Kaskus

Story

yantosauAvatar border
TS
yantosau
Langkah Terakhir di Kota Senyap
Langkah Terakhir di Kota Senyap

Malam itu, kota Senyap kembali menjadi dirinya yang biasa—sepi, dingin, dan seperti menyimpan rahasia dalam setiap sudut jalanannya. Lampu-lampu jalan berpendar redup, seolah enggan menerangi terlalu banyak. Angin meniup pelan, membawa serta aroma tanah basah dan sedikit bau logam yang entah dari mana asalnya.

Raka berdiri di bawah halte tua yang catnya mulai mengelupas. Jaket hitamnya sudah basah di bahu, dan rokok yang menyala di tangannya nyaris tinggal abu. Ia menunggu sesuatu. Atau seseorang.

Sudah lima tahun sejak ia meninggalkan kota ini. Terlalu banyak kenangan yang ingin ia kubur di sini, termasuk satu nama yang dulu terus mengisi hari-harinya: Liris.

Liris, perempuan dengan mata seperti hujan sore hari. Tenang, namun menyimpan badai. Mereka tumbuh bersama, menyusun mimpi dari pecahan realita. Tapi hidup tak pernah lunak pada mimpi yang terlalu tinggi. Suatu malam, Liris pergi tanpa kabar, hanya menyisakan catatan kecil: “Aku harus menemukan diriku sendiri, sebelum aku kehilangan segalanya.”

Raka mencoba melupakan, berpindah kota, bekerja sebagai fotografer jalanan. Tapi setiap kali memotret wajah-wajah asing, ia selalu mencari pantulan Liris dalam mata mereka.

Kini, ia kembali. Bukan karena rindu, tapi karena mendapat kabar bahwa Liris terlihat di sebuah rumah tua di pinggiran kota Senyap. Rumah itu dulunya adalah rumah masa kecil mereka—tempat pertama kali Raka belajar mengikat tali sepatu dan Liris belajar membaca bintang.

Ia berjalan kaki ke rumah itu. Setiap langkah terasa berat. Jalanan kota yang dulu ia kenal seperti berubah bentuk, seperti menyambutnya dengan keasingan. Namun rumah tua itu tetap sama. Jendelanya pecah, pintunya dibiarkan terbuka, dan cahaya temaram lilin terlihat dari dalam.

Raka mengetuk pelan. Tidak ada jawaban. Ia mendorong pintu, dan aroma kayu lapuk bercampur wangi bunga melati menyambutnya. Di dalam, seorang perempuan duduk membelakanginya, memainkan piano tua berdebu. Lagu yang dimainkan familiar—lagu yang dulu mereka ciptakan bersama.

"Liris?" suara Raka terdengar patah.

Perempuan itu berhenti bermain, lalu menoleh. Mata itu, senyum itu—semuanya masih sama, tapi ada luka di baliknya yang tak pernah ada sebelumnya.

"Aku tahu kau akan datang," ujar Liris pelan.

"Mengapa kau pergi?" tanya Raka.

Liris berdiri, mendekatinya. "Karena aku tidak ingin menyeretmu ke dalam kehancuran yang belum aku mengerti. Dulu aku berpikir pergi adalah menyelamatkanmu."

"Dan sekarang?"

"Dan sekarang aku tahu, tidak ada yang bisa diselamatkan jika kita saling meninggalkan."

Mereka terdiam. Hujan turun lagi, kali ini lebih deras. Tapi Raka tidak merasa dingin. Ia menggenggam tangan Liris—tangan yang dulu terasa jauh, kini hangat kembali.

Di luar, kota Senyap masih menyembunyikan rahasia. Tapi di dalam rumah tua itu, dua jiwa yang terluka perlahan menemukan jalan pulang.
intanasaraAvatar border
intanasara memberi reputasi
1
23
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan