- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Cahaya dari Balik Dosa


TS
revolusi2022
Cahaya dari Balik Dosa

Di sebuah gang sempit yang lebih cocok disebut jalur tikus ketimbang jalan, tinggal seorang pria bernama Ujang. Pekerjaannya? Penjual sayur keliling. Wajahnya? Ya, kalau lo liat, pasti mikir ini orang hidupnya numpang di background. Tipikal wajah yang kalau masuk kamera CCTV pun disangka artefak. Tapi Ujang punya hati. Sayangnya, hidup nggak menilai dari hati, bro. Dunia lebih peduli lo naik mobil apa, bukan isi kepala atau isi dada.
Ujang tiap pagi dorong gerobak sayur, suara roda yang udah sumbang kaya kaset rusak jadi alarm buat ibu-ibu komplek yang hobi rebutan daun singkong. Tapi hidup Ujang berubah setelah dia ketemu Ratna—gadis penjual parfum yang cantiknya absurd, kayak karakter utama drama Korea, cuma versi lokal dan... buta.
Ratna ini bikin Ujang bego total. Kecantikan yang nggak bisa dia lihat, tapi bisa dia rasain. Tapi ya itu, karena Ratna nggak bisa lihat, Ujang manfaatin celah itu. Dia ngaku sebagai pengusaha sukses. “Gue sih jualan sayur buat hobi, mbak. Bisnis utama gue tuh ekspor-impor parfum organik dari Prancis,” katanya, dengan suara dibuat-buat biar terdengar kayak orang kaya yang tiap hari minum kopi luwak langsung dari dubur musangnya.
Setiap mau ketemu Ratna, Ujang manggil taksi online. Biar kesannya dia tuh ‘pengusaha mobil sibuk’ yang bawa sopir ke mana-mana. Padahal duit ojek online aja sering nyicil. Tapi demi Ratna, demi cintanya yang ngedapetin cahaya dari aroma melati dan jeruk nipis, dia rela.
Suatu hari, Ratna duduk di depan tokonya sambil ngeracik parfum pakai indera penciuman yang tajamnya ngalahin K-9. Dia bilang, “Kang Ujang... aku tuh sebenernya pengen banget bisa lihat. Dokter bilang, ada harapan. Tapi butuh operasi yang mahal. Katanya ratusan juta.”
Ujang diem. Otaknya ngefreeze. Dia tuh sayang banget sama Ratna. Jatuh cinta kayak anak SMP naksir guru BP. Tapi duit segitu? Lha, buat beli gerobak baru aja nabung dua tahun.
“Aku bakal cari duitnya, Ratna,” kata Ujang, sok gagah, sok heroik. Padahal dalam hati dia nyumpahin hidup. “Gue mesti jadi apa, tuyul?”
Lalu dia ke warung kopi belakang gang, nyari temennya, Aji. Si Aji ini mantan residivis. Pernah nginep gratis di hotel prodeo karena ngembat toko emas.
“Ji... lo masih bisa rampok, nggak?” tanya Ujang, dengan suara pelan tapi deg-degan.
“Yaa... bisa sih. Tapi lo yakin, Jang? Ini jalan cepat tapi ujungnya... bisa mampus.”
“Yang penting Ratna bisa lihat.”
Akhirnya mereka rampok toko kelontong yang katanya banyak duit tunai. Ujang pakai masker gambar kucing, karena katanya biar nggak kelihatan galak. Tapi ujung-ujungnya ketangkep juga karena waktu kabur, Ujang keseleo karena kepleset tahu bulat. Ketololan level dewa.
Tapi sebelum ditangkap, Ujang sempat nitipin uang ke sepupunya buat diserahin ke Ratna. Dia bilang, “Bilang aja dari orang yang janji bakal nolong dia. Jangan bilang dari gue.”
Ratna operasi. Matanya bisa lihat. Dunia jadi terang. Tapi pria yang dia cintai... hilang.
Beberapa tahun berlalu. Ujang keluar dari penjara. Kurus, dekil, jenggotan, tapi hatinya masih utuh. Dia jalan tanpa arah, sampai satu hari dia ngelewatin sebuah toko parfum dengan tulisan besar: “Ratna Fragrance – Wewangian yang Menyentuh Hati.”
Deg.
Ujang masuk, cuma mau lihat dari dekat. Tapi nasib bilang lain.
“Mau beli parfum, Mas?” tanya suara lembut tapi tegas.
Suara itu... suara yang pernah bikin Ujang mau jadi siapa aja, asal bisa dekat.
“Gue cuma liat-liat,” jawabnya.
Ratna bengong. Suara itu... familiar banget. Dia melotot.
“Ujang?!”
Ujang panik. Mukanya pucet, kayak ketauan nyolong gorengan di kondangan.
“Bukan... bukan gue,” katanya sambil mundur, kayak anak kecil nyalain petasan trus takut meledak.
“Ujang! Tunggu!” Ratna nyamperin, megang tangannya. “Ini kamu, kan? Kamu yang nolong aku dulu? Yang janjiin biaya operasi?”
Ujang diam. Matanya berkaca-kaca. Tapi dia nggak ngomong. Dia cuma senyum sedih dan bilang, “Gue nggak mau lo inget gue sebagai penjahat. Gue cuma mau lo inget... gue pernah tepati janji.”
Dia lari. Kayak jagoan sinetron, tapi versi compang-camping. Ratna nangis. Bukan karena sedih, tapi karena cinta ternyata bisa datang dari orang yang nggak sempurna, tapi rela melakukan hal paling gila demi dirinya.
Cinta nggak harus datang dari lelaki cakep, tajir, punya mobil, atau CEO startup. Kadang... cinta itu datang dari tukang sayur yang rela nyamar jadi pengusaha, rela naik taksi demi ilusi, rela jadi penjahat demi janji. Dan meski dunia mencibir, kadang cinta paling tulus... justru datang dari mereka yang dianggap paling hina.
Karena Ujang, si wajah biasa-biasa, udah buktiin... kalau cinta sejati tuh bukan sekadar kata-kata. Tapi tindakan. Meski tindakannya... agak kriminal.
Diubah oleh revolusi2022 16-04-2025 15:35






dauntogelinfo dan 2 lainnya memberi reputasi
3
73
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan