Di balik debur ombak dan bisikan angin Samudra Pasifik, tersembunyi sebuah kota kuno yang membingungkan dunia modern.
Nan Madol, reruntuhan peradaban megah yang berdiri di atas laut di pesisir Pulau Pohnpei, Mikronesia.
Bukan di atas daratan, melainkan di atas 92 pulau buatan, disusun dari batu-batu basalt raksasa yang beratnya mencapai 50 ton.
Batu-batu itu membentuk jalan air, dinding tinggi, dan struktur yang menyerupai istana.

Yang membuatnya menjadi misteri besar dalam sejarah manusia adalah bagaimana kota ini dibangun, dan oleh siapa.

Peradaban kuno yang membangun Nan Madol tidak meninggalkan catatan tertulis.
Tak ada alat berat, tak ada teknologi modern. Namun mereka mampu menyusun ribuan ton batu di tengah lautan.
Sebagian ilmuwan memperkirakan batu-batu itu harus dipindahkan dari gunung sejauh 40 km.
Pertanyaannya: bagaimana?

Legenda lokal bercerita tentang dua penyihir bersaudara, Olosohpa dan Olosihpa, yang datang dari tanah jauh.
Mereka membangun Nan Madol dengan kekuatan magis, memanggil batu-batu besar menggunakan mantra terbang, dan menjadikannya pusat kekuasaan spiritual.
Kota ini konon adalah gerbang antara dunia manusia dan dunia roh.

Namun seiring waktu, Nan Madol ditinggalkan.
Kota itu tidak memiliki sumber makanan, air, atau kehidupan alami.
Kini yang tersisa hanyalah keheningan dan aroma kutukan, membuat banyak penduduk lokal takut mendekat.

Para penjelajah modern melaporkan pengalaman aneh—kompas tak berfungsi, suara bisikan di telinga, bayangan samar di balik reruntuhan.
Sebagian percaya Nan Madol adalah sisa dari Atlantis versi Timur,
sebuah peradaban yang tenggelam karena kekuatan yang tak bisa dijelaskan.

Apakah ini hanya peninggalan masa lalu yang belum terbaca?
Atau sebuah teka-teki kuno yang memang ditakdirkan untuk tetap menjadi misteri?