yantosauAvatar border
TS
yantosau
Langit di Atas Belakang Rumah
Langit di Atas Belakang Rumah

Desa Kalemaya dikenal sebagai desa yang tenang dan damai, jauh dari hiruk pikuk kota. Namun tak banyak yang tahu, di ujung desa, ada sebuah rumah tua yang dibiarkan kosong puluhan tahun. Rumah itu dikenal dengan sebutan "Rumah Langit Terbalik." Konon, siapa pun yang melihat ke langit tepat dari halaman belakang rumah itu pada malam hari bulan gelap, akan melihat langit yang aneh — seperti berputar, kadang memerah, bahkan menunjukkan bayangan-bayangan tak dikenal.

Cerita ini bermula saat sekelompok mahasiswa arsitektur datang ke desa itu untuk tugas dokumentasi bangunan tua. Mereka adalah Dika, Lani, Arman, dan Sari. Mereka tertarik pada rumah tersebut karena keunikan arsitekturnya: atapnya seperti terbalik, menghadap ke tanah, dan bagian lantainya sedikit miring, membuat siapa pun merasa seperti akan tergelincir ke tengah rumah.

Mereka datang pagi hari, mendokumentasikan bagian luar rumah, mencatat detail ukiran jendela yang tampak khas era kolonial, dan mengecek struktur bangunannya. Saat sore menjelang, Dika, yang penasaran dengan cerita warga tentang “langit belakang rumah,” mengajak yang lain menginap semalam di sana.

“Ah, paling cuma cerita iseng warga desa biar rumah ini nggak dijarah,” kata Dika sambil tertawa.

Malam itu, sekitar pukul 11, mereka duduk di halaman belakang. Tak ada bulan, hanya langit gelap pekat. Lani menatap ke atas dan tiba-tiba berkata lirih,
“Langitnya... aneh...”

Mereka semua mendongak. Apa yang mereka lihat bukan langit biasa. Langit di atas halaman belakang rumah itu tampak seperti kolam hitam beriak, memantulkan wajah mereka sendiri — tapi bukan dengan ekspresi mereka saat ini. Wajah-wajah di langit itu tersenyum lebar, namun matanya menangis darah.

Mereka semua terdiam. Tiba-tiba, Sari menjerit dan menutup matanya. “Ada yang menatap aku… dari dalam langit!”

Dalam hitungan detik, suasana berubah. Udara mendadak dingin. Dari balik semak, terdengar suara langkah kaki — seperti banyak orang berjalan tanpa sepatu di atas tanah basah.

Arman berlari ke dalam rumah. Yang lain menyusul. Tapi saat mereka masuk, mereka merasa lantai rumah itu seperti bergerak. Lemari bergeser sendiri, cermin di dinding memantulkan bayangan yang tak sesuai dengan posisi tubuh mereka. Satu per satu mereka mulai mendengar suara-suara:

"Kamu telah melihat langitku... sekarang lihatlah dirimu."

Tiba-tiba lampu senter mati. Saat nyala kembali, hanya Dika yang tersisa di tengah ruang tamu. Teman-temannya menghilang. Di dinding rumah muncul tulisan merah:

“Langit hanya memantulkan yang tersembunyi. Kini kalian terpantul.”

Dika, panik, keluar dari rumah dan lari ke balai desa. Ketika warga kembali bersamanya ke rumah itu keesokan paginya, rumah itu terlihat berbeda. Lebih kecil, gelap, dan seluruh lantainya kini berlubang seperti kawah, seolah menyedot sesuatu dari dalam bumi. Tak ada jejak teman-temannya.

Sampai hari ini, hanya Dika yang selamat. Ia hidup dalam ketakutan, tidak bisa tidur tanpa lampu menyala, dan selalu memeriksa langit sebelum melangkah keluar rumah.

Desa Kalemaya kini memasang pagar di sekitar rumah itu. Tapi kadang, warga masih melihat siluet empat orang berdiri di halaman belakang rumah, menatap ke atas, ke langit yang tak pernah mereka mengerti.
intanasaraAvatar border
intanasara memberi reputasi
1
27
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan