Surat putih itu datang ke pintu rumahnya. Hugel kota kecil yang tenang, komunitasnya menyenangkan, wilayahnya dikelilingi pepohonan hijau asri; berbeda dengan wilayah lain Republik Schwarzwald dominan ditumbuhi barisan pohon tua berdaun musim gugur.

Isi surat itu ternyata dari Nihil. Temannya yang kini telah menduduki tahta sebagai Raja sah Rune-Midgard Ke-4. Sudah berapa tahun berlalu sejak dia aktif bekerja? Gunslinger ini sudah lupa itu telah lama sekali. Kisruh kebangkitan Satan Morroc, perebutan tahta yang terjadi di Kerajaan Rune-Midgard melibatkan Republik Schwarzwald dan Negara Kepausan Arunafeltz, lalu eksplorasi keretakan dimensi.

Kesediaannya ikut membantu mengalahkan Satan Morroc dalam pertempuran yang menentukan. Itu adalah keinginannya terakhir untuk menghilang dan dianggap mati. Untuk terakhir kali, sekali lagi bersama teman-temannya berjuang demi masa depan midgard.

Kopi hitam itu disuguhkan kepadanya oleh istrinya Lucretia. Ditemaninya suaminya itu duduk di halaman belakang rumah, mereka menikmati langit dan kesejukan kota ini. “Bersamamu itu adalah kebahagiaan untukku,” ucapnya yang dibalas senyuman oleh sang gunslinger sambil menyeruput kopi hitam hangatnya.

Dia mendengar banyak kabar mengerikan dan bencana yang berusaha dicegah. Akan tetapi sang gunslinger tetap diam dan bersikap mati tidak turut campur. Banyak pahlawan bermunculan seperti keinginannya. Walaupun tindakannya itu membuat banyak pahlawan muda itu berguguran untuk mencoba mencegah petaka.

Titan yang membunuh para Aesir-Vanir terlahir kembali menjadi pribadi yang lebih baik. Itu kalimat Nihil yang mendapatkan perhatian. Satan Morroc adalah salah satu contoh Jotun api yang bereinkarnasi dan tetap keji dirinya tahu benar itu. Terjadi hal berbeda membuat gunslinger memikirkan lagi tentang dunia.

Kastil Rune-Midgard Prontera. Terlihat megahnya tidak berubah hanya saja polesan pemeliharaannya terlihat sangat baik di matanya. Berjalan berdua bersama istrinya, dia hadir di pintu gerbang kastil yang dijaga oleh penjaga.

“Maaf, jika hanya petualang biasa anda tidak bisa lewat untuk masuk ke Kastil Prontera,” ujar penjaga itu pada mereka berdua.

Jadi sepertinya setelah penobatan raja yang baru, penjagaan lebih ekstra dan mulai muncul kesenjangan kasta-kasta di antara petualang yang lebih tajam terlihat.

“Bisa kalian sampaikan kepada Spica Nerius bahwa aku Lucretia Valentine dan Kiev Alastor, tiba di prontera dan ingin menemui Yang Mulia Raja Nihil M. Heine?”

Sepertinya setelah waktu berlalu orang-orang dilupakan. Orang-orang yang baru tidak mengenal mereka yang berjasa di masa lalu. Diperlakukan seperti petualang biasa tidak membuat Kiev risau. Hanya saja cara melihat penjaga itu padanya yang merasa aneh, bahwa pakaian yang dikenakannya tidak terlihat seperti gunslinger atau kelas rebellion.

“Birokrasinya tetap saja menyebalkan tidak berubah,” celetuk Lucretia pada Kiev. Bicara sambil berjalan mereka berdua menjauh dari gerbang kastil kerajaan menuju ke tengah alun-alun prontera tempat patung Odin dan Kuda Sleipnir berada.

“Tidak apa-apa, kita bisa berkeliling prontera menikmati hiruk pikuknya seperti dulu.”

Lucretia Valentine tersenyum mendengar ucapan suaminya itu. Mungkin mereka juga akan menyempatkan sedikit waktu untuk singgah di Gereja Katedral Prontera. Seseorang yang mereka berdua rindukan. Kakak Perempuannya, Paladin Gabriel Valentine.

Ramainya ibukota mengingatkan kedua pasangan itu dengan masa lalu mereka dahulu. Sempat berpisah dan kemudian bertemu kembali. Lalu mengamati para petualang pemula mengingatkan mereka berdua tentang perjalanan yang mereka lalui. Bersyukur pahit, getir, sudah terlewati.

Terlihat di sana ada kerumunan orang-orang yang sedang bersorak-sorai pada sekelompok orang. Kiev duga mereka adalah pahlawan muda di era ini. Disanjung, dihormati, memiliki banyak pengikut, menjadi selebritas yang menjadi pusat perhatian.

Ya, sekarang adalah Era Pahlawan.