti meratap. Aroma kayu tua dan bunga kenanga menyambut siapa pun yang masuk.

Dan di sanalah mereka menemukannya—Mbah Ratri, terbaring di ranjang tua, matanya terpejam tenang. Di tangannya tergenggam foto usang seorang pria muda berpakaian seragam zaman penjajahan. Di meja kecil di sampingnya, sebuah surat tertulis tangan:

*"Untuk siapa pun yang membaca ini…
Aku telah menunggu cukup lama. Dia berjanji akan pulang sebelum senja terakhir tiba. Tapi senja terus datang dan dia tak pernah kembali. Maka kusimpan jendela ini terbuka, agar suatu hari dia bisa melihatku menunggunya, dan tahu bahwa aku belum lupa. Sekarang, aku ingin beristirahat. Bila kelak kalian jatuh cinta, tunggulah dengan hati yang lapang. Tapi jangan lupa hidup, karena hidup tetap berjalan, bahkan saat cinta menolak pulang."*

Semua orang terdiam. Tak ada air mata, hanya keheningan yang berat. Jendela tua itu kini terbuka lebar, seakan angin ingin membawa kisah Mbah Ratri ke seluruh penjuru desa. Hari itu, semua anak kecil, remaja, dan orang dewasa, belajar satu hal: bahwa cinta sejati tidak selalu tentang memiliki, tapi tentang ketulusan menunggu, bahkan saat yang ditunggu tak pernah kembali.

Sejak hari itu, jendela tua Mbah Ratri tidak pernah ditutup lagi. Dan setiap pagi, ada bunga kenanga yang diletakkan di depan rumahnya, sebagai simbol bahwa cinta, walau sunyi, tak pernah benar-benar mati.

---
glass69Avatar border
gemakhumainiAvatar border
bukhoriganAvatar border
bukhorigan dan 3 lainnya memberi reputasi
4
215
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan