- Beranda
- Komunitas
- Hobby
- Coretan Abadi Group
Sistem Pendidikan Elit, Baca Buku Sulit


TS
zaitunbening
Sistem Pendidikan Elit, Baca Buku Sulit

"Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1.000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca." Awalnya saya mau menepis pernyataan dari UNESCO karena banyak pegiat literasi yang menggaungkan baca-tulis. Bahkan banyak komunitas-komunitas menyelenggarakan baca buku di tempat umum. Artinya minat baca masyarakat Indonesia tidak minim.
Lalu, beredar video Mas Gibran Rakabuming, wakil presiden (waktu itu belum dilantik) beliau menjadi narasumber di acara Pojok Baca, yang dimoderatori sama Mbak Najwa Shihab. Beliau diundang untuk bahas kegemaran baca buku, tapi dengan gampangnya beliau mengatakan "saya tidak suka baca buku, dan dari kecil jarang bersentuhan dengan buku." Saya kecewa dengan sikap beliau. Nonton videonya saja kecewa, bagaimana menjadi peserta diskusinya yang bela-belain meluangkan waktu untuk sekadar ngobrol buku.
Beberapa waktu kemudian, viral siswa SMP yang belum bisa membaca. Tidak sampai di situ, Ferry Irwandi menyatakan dalam orasinya, bahwa masih banyak siswa SMA yang masih terbata-bata dalam membaca.
Yang awalnya saya tidak terima dengan pernyataan UNESCO, semakin ke sini kok semakin nyata ya? Hari ini, bertepatan dengan Hari Santri Nasional 2024, salah satu sekolah melangsungkan apel hari santri. Pada saat pembacaan teks pembukaan UUD 1945, siswa yang kebagian membaca masih terbata-bata dalam membacakannya. Saya jadi berpikir, apa tidak ada persiapan sebelum melangsungkan apel, atau memang keadaan siswa yang belum lancar membaca. Ini momen penting bagi para santri, tapi justru dihadiahi dengan hal yang tidak terduga. Mungkin tidak banyak yang memperhatikan. Gurunya pun tidak tampak heran ketika siswanya tampil membacakan teks pembukaan UUD 1945 dengan terbata-bata.
Ini masih fenomena siswa, "bagaimana ketika sudah tidak berstatus siswa lagi?" Kalimat yang saya tanyakan pada saat menjadi narasumber dalam talk show literasi yang diadakan oleh MA Nurul Islam Karang Cempaka, Bluto, Sumenep. Jawaban audien beragam. Ada jawaban yang tidak saya duga, "mau jaga toko saja ke Jakarta supaya tidak berhadapan dengan baca tulis." Saya katakan "masalahnya, jaga toko tidak segampang buat puisi untuk doi, dik." Memang benar, jaga toko tidak segampang yang dipikir. Saya pernah merasakan.
Kembali pada topik, siswa yang terbata-bata dalam membaca ternyata dekat sekali dengan saya. Buktinya? Banyak mahasiswa di tempat saya tidak bisa membuat tulisan ilmiah. Lantas bagaimana mereka bisa membuat tulisan ilmiah, sedangkan tidak pernah dilatih membaca buku, tidak pernah dilatih menulis. Dengan entengnya dosen menyuruh mahasiswanya membuat tulisan ilmiah, atau kaprahnya makalah, tapi bukannya membuat dengan pikiran dan tulisannya sendiri justru copy-paste. Makalahnya dibuatkan oleh AI, kalau ada yang bertanya saat presentasi, jawabannya juga dari AI.
Lantas yang perlu diperbaiki minat baca masyarakat, atau sistem pendidikannya?




pekanterkini dan whyabd08 memberi reputasi
2
232
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan