- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Ketika Seorang Ibu Meminjam Uang Anaknya


TS
mangdana1984
Ketika Seorang Ibu Meminjam Uang Anaknya
“Anak itu bukan investasi, persiapkan masa tuamu, menabunglah jika tidak punya pensiunan. Jangan sampai setelah tua justru menyusahkan anak, sampai menantu yang anak orang pun disusahkan.”
Halimah membaca tulisan itu di HP, itu adalah ketikan Kilan menantunya yang baru upload status WA. Mata Halimah berkaca-kaca. Status itu pasti ditujukan untuknya. Karena wanita paruh baya itu baru mengirim pesan untuk Aldi anaknya. Yaitu minta uang untuk perbaikan motornya yang rusak.
Halimah adalah seorang janda umurnya sudah lima puluh tahun, anaknya dua, satu masih kuliah, satu lagi sudah menikah dan punya pekerjaan yang posisinya lumayan, Aldi seorang HRD di perusahaan retail.
Di usia yang sudah menjelang senja, Halimah terpaksa harus bekerja keras lagi, semenjak suaminya meninggal, Halimah bekerja sebagai ojek online. Wanita itu tak tahu harus bekerja apa, karena semenjak menikah tak pernah bekerja. Kini terpaksa bekerja karena kebutuhan, anak yang sudah bekerja pun tak bisa diharapkan.
Motornya memang rusak, dia tak punya uang, kemudian mengirim pesan untuk Aldi anaknya. Aldi langsung saja mengirimkan uang sebanyak satu setengah juta, karena motor itu rusaknya parah. Mesti bongkar mesin. Hal itu ternyata membuat menantunya tidak senang, sehingga membuat status WA seperti itu.
Halimah merasa tersinggung, karena semenjak anaknya berumah tangga, baru kali ini dia meminta uang. Dia tidak tahu mesti curhat ke mana, akhirnya dia buat status di akun Facebooknya.
“Sakit itu saat kita meminjam uang sama anak sendiri, menantu malah tidak senang, untuk minta lima puluh ribu pun aku tak bisa, terpaksa jadi ojol di usia senja,” begitu curhatan Ibu tersebut.
Halimah tidak menyangka, curhatannya jadi viral sejagat Maya, padahal pertemanan di FB nya pun tak sampai dua ratus, biasanya jika dia buat status, yang like paling satu dua orang. Tapi status kali ini ribuan likenya, dibagikan ribuan kali. Sampai akhirnya dibaca oleh Aldi, anaknya sendiri.
Pria berumur tiga puluh tahun itu murka, dia memarahi istrinya.
“Kurang apa aku sama kamu, baru segitu saja kamu sudah buat status segala, kamu beri uang sama ibumu apa aku pernah protes, dasar kamu,” katanya pada istrinya seraya menunjukkan status WA istrinya tersebut.
Kilan-istri Aldi tak terima, dia balik marah.
“Bang, aku berikan pada ibu ya, bukan ibu yang minta, gak seperti ibumu mengemis sama anak sendiri,” kata Kilan.
“Jaga mulutmu itu, Kilan,”
“Maaf, Bang, ini bukan lagi jaman dahulu, anak itu bukan investasi, kita juga butuh uang, motorku juga rusak itu sudah berasap,” Kilan tidak mau mangalah.
“Kilan!”
“Stop, Bang, kita sudah sepakati ini, kita bukan hanya mendidik anak, tapi juga mendidik orang tua,”
Aldi dan Kilan memang pasangan yang sama-sama bekerja, sebelum menikah memang mereka sudah sepakat, orang tua bukan tanggungjawab anak, anaklah yang jadi tanggung jawab orang tua. Kilan ini berpikiran terlalu maju. Dia juga bertekad tidak akan pernah minta uang pada anaknya kelak.
“Aku, Bang, sekiranya motorku rusak, dari pada minta sama anak, lebih baik motor itu yang kujual,” kata Kilan lagi.
Aldi terdiam, tak dapat lagi bicara, istrinya itu memang terkenal keras kepala. Malam itu suami istri itu tidur saling memunggungi, pertengkaran mereka bukan soal orang ketiga, tapi soal orang tua.
Kilan membuat status WA lagi...
“Untuk pertama kali kami bertengkar, bukan karena anak, bukan karena cemburu, tapi karena mertua,” begitu dia ketik di HP.
Lagi-lagi Halimah membaca tulisan tersebut. Wanita itu makin sakit hati dan merasa bersalah, dia tak ingin rumah tangga anaknya rusak karena dirinya. Pagi harinya Halimah menggadaikan motornya ke tukang gadai. Setelah uangnya dapat langsung dia antar ke rumah anaknya.
Saat dia tiba, Kilan dan Aldi lagi bersiap-siap berangkat kerja.
“Eh, Mak, belum siap rupanya motornya kok naik becak?” kata Aldi seraya salim.
“Ini uangmu, Aldi ,” kata wanita tersebut seraya memberikan uang satu setengah juta.
Aldi melongo, hatinya hancur lebur, dia tatap istrinya, Kilan malah buang muka.
“Motor mamak mana?” tanya Aldi lagi.
“Digadai,”
“Terus mamak kerja pakai apa?”
“Udahlah, ini uangnya,” kata ibu tersebut, seraya meletakkan uang tersebut dan langsung pergi.
Aldi mengejarnya, tapi Halimah sudah naik ke becak lagi.
“Pelajaran yang kita kasih manjur, Bang, ini awal yang baik,” kata Kilan.
Aldi tak bisa berkata-kata lagi, hatinya hancur lebur. Mereka akhirnya berangkat kerja, anak balita mereka dititip ke rumah titipan.
“Kita juga tak menyusahkan orang tua, Bang, lihat itu si Rehan, ibunya mereka buat sebagai baby sitter gratis, kita tidak, tapi jangan juga disusahkan,” kata Kilan saat mereka dalam perjalanan.
Aldi hanya diam, pikirannya berkecamuk, merasa bersalah sekali pada orang tua, tapi tidak mampu menghadapi istri.
Halimah membaca tulisan itu di HP, itu adalah ketikan Kilan menantunya yang baru upload status WA. Mata Halimah berkaca-kaca. Status itu pasti ditujukan untuknya. Karena wanita paruh baya itu baru mengirim pesan untuk Aldi anaknya. Yaitu minta uang untuk perbaikan motornya yang rusak.
Halimah adalah seorang janda umurnya sudah lima puluh tahun, anaknya dua, satu masih kuliah, satu lagi sudah menikah dan punya pekerjaan yang posisinya lumayan, Aldi seorang HRD di perusahaan retail.
Di usia yang sudah menjelang senja, Halimah terpaksa harus bekerja keras lagi, semenjak suaminya meninggal, Halimah bekerja sebagai ojek online. Wanita itu tak tahu harus bekerja apa, karena semenjak menikah tak pernah bekerja. Kini terpaksa bekerja karena kebutuhan, anak yang sudah bekerja pun tak bisa diharapkan.
Motornya memang rusak, dia tak punya uang, kemudian mengirim pesan untuk Aldi anaknya. Aldi langsung saja mengirimkan uang sebanyak satu setengah juta, karena motor itu rusaknya parah. Mesti bongkar mesin. Hal itu ternyata membuat menantunya tidak senang, sehingga membuat status WA seperti itu.
Halimah merasa tersinggung, karena semenjak anaknya berumah tangga, baru kali ini dia meminta uang. Dia tidak tahu mesti curhat ke mana, akhirnya dia buat status di akun Facebooknya.
“Sakit itu saat kita meminjam uang sama anak sendiri, menantu malah tidak senang, untuk minta lima puluh ribu pun aku tak bisa, terpaksa jadi ojol di usia senja,” begitu curhatan Ibu tersebut.
Halimah tidak menyangka, curhatannya jadi viral sejagat Maya, padahal pertemanan di FB nya pun tak sampai dua ratus, biasanya jika dia buat status, yang like paling satu dua orang. Tapi status kali ini ribuan likenya, dibagikan ribuan kali. Sampai akhirnya dibaca oleh Aldi, anaknya sendiri.
Pria berumur tiga puluh tahun itu murka, dia memarahi istrinya.
“Kurang apa aku sama kamu, baru segitu saja kamu sudah buat status segala, kamu beri uang sama ibumu apa aku pernah protes, dasar kamu,” katanya pada istrinya seraya menunjukkan status WA istrinya tersebut.
Kilan-istri Aldi tak terima, dia balik marah.
“Bang, aku berikan pada ibu ya, bukan ibu yang minta, gak seperti ibumu mengemis sama anak sendiri,” kata Kilan.
“Jaga mulutmu itu, Kilan,”
“Maaf, Bang, ini bukan lagi jaman dahulu, anak itu bukan investasi, kita juga butuh uang, motorku juga rusak itu sudah berasap,” Kilan tidak mau mangalah.
“Kilan!”
“Stop, Bang, kita sudah sepakati ini, kita bukan hanya mendidik anak, tapi juga mendidik orang tua,”
Aldi dan Kilan memang pasangan yang sama-sama bekerja, sebelum menikah memang mereka sudah sepakat, orang tua bukan tanggungjawab anak, anaklah yang jadi tanggung jawab orang tua. Kilan ini berpikiran terlalu maju. Dia juga bertekad tidak akan pernah minta uang pada anaknya kelak.
“Aku, Bang, sekiranya motorku rusak, dari pada minta sama anak, lebih baik motor itu yang kujual,” kata Kilan lagi.
Aldi terdiam, tak dapat lagi bicara, istrinya itu memang terkenal keras kepala. Malam itu suami istri itu tidur saling memunggungi, pertengkaran mereka bukan soal orang ketiga, tapi soal orang tua.
Kilan membuat status WA lagi...
“Untuk pertama kali kami bertengkar, bukan karena anak, bukan karena cemburu, tapi karena mertua,” begitu dia ketik di HP.
Lagi-lagi Halimah membaca tulisan tersebut. Wanita itu makin sakit hati dan merasa bersalah, dia tak ingin rumah tangga anaknya rusak karena dirinya. Pagi harinya Halimah menggadaikan motornya ke tukang gadai. Setelah uangnya dapat langsung dia antar ke rumah anaknya.
Saat dia tiba, Kilan dan Aldi lagi bersiap-siap berangkat kerja.
“Eh, Mak, belum siap rupanya motornya kok naik becak?” kata Aldi seraya salim.
“Ini uangmu, Aldi ,” kata wanita tersebut seraya memberikan uang satu setengah juta.
Aldi melongo, hatinya hancur lebur, dia tatap istrinya, Kilan malah buang muka.
“Motor mamak mana?” tanya Aldi lagi.
“Digadai,”
“Terus mamak kerja pakai apa?”
“Udahlah, ini uangnya,” kata ibu tersebut, seraya meletakkan uang tersebut dan langsung pergi.
Aldi mengejarnya, tapi Halimah sudah naik ke becak lagi.
“Pelajaran yang kita kasih manjur, Bang, ini awal yang baik,” kata Kilan.
Aldi tak bisa berkata-kata lagi, hatinya hancur lebur. Mereka akhirnya berangkat kerja, anak balita mereka dititip ke rumah titipan.
“Kita juga tak menyusahkan orang tua, Bang, lihat itu si Rehan, ibunya mereka buat sebagai baby sitter gratis, kita tidak, tapi jangan juga disusahkan,” kata Kilan saat mereka dalam perjalanan.
Aldi hanya diam, pikirannya berkecamuk, merasa bersalah sekali pada orang tua, tapi tidak mampu menghadapi istri.




bukhorigan dan servesiwi memberi reputasi
2
393
6


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan