- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Beda Didikan, Beda Nasib: Cara Warga Indo vs Warga Barat Mendidik Anak


TS
millenie
Beda Didikan, Beda Nasib: Cara Warga Indo vs Warga Barat Mendidik Anak

SI Emak vs SI Momy
Kadang hidup ini ironis, ya.
Kita belajar “sayangi anak”, tapi yang kita dapat dulu malah “kalau nggak nurut, disayang rotan”.
Kita tumbuh dengan omongan “jangan banyak nanya”, tapi disuruh jadi anak yang “aktif dan cerdas”.
Dan akhirnya, pas kita udah gede, kita baru sadar...
Oh gitu toh rasanya jadi manusia yang dibentuk berdasarkan luka generasi.
Nah, kali ini kita bahas yang gak semua orang berani ngomongin langsung:
Perbedaan cara warga Indonesia dan warga Barat dalam mendidik anak.
Bukan buat nyinyir, tapi biar kita semua bisa ketawa... sambil ngerasa "anjir, gue juga pernah digituin."
1. Anak di Barat: "My Son." Anak di Indo: "Anak Gue!"
Di Barat, anak dianggap individu. Kayak, dia manusia kecil yang punya pikiran sendiri.
Di Indo?
“Anak gue suka-suka gue, dong.”
Pola pikir yang mirip kayak orang beli motor bekas dan ngerasa bebas ngoprek.
Bedanya, kalau motor rusak bisa dibenerin.
Kalau anak tumbuh dengan mental compang-camping?
Dia bakal nyebarin luka itu ke generasi selanjutnya.
📊 Studi dari Harvard (2021)bilang, anak-anak yang dihargai pendapatnya sejak kecil punya tingkat self-esteem 30% lebih tinggi saat dewasa.
2. Komunikasi: Di Barat Diajak Ngobrol, Di Indo Disuruh Ngerti Sendiri
Anak bule salah, diajak duduk, dijelasin. “Why did you do that, sweetheart?”
Anak Indo salah?
“Makanya, jangan bandel! Mau diapain sih kamu, ha?!”
Udah salah, gak ngerti kenapa salah, malah tambah takut.
Gak heran pas gede banyak yang:
Gak bisa bilang “nggak”
Gak bisa nego kerjaan
Dan tiap ditanya “kamu kenapa?” jawabnya pasti: “Gak papa, kok.”
Padahal dalam hati: “tolong gue lelah hidup.”
3. Hukuman: Di Sana “Time-Out”, Di Sini “Time-To-Mukul”
Di Barat, anak nakal disuruh duduk di pojokan. Dikasih waktu mikir.
Di Indo?
Pojokan jadi tempat ngumpet dari gantungan baju rotan.
Yang nyesek, kadang orang tua Indo ngasih tamparan kayak lagi ngewakilin semua masalah hidup: tagihan listrik, mertua nyinyir, bos rese.
📉 Journal of Child Psychology (2022) bilang, hukuman fisik memperbesar kemungkinan anak tumbuh agresif atau jadi penurut pasif yang nggak bisa lawan ketidakadilan.
Jadi kalau lo kenal orang yang diem aja digaslighting pacarnya, mungkin itu warisan parenting zaman dulu.
4. Emosi di Barat: Validasi. Di Indo: Invalidasi.
Anak bule bilang, “I’m scared.”
Ibunya jawab, “It’s okay to be scared, let’s talk about it.”
Anak Indo bilang takut?
“Ah, dasar penakut, masa cowok nangis!”
Anak cewek nangis?
“Udah, jangan lebay.”
Akhirnya?
Banyak anak Indo jadi dewasa yang gak bisa bedain antara marah dan kecewa.
Pokoknya yang dirasa itu cuma “bad mood” doang.
Padahal hatinya lagi jungkir balik.
5. Di Sana Diajarkan Batasan. Di Sini, Kamar Lo Aja Bisa Dimasukin Tanpa Ketuk
Privasi? Apa itu?
Anak Barat diajarin tentang consent dan boundaries dari kecil.
Anak Indo?
“Kamar lo kamar gue juga dong, kan gue yang bayar.”
HP dicek. Chat di-scroll. Foto ditanyain.
Dan kalau lo berani bilang, “Jangan dibuka dong, itu privasi,”
bisa auto dibilang "kok kamu jadi rahasia-rahasiaan sih sekarang?"
6. Ekspektasi: Di Sana “Be Happy”, Di Sini “Be Dokter”
Anak bule bisa milih passion. Suka melukis? Dukung. Suka main drum? Bikin band.
Anak Indo?
“Mau jadi apa? Pelukis? Emang bisa beli rumah dari lukisan?”
Jadi anak harus jadi dokter, atau minimal PNS.
Kalau jadi musisi? Baru boleh kalau udah viral dan masuk TV.
7. Konsep Sukses: Di Barat = Work-Life Balance. Di Indo = Bikin Grup WA Bangga
Warga Barat: kerja buat hidup.
Warga Indo: hidup buat kerja.
Dan kerja keras itu tujuannya buat “biar orang tua bangga.”
Padahal kadang mereka gak pernah bilang bangga...
Tapi cepet banget bilang, “Kamu sih gak kayak si A, tuh pinter.”
Tapi Jangan Salah, Orang Tua Kita Juga Korban
Yup.
Kita bukan mau nyalahin mereka. Mereka juga tumbuh dari didikan keras, dari zaman kelam yang mengajarkan bahwa disiplin = kekerasan, dan sayang = kontrol.
Tapi sekarang kita hidup di zaman yang lebih sadar.
Dan kalau kita ngerti ini, kita punya pilihan: lanjutin pola yang sama, atau jadi pemutus rantai luka.
Jadi, Gimana Harusnya?
Mulai dari hal kecil:
Dengerin anak ngomong
Bilang maaf kalau salah
Jangan paksa dia jadi versi lo yang gagal
Ajarkan emosi, bukan hanya logika
Boleh disiplin, tapi jangan pakai trauma
Parenting bukan soal gaya. Bukan Indo vs Barat. Tapi soal niat untuk bikin anak tumbuh dengan utuh.
Penutup yang Klise Tapi Ngena:
“Gak semua luka terlihat. Tapi semua luka bisa dicegah kalau kita punya cukup keberanian buat berubah.”
Kalau lo ngerasa artikel ini ada gunanya, atau bikin lo mikir,
bagiin ke temen lo, pasangan lo, atau siapapun yang mungkin bakal punya anak (atau udah punya).
Karena siapa tahu, satu share lo bisa nyelamatin satu generasi dari luka yang sama.






dfirmansyah dan 18 lainnya memberi reputasi
19
3.5K
30


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan