- Beranda
- Komunitas
- Komunitas Penggemar Cerita Horor
Bayang di Pohon Beringin


TS
yantosau
Bayang di Pohon Beringin

Di sebuah desa terpencil di kaki Gunung Watu Laja, terdapat sebuah pohon beringin tua yang berdiri megah di tengah persimpangan jalan. Warga desa menyebutnya sebagai "Beringin Penunggu". Konon, siapa pun yang berani lewat di bawah pohon itu saat matahari sudah tenggelam, akan mendengar suara-suara aneh—ratapan, tawa perempuan, hingga suara langkah yang mengikuti dari belakang.
Mitos itu diwariskan turun-temurun. Orang tua selalu mengingatkan anak-anak mereka, “Kalau sudah maghrib, jangan lewat bawah beringin. Itu bukan tempat manusia.” Tapi seperti kebanyakan kisah mistik lainnya, selalu ada satu orang yang terlalu keras kepala untuk percaya.
Namanya Dion, pria berusia 28 tahun yang baru pulang merantau ke kota. Baginya, cerita tentang penunggu pohon hanyalah dongeng untuk menakuti anak-anak. Ia sering menyindir, “Kalau takut hantu terus, kapan majunya kampung ini?”
Suatu malam, karena acara keluarga yang molor, Dion pulang sendirian melewati jalan persimpangan itu. Ia sengaja berjalan lambat di bawah pohon beringin sebagai bentuk protes terhadap "ketakutan tak masuk akal" itu.
Ketika ia berada tepat di bawah naungan pohon, angin mendadak berhenti. Sunyi. Lalu, terdengar suara tawa lembut perempuan dari arah dahan atas. Dion menengadah. Tidak ada siapa-siapa.
Ia mempercepat langkah, tapi suara langkah lain mulai mengikuti, seirama. Saat berhenti, suara itu ikut berhenti. Dion menoleh. Kosong. Tapi hawa dingin mulai menyelimuti tengkuknya. Ia berlari, tidak berani lagi menoleh ke belakang.
Sesampainya di rumah, ia merasa tubuhnya berat. Demam tinggi menyerangnya malam itu. Di tengah demamnya, ia mengigau dengan suara perempuan, “Kenapa kau tak percaya… padaku?”
Ibu Dion yang panik memanggil tetua desa dan seorang dukun. Mereka langsung paham. Dukun itu membakar kemenyan dan memulai ritual. Menurutnya, penunggu beringin itu adalah arwah perempuan muda yang dulunya dikorbankan oleh nenek moyangnya untuk menenangkan gunung yang sering meletus. Arwah itu diberi gelar "Putri Penjaga Beringin".
Selama puluhan tahun, ia tidak pernah mengganggu, asal manusia menjaga batas. Tapi Dion melanggarnya—dan menantang.
Setelah ritual panjang dan permintaan maaf dari keluarga Dion, akhirnya demamnya turun. Tapi Dion tak lagi sama. Ia jadi pendiam. Pandangannya kosong. Kadang berbicara sendiri.
Suatu malam, ibunya mendengar Dion bicara lirih, “Dia cantik, Bu. Dia ajak aku tinggal di bawah beringin. Katanya di sana selalu sejuk dan tenang.”
Keesokan paginya, Dion menghilang.
Warga mencari ke seluruh desa, hingga akhirnya menemukan jejak kaki yang menuju ke pohon beringin. Tepat di bawah pohon itu, ada jejak seperti seseorang duduk bersila… lalu menghilang.
Sejak saat itu, warga semakin menjaga batas. Tak ada lagi yang berani menantang larangan tua. Di malam-malam sepi, beberapa orang mengaku melihat bayangan pria duduk di bawah pohon, berbicara dengan sosok perempuan berambut panjang yang melayang di antara dahan.
Dan angin, selalu membawa suara:
*“Jangan ajak manusia lain ke tempat ini, Dion…”*


intanasara memberi reputasi
1
16
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan