- Beranda
- Komunitas
- Komunitas Penggemar Cerita Horor
Penghuni Lantai Empat


TS
yantosau
Penghuni Lantai Empat

Aku baru saja pindah ke sebuah rumah susun tua di daerah pinggiran kota Jakarta. Gedung itu sudah berdiri sejak era 80-an, dan sebagian besar penghuninya adalah orang-orang lama yang tinggal di sana puluhan tahun. Aku mendapat unit di lantai empat—lantai paling atas. Harga sewanya murah, dan itu cukup bagiku yang baru saja lulus kuliah dan mulai bekerja.
Hari pertama cukup tenang. Lingkungan sekitar sepi, hanya sesekali terdengar suara anak-anak bermain di bawah. Tapi malam pertama... membuatku mulai bertanya-tanya.
Sekitar pukul dua dini hari, aku terbangun karena suara langkah kaki—**berat, pelan, dan teratur**—melintasi lorong di depan unitku. Aku berpikir mungkin itu tetangga yang baru pulang kerja malam. Tapi saat kulihat melalui lubang intip, lorong gelap dan kosong.
Keesokan paginya, aku menyapa ibu-ibu yang sedang menyapu halaman di bawah. “Bu, semalam ada yang lewat di lorong lantai empat jam dua pagi, ya?”
Ia menatapku sejenak, lalu bertanya balik, “Kamu tinggal di lantai empat?”
Aku mengangguk.
Ia diam, lalu hanya berkata pelan, “Jangan dibuka kalau ada yang ketuk pintu malam-malam.”
Aku tertawa kecil, mengira itu candaan. Tapi wajahnya tidak tersenyum. Ia melanjutkan, “Gedung ini dulu lima lantai, sebelum atapnya runtuh karena kebakaran. Lantai lima dihilangkan... tapi katanya, satu penghuni masih belum turun dari atas.”
Aku tidak menjawab. Kukira itu hanya cerita lama untuk menakuti anak baru.
Tapi malam berikutnya, suara langkah itu datang lagi. Kali ini lebih jelas, lebih dekat. Lalu... **tiga ketukan** di pintuku.
Tok... tok... tok.
Aku diam membatu. Tidak menjawab. Tidak bernapas. Lalu suara langkah menjauh, seakan melintas ke unit sebelah.
Besoknya, aku tanya ke satpam.
> “Pak, siapa yang tinggal di unit 408 sebelah saya?”
Satpam itu mengernyit. “Unit itu kosong, Mas. Sudah lama. Terakhir yang tinggal di situ... meninggal terbakar. Kebakaran tahun 2003.”
Aku merinding.
Mulai hari itu, setiap malam aku mendengar ketukan. Kadang hanya sekali. Kadang lebih dari tiga kali. Dan setiap kali itu terjadi, suhu di dalam kamar jadi dingin. Lampu kadang berkedip, dan terkadang... aku mencium bau gosong.
Aku sudah ingin pindah, tapi belum dapat tempat lain.
Suatu malam, aku menyalakan kamera ponsel dan mengarahkan ke lubang intip, berharap bisa merekam apa pun yang lewat. Dan saat kulihat hasil videonya... di layar kulihat sosok hitam berdiri diam di depan pintu. Tubuhnya gosong, rambutnya terbakar setengah, dan wajahnya... seakan meleleh.
Lalu video itu berhenti, dan kameraku mati.
Sejak malam itu, aku tidur dengan lampu menyala. Aku tidak pernah buka pintu bila ada yang mengetuk. Dan satu hal yang selalu aku ingat dari cerita ibu-ibu tadi:
“Jangan buka pintu... karena kalau kamu bukakan, dia akan masuk dan tinggal bersamamu.”


intanasara memberi reputasi
1
45
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan