- Beranda
- Komunitas
- Regional
- TULIS AJA KASKUS
TULIS AJA KASKUS: ENGKAULAH BULAN ENGKAULAH BINTANG.. MMM.. BEGITULAH?!


TS
junirullah
TULIS AJA KASKUS: ENGKAULAH BULAN ENGKAULAH BINTANG.. MMM.. BEGITULAH?!

Engkaulah Bulan Engkaulah Bintang ilustrasi oleh Junirullah
TULIS AJA KASKUS: Dari Romantisme Sebelum Pernikahan ke Kekerasan Setelahnya, Apa yang Salah?
Doeloe Sebelum Pernikahan Terjadi "Engkaulah Dik Bulan Engkaulah Dik Bintang" Setelah Pernikahan Berlaloe "Engkaulah Dik Hantam Muka Belakang". Berdasarkan hasil psikologi jika kalian mendapatkan seperti itu maka tinggalkan jauh-jauh saja sebelum berujung pada perkimpoian karena dalam hubungan keluarga bukanlah hanya semata-mata mengutamakan Libido alias Birahi dan Nafsu Syahwat Belaka, namun pernikahan itu sampai akhir hayat akan terus dibawa sampai manusia itu telah tiada dan itulah sejatinya pernikahan yang disebut dengan pernikahan sejati walau apapun terjadi dan itulah pilihan kamu sendiri yang menentukan masa depan kamu sendiri.
Dalam perjalanan hubungan, romantisme sering menjadi elemen utama yang membangun kedekatan antara pasangan. Frasa manis seperti “Engkaulah Bulan, Engkaulah Bintang” sering kali menjadi simbol perhatian dan kasih sayang. Namun, apa yang terjadi jika setelah pernikahan, ungkapan cinta ini berubah menjadi tindakan kasar seperti “Engkaulah Dik Hantam Muka Belakang”? Fenomena ini bukan hanya ironi dalam hubungan, tetapi juga alarm penting untuk dipahami.
Psikologi di Balik Perubahan Perilaku Pasangan
Menurut para ahli psikologi, perubahan drastis dalam hubungan sering kali disebabkan oleh ketidaksesuaian ekspektasi dan realitas setelah menikah. Sebelum pernikahan, pasangan cenderung menunjukkan sisi terbaiknya untuk menarik perhatian. Namun, setelah menikah, sisi asli dan konflik internal yang tidak terselesaikan sering kali muncul ke permukaan.
Dr. Maya Permatasari Ningsih Holang Sur Sangat, seorang psikolog keluarga, menjelaskan, "Pernikahan bukan hanya tentang cinta dan gairah, tetapi juga tentang komitmen, komunikasi, dan penghargaan satu sama lain. Jika salah satu pihak menunjukkan tanda-tanda kekerasan, baik fisik maupun verbal, itu adalah sinyal merah yang tidak boleh diabaikan."
Menghindari Pernikahan yang Berisiko
Kekerasan dalam hubungan, baik sebelum maupun setelah menikah, adalah masalah serius yang dapat berdampak pada kesehatan fisik dan mental. Jika pasangan mulai menunjukkan perilaku kasar, para ahli menyarankan untuk mengevaluasi kembali hubungan tersebut sebelum melangkah lebih jauh.
"Hubungan yang sehat adalah tentang saling mendukung, bukan saling menyakiti. Jangan pernah menganggap kekerasan sebagai bagian normal dari hubungan," tambah Dr. Maya Permatasari Ningsih Holang Sur Sangat.
Pernikahan Sejati: Lebih dari Sekadar Nafsu
Banyak pasangan memasuki pernikahan dengan dasar nafsu atau libido semata, tanpa memahami makna sejati dari komitmen seumur hidup. Padahal, pernikahan yang sejati adalah perjalanan bersama hingga akhir hayat, di mana cinta dan pengertian menjadi fondasinya.
"Keputusan untuk menikah adalah pilihan yang sangat pribadi, tetapi penting untuk memastikan bahwa hubungan dibangun di atas nilai-nilai yang kuat, seperti saling menghormati, mendukung, dan memahami," kata Dr. Maya Permatasari Ningsih Holang Sur Sangat.
Pesan untuk Generasi Muda
Pernikahan bukanlah sekadar langkah berikutnya dalam hubungan, tetapi sebuah komitmen yang memengaruhi masa depan kedua belah pihak. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda-tanda hubungan yang sehat dan menjauh dari hubungan yang berpotensi merusak.
Maka jika pasangan menunjukkan tanda-tanda kekerasan sebelum menikah, jangan ragu untuk mengambil langkah mundur. Hubungan yang sehat adalah kunci dari kebahagiaan jangka panjang, dan keputusan yang tepat hari ini dapat menyelamatkan masa depan Anda. Pernikahan sejati adalah tentang cinta yang bertahan meski dalam badai, bukan hubungan yang berubah menjadi penderitaan.
Dr. Maya Permatasari Ningsih Holang Sur Sangat menambahkan dalam sebuah penelitiannya bahwa: "Pernikahan Adalah Komitmen, Bukan Sekadar Gairah Sesaat". Pernikahan adalah salah satu keputusan terbesar dalam hidup seseorang. Namun, Dr. Maya Permatasari Ningsih Holang Sur Sangat, seorang psikolog keluarga, mengingatkan bahwa pernikahan bukan hanya tentang cinta dan gairah semata, melainkan tentang komitmen, komunikasi, dan penghargaan satu sama lain. Dalam wawancara eksklusif, beliau membahas berbagai tantangan yang sering dihadapi pasangan muda, mulai dari kekerasan dalam hubungan hingga perilaku yang dipicu oleh dorongan nafsu.
Fenomena Hubungan Berbasis Gairah: Sebuah Alarm Sosial
Dalam pengamatannya, Dr. Maya Permatasari Ningsih Holang Sur Sangat menyoroti fenomena perilaku muda-mudi yang terjebak dalam hubungan berisiko karena fokus pada hasrat semata. Ia menjelaskan bahwa tindakan seperti hubungan seksual di luar nikah sering kali berujung pada masalah serius, termasuk kehamilan yang tidak direncanakan.
"Hubungan yang dimulai dari nafsu birahi sering kali tidak memiliki landasan emosional dan spiritual yang kuat. Akibatnya, banyak pasangan muda yang menghadapi konsekuensi berat, seperti kehamilan di luar nikah, konflik keluarga, bahkan ditinggalkan oleh pasangan dalam kondisi hamil," ungkap Dr. Maya Permatasari Ningsih Holang Sur Sangat.
Dampak Sosial dan Psikologis
Kehamilan di luar nikah tidak hanya berdampak pada individu yang terlibat, tetapi juga mencoreng nama baik keluarga. Dalam banyak kasus, keluarga harus menghadapi tekanan sosial dari lingkungan sekitar akibat aib tersebut.
"Kehamilan tanpa ikatan pernikahan formal bukan hanya beban bagi individu, tetapi juga bagi keluarga secara keseluruhan. Hal ini menimbulkan trauma emosional dan sosial yang bisa bertahan lama," tambahnya.
Bahaya Paparan Konten Pornografi
Dr. Maya Permatasari Ningsih Holang Sur Sangat juga menyoroti pengaruh buruk dari paparan konten pornografi terhadap generasi muda. Menurutnya, paparan ini dapat memicu peningkatan hasrat seksual yang tidak terkendali dan berpotensi menjerumuskan seseorang ke dalam perilaku yang tidak bertanggung jawab.
"Pornografi menciptakan ekspektasi yang tidak realistis tentang hubungan dan meningkatkan risiko perilaku impulsif. Jika dorongan itu tidak dikelola dengan baik, hasilnya adalah tindakan yang merugikan diri sendiri dan orang lain," jelasnya.
Alternatif yang Sehat: Mengelola Dorongan Secara Bertanggung Jawab
Untuk menghindari tindakan yang tidak diinginkan, Dr. Maya Permatasari Ningsih Holang Sur Sangat menyarankan cara yang lebih sehat dalam mengelola dorongan seksual. Salah satunya adalah dengan mengalihkan energi ke aktivitas produktif atau, dalam situasi tertentu, melakukan onani atau masturbasi sebagai cara aman dan privat untuk mengatasi hasrat.
"Onani atau Masturbasi yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan di lingkungan pribadi adalah pilihan yang jauh lebih baik dibandingkan mengambil risiko yang dapat mencoreng nama baik keluarga atau melibatkan orang lain dalam tindakan tidak bertanggung jawab," ujarnya.
Membangun Hubungan yang Sehat
Sebagai penutup, Dr. Maya Permatasari Ningsih Holang Sur Sangat menekankan pentingnya pendidikan moral dan emosional bagi generasi muda untuk membangun hubungan yang sehat. Ia mengajak para orang tua, pendidik, dan masyarakat untuk bekerja sama dalam memberikan pemahaman yang benar tentang cinta, komitmen, dan hubungan yang bertanggung jawab.
"Pernikahan sejati adalah tentang perjalanan bersama, saling mendukung, dan memahami, bukan sekadar gairah sesaat. Keputusan yang bijak hari ini adalah investasi untuk kebahagiaan masa depan," tutupnya.
Dengan pendidikan yang tepat dan pemahaman yang baik, generasi muda diharapkan dapat menghindari jebakan hubungan berisiko dan membangun masa depan yang lebih cerah.
Penulis Junirullah
Doeloe Sebelum Pernikahan Terjadi "Engkaulah Dik Bulan Engkaulah Dik Bintang" Setelah Pernikahan Berlaloe "Engkaulah Dik Hantam Muka Belakang". Berdasarkan hasil psikologi jika kalian mendapatkan seperti itu maka tinggalkan jauh-jauh saja sebelum berujung pada perkimpoian karena dalam hubungan keluarga bukanlah hanya semata-mata mengutamakan Libido alias Birahi dan Nafsu Syahwat Belaka, namun pernikahan itu sampai akhir hayat akan terus dibawa sampai manusia itu telah tiada dan itulah sejatinya pernikahan yang disebut dengan pernikahan sejati walau apapun terjadi dan itulah pilihan kamu sendiri yang menentukan masa depan kamu sendiri.
Dalam perjalanan hubungan, romantisme sering menjadi elemen utama yang membangun kedekatan antara pasangan. Frasa manis seperti “Engkaulah Bulan, Engkaulah Bintang” sering kali menjadi simbol perhatian dan kasih sayang. Namun, apa yang terjadi jika setelah pernikahan, ungkapan cinta ini berubah menjadi tindakan kasar seperti “Engkaulah Dik Hantam Muka Belakang”? Fenomena ini bukan hanya ironi dalam hubungan, tetapi juga alarm penting untuk dipahami.
Psikologi di Balik Perubahan Perilaku Pasangan
Menurut para ahli psikologi, perubahan drastis dalam hubungan sering kali disebabkan oleh ketidaksesuaian ekspektasi dan realitas setelah menikah. Sebelum pernikahan, pasangan cenderung menunjukkan sisi terbaiknya untuk menarik perhatian. Namun, setelah menikah, sisi asli dan konflik internal yang tidak terselesaikan sering kali muncul ke permukaan.
Dr. Maya Permatasari Ningsih Holang Sur Sangat, seorang psikolog keluarga, menjelaskan, "Pernikahan bukan hanya tentang cinta dan gairah, tetapi juga tentang komitmen, komunikasi, dan penghargaan satu sama lain. Jika salah satu pihak menunjukkan tanda-tanda kekerasan, baik fisik maupun verbal, itu adalah sinyal merah yang tidak boleh diabaikan."
Menghindari Pernikahan yang Berisiko
Kekerasan dalam hubungan, baik sebelum maupun setelah menikah, adalah masalah serius yang dapat berdampak pada kesehatan fisik dan mental. Jika pasangan mulai menunjukkan perilaku kasar, para ahli menyarankan untuk mengevaluasi kembali hubungan tersebut sebelum melangkah lebih jauh.
"Hubungan yang sehat adalah tentang saling mendukung, bukan saling menyakiti. Jangan pernah menganggap kekerasan sebagai bagian normal dari hubungan," tambah Dr. Maya Permatasari Ningsih Holang Sur Sangat.
Pernikahan Sejati: Lebih dari Sekadar Nafsu
Banyak pasangan memasuki pernikahan dengan dasar nafsu atau libido semata, tanpa memahami makna sejati dari komitmen seumur hidup. Padahal, pernikahan yang sejati adalah perjalanan bersama hingga akhir hayat, di mana cinta dan pengertian menjadi fondasinya.
"Keputusan untuk menikah adalah pilihan yang sangat pribadi, tetapi penting untuk memastikan bahwa hubungan dibangun di atas nilai-nilai yang kuat, seperti saling menghormati, mendukung, dan memahami," kata Dr. Maya Permatasari Ningsih Holang Sur Sangat.
Pesan untuk Generasi Muda
Pernikahan bukanlah sekadar langkah berikutnya dalam hubungan, tetapi sebuah komitmen yang memengaruhi masa depan kedua belah pihak. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda-tanda hubungan yang sehat dan menjauh dari hubungan yang berpotensi merusak.
Maka jika pasangan menunjukkan tanda-tanda kekerasan sebelum menikah, jangan ragu untuk mengambil langkah mundur. Hubungan yang sehat adalah kunci dari kebahagiaan jangka panjang, dan keputusan yang tepat hari ini dapat menyelamatkan masa depan Anda. Pernikahan sejati adalah tentang cinta yang bertahan meski dalam badai, bukan hubungan yang berubah menjadi penderitaan.
Dr. Maya Permatasari Ningsih Holang Sur Sangat menambahkan dalam sebuah penelitiannya bahwa: "Pernikahan Adalah Komitmen, Bukan Sekadar Gairah Sesaat". Pernikahan adalah salah satu keputusan terbesar dalam hidup seseorang. Namun, Dr. Maya Permatasari Ningsih Holang Sur Sangat, seorang psikolog keluarga, mengingatkan bahwa pernikahan bukan hanya tentang cinta dan gairah semata, melainkan tentang komitmen, komunikasi, dan penghargaan satu sama lain. Dalam wawancara eksklusif, beliau membahas berbagai tantangan yang sering dihadapi pasangan muda, mulai dari kekerasan dalam hubungan hingga perilaku yang dipicu oleh dorongan nafsu.
Fenomena Hubungan Berbasis Gairah: Sebuah Alarm Sosial
Dalam pengamatannya, Dr. Maya Permatasari Ningsih Holang Sur Sangat menyoroti fenomena perilaku muda-mudi yang terjebak dalam hubungan berisiko karena fokus pada hasrat semata. Ia menjelaskan bahwa tindakan seperti hubungan seksual di luar nikah sering kali berujung pada masalah serius, termasuk kehamilan yang tidak direncanakan.
"Hubungan yang dimulai dari nafsu birahi sering kali tidak memiliki landasan emosional dan spiritual yang kuat. Akibatnya, banyak pasangan muda yang menghadapi konsekuensi berat, seperti kehamilan di luar nikah, konflik keluarga, bahkan ditinggalkan oleh pasangan dalam kondisi hamil," ungkap Dr. Maya Permatasari Ningsih Holang Sur Sangat.
Dampak Sosial dan Psikologis
Kehamilan di luar nikah tidak hanya berdampak pada individu yang terlibat, tetapi juga mencoreng nama baik keluarga. Dalam banyak kasus, keluarga harus menghadapi tekanan sosial dari lingkungan sekitar akibat aib tersebut.
"Kehamilan tanpa ikatan pernikahan formal bukan hanya beban bagi individu, tetapi juga bagi keluarga secara keseluruhan. Hal ini menimbulkan trauma emosional dan sosial yang bisa bertahan lama," tambahnya.
Bahaya Paparan Konten Pornografi
Dr. Maya Permatasari Ningsih Holang Sur Sangat juga menyoroti pengaruh buruk dari paparan konten pornografi terhadap generasi muda. Menurutnya, paparan ini dapat memicu peningkatan hasrat seksual yang tidak terkendali dan berpotensi menjerumuskan seseorang ke dalam perilaku yang tidak bertanggung jawab.
"Pornografi menciptakan ekspektasi yang tidak realistis tentang hubungan dan meningkatkan risiko perilaku impulsif. Jika dorongan itu tidak dikelola dengan baik, hasilnya adalah tindakan yang merugikan diri sendiri dan orang lain," jelasnya.
Alternatif yang Sehat: Mengelola Dorongan Secara Bertanggung Jawab
Untuk menghindari tindakan yang tidak diinginkan, Dr. Maya Permatasari Ningsih Holang Sur Sangat menyarankan cara yang lebih sehat dalam mengelola dorongan seksual. Salah satunya adalah dengan mengalihkan energi ke aktivitas produktif atau, dalam situasi tertentu, melakukan onani atau masturbasi sebagai cara aman dan privat untuk mengatasi hasrat.
"Onani atau Masturbasi yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan di lingkungan pribadi adalah pilihan yang jauh lebih baik dibandingkan mengambil risiko yang dapat mencoreng nama baik keluarga atau melibatkan orang lain dalam tindakan tidak bertanggung jawab," ujarnya.
Membangun Hubungan yang Sehat
Sebagai penutup, Dr. Maya Permatasari Ningsih Holang Sur Sangat menekankan pentingnya pendidikan moral dan emosional bagi generasi muda untuk membangun hubungan yang sehat. Ia mengajak para orang tua, pendidik, dan masyarakat untuk bekerja sama dalam memberikan pemahaman yang benar tentang cinta, komitmen, dan hubungan yang bertanggung jawab.
"Pernikahan sejati adalah tentang perjalanan bersama, saling mendukung, dan memahami, bukan sekadar gairah sesaat. Keputusan yang bijak hari ini adalah investasi untuk kebahagiaan masa depan," tutupnya.
Dengan pendidikan yang tepat dan pemahaman yang baik, generasi muda diharapkan dapat menghindari jebakan hubungan berisiko dan membangun masa depan yang lebih cerah.
Penulis Junirullah
0
7
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan