- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Aliansi Mahasiswa Maluku di Makassar Demo Tolak Separatisme-Bakar Bendera OPM


TS
mabdulkarim
Aliansi Mahasiswa Maluku di Makassar Demo Tolak Separatisme-Bakar Bendera OPM
Aliansi Mahasiswa Maluku di Makassar Demo Tolak Separatisme-Bakar Bendera OPM

Reinhard Soplantila - detikSulsel
Selasa, 03 Des 2024 09:47 WIB
Foto: Aliansi mahasiswa Maluku di Makassar demo gerakan separatisme. Reinhard/detikSulsel
Makassar - Aliansi Mahasiswa Maluku di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) melakukan unjuk rasa menolak gerakan separatisme. Aksi tersebut diwarnai pembakaran spanduk bendera kelompok separatis.
"Kita dari mahasiswa Maluku menolak adanya separatis-separatis bersenjata yang menolak kedaulatan NKRI. Kita menolak dengan cara membakar bendera berbentuk OPM dalam bentuk spanduk," ujar Korlap Aksi, Bastian kepada wartawan, Senin (2/12/2024) malam.
Unjuk rasa tersebut dilakukan di bawah Jembatan Layang Kota Makassar dengan turut membakar ban dan berorasi di jalanan. Bastian menyatakan keprihatinan terhadap tuntutan-tuntutan kelompok separatis.
"Sangat meresahkan, seringkali mereka melakukan aksi yang sudah pernah kita lihat mereka selalu berteriak meminta keadilan, itu yang membuat kami merasa resah dan memang kami tidak suka dan kami menolak sekali," kata Bastian.
Selain menyampaikan penolakan terhadap gerakan separatis, mahasiswa Maluku juga menuntut perhatian terhadap isu ketidakadilan yang mereka rasakan. Mereka menyoroti kurangnya representasi masyarakat Maluku dalam struktur pemerintahan.
"Kita orasi tentang ketidakadilan yang terjadi bahwa selama kemerdekaan negara kesatuan republik Indonesia dari pergantian tiga Presiden yang sekarang juga sudah dilantik kami dari provinsi Maluku tidak ada satu anak Maluku yang menduduki jabatan khusus seperti di kabinet merah putih sekarang,"tuntutnya.
https://www.detik.com/sulsel/makassa...r-bendera-opm.
mahasiswa Maluku menentang OPM
Penjelasan mahasiswa dibalik bentrokan aksi peringatan 1 Desember di Makassar

Ferdi Tekege di dalam barisan aksi Forum Solidaritas Mahasiswa dan Pelajar Peduli Rakyat Papua (FSMP-PRP), bersama Front Rakyat Indonesia untuk West Papua (FRI-WP), Senin (2/12/2024)- Doc. ferdy Tekege
SHARE
Dogiyai, Jubi – Forum Solidaritas Mahasiswa dan Pelajar Peduli Rakyat Papua (FSMP-PRP) menggelar aksi peringatan 1 Desember di Kota Makassar pada Senin, (2/12/2024). Berdasarkan keterangan mahasiswa, aksi diwarnai represi.
Ferdy Tekege, anggota FSMP-PRP, mengaku bahwa Forum Solidaritas bersama Front Rakyat Indonesia untuk West Papua (FRI-WP) tidak pernah melakukan ataupun berencana melakukan pengibaran bendera Bintang Kejora pada aksi tersebut. Aksi mereka diadang oleh aparat kepolisian sejak keluar dari asrama mahasiswa, Senin (2/12/2024).
“Massa aksi keluar dari Asrama Papua yang dipimpin oleh koordinator lapangan (korlap), kemudian kita diadang di depan pagar. Massa aksi menerobos dan berhasil sampai di pintu utama, kemudian diadang lagi oleh pihak kepolisian dengan tameng, akan tetapi massa menerobos lagi kedua kalinya, kemudian massa aksi dikurung dengan mobil komandan melintang di jalan bersamaan dengan polisi yang mengadang, akan tetapi massa aksi berhasil menerobos tanpa melepaskan tali komando,” tutur Ferdy Tekege saat dihububgi Jubi dari Dogiyai, Papua Tengah, melalui layanan pesan, Senin (2/12/2024).
Tekege mengaku setelah menembus kepungan polisi, massa aksi berjalan sekitar dua menit dan diadang kembali oleh aparat kepolisian beratribut lengkap dengan tameng, tongkat pemukul dan helm. Jalan juga dihalangi oleh mobil barigade polisi, tambahnya.

Mahasiswa Papua yang tergabung dalam Forum Solidaritas Mahasiswa dan Pelajar Peduli Rakyat Papua (FSMP-PRP) bersama Front Rakyat Indonesia untuk West Papua (FRI-WP) membentangkan spanduk aksi sambil berhadapan dengan aparat kepolisian, Senin (2/12/2024)- Jubi/Doc. Ferdy Tekege
Kemudian lanjut Tekege massa aksi duduk dan berusaha bernegosiasi dengan pimpinan polisi. Negosiasi tidak berhasil, dan massa aksi bersikukuh menerobos berikade. “Tepat saat itu massa aksi dipukul dengan tongkat pemukul, akan tetapi masa aksi berhasil menerobos,” katanya.
Dalam proses negosiasi dia menyebutkan pihak kepolisian sempat mengizinkan mahasiswa aksi hingga sampai ke tujuan dengan syarat aksi berlangsung damai.
“Seusai diizinkan usai bernegosiasi, akan tetapi polisi dengan berpakaian lengkap yang mengadang [tetap] tidak membuka jalan,” kata Tekege.
Tekege menambahkan pihak kepolisian akan mengizinkan aksi berlanjut dengan syarat tidak boleh ada simbol-simbol bintang kejora.
“Masa aksi berusaha menerobos dan berhasil, namun polisi mulai memukul beberapa masa aksi yang berada di garis depan dan masa aksi berhasil menerobos dengan kondisi tali komando tetap masih mengelilingi massa aksi, kemudian brimob datang dari belakang dan massa pun ricuh karena adanya penembakan gas air mata dan pemukulan,” katanya.

Infografis. – Jubi/LeonArt
Setelah itu mereka dipukul mundur hingga kembali ke asrama mahasiswa Papua. Saat itu para mahasiswa kemudian memastikan kondisi kawan-kawan peserta aksi.
Menurut keterangan Tekege, sekitar 15 orang terluka, 4 diantaranya mengalami luka berat bagian kepala bocor dan bengkak akibat pentungan karet dan luka besar di bagian urat kaki.
“Selebihnya masa aksi mengalami luka lecet besar dan kecil dan mengalami pembengkakan akibat gas air Mata,” katanya.
Dari 17 massa aksi yang didata, menurut Tekege ada dua diantaranya yang belum diketahui keberadaannya beserta 1 pendamping dari LBH Makassar yang juga belum diketahui keberadaannya.
Terpisah, Ketua Komite Pusat Aliansi Mahasiswa Papua Jeno Dogomo, kepada Jubi melalui sambungan telepon seluler, Senin (02/12/2024) membenarkan adanya kericuhan saat aksi Solidaritas Mahasiswa dan Pelajar Peduli Rakyat Papua (FSMP-P1RP) & FRI-WP di Makassar. Menurut Dogomo kericuhan dipicu oleh penanganan aparat keamanan yang menurutnya berlebihan.
“Jadi tadi sekitar pukul 09.00 waktu Makassar puluhan mahasiswa Papua melakukan aksi long march dari asrama Papua depan RS Dadi Sulsel. Aksi tersebut mendapat reaksi dari aparat kepolisian dengan cara mengadang massa aksi,” katanya.
Dogomo mengatakan, meski kedua belah pihak berupaya negosiasi namun tetap berujung pembubaran massa aksi.
“Namun pada pukul 10.43 kepolisian membubarkan paksa massa aksi dengan menembakan gas air mata. Mahasiswa Papua dipukul mundur sampai depan asrama,” ujarnya.
Mengutip Antara, Senin (2/12/2024), Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Mokh Ngajib di Makassar, mengatakan aksi yang berlangsung itu belum sesuai dengan klaim aksi damai. “Mereka [para mahasiswa] memberitahukan aksi dan seharusnya aksi damai. Setelah melakukan aksi sebenarnya belum sesuai dengan apa yang dimohonkan begitu. Kita sudah negosiasi untuk baik untuk damai. Tapi ternyata, mereka anarkis melempar batu,” ujar Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Mokh Ngajib di Makassar.
Menurut Ngajib, sebanyak dua anggota Polri terluka akibat terkena lemparan batu pada bagian wajah hingga berdarah dan satu anggota lainnya di bagian lengan. Hal itu yang membuat aparat terpaksa melakukan tindakan represif membubarkan aksi tersebut, kata Ngajib.
“Ada beberapa anggota kami kena (batu), dan ada juga beberapa (pendemo) merusak, dan kita langsung lakukan tindakan tegas. Tentunya kita mendorong membubarkan mereka, dan alhamdulillah tidak begitu lama bisa mengamankan situasi. Saat ini sudah aman dan sudah damai,” kata kapolres.
Kapolrestabes Ngajib menyebutkan tidak ada mahasiswa yang diamankan atau ditangkap.
“Kita sudah negosiasikan, sudah kembalikan (asrama Papua) dan sampai sekarang tidak ada yang diamankan,” tutur Ngajib. (*)
https://jubi.id/polhukam/2024/penjel...r-di-makassar/
Tindakan apparat atas mahasiswa Papua

Reinhard Soplantila - detikSulsel
Selasa, 03 Des 2024 09:47 WIB
Foto: Aliansi mahasiswa Maluku di Makassar demo gerakan separatisme. Reinhard/detikSulsel
Makassar - Aliansi Mahasiswa Maluku di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) melakukan unjuk rasa menolak gerakan separatisme. Aksi tersebut diwarnai pembakaran spanduk bendera kelompok separatis.
"Kita dari mahasiswa Maluku menolak adanya separatis-separatis bersenjata yang menolak kedaulatan NKRI. Kita menolak dengan cara membakar bendera berbentuk OPM dalam bentuk spanduk," ujar Korlap Aksi, Bastian kepada wartawan, Senin (2/12/2024) malam.
Unjuk rasa tersebut dilakukan di bawah Jembatan Layang Kota Makassar dengan turut membakar ban dan berorasi di jalanan. Bastian menyatakan keprihatinan terhadap tuntutan-tuntutan kelompok separatis.
"Sangat meresahkan, seringkali mereka melakukan aksi yang sudah pernah kita lihat mereka selalu berteriak meminta keadilan, itu yang membuat kami merasa resah dan memang kami tidak suka dan kami menolak sekali," kata Bastian.
Selain menyampaikan penolakan terhadap gerakan separatis, mahasiswa Maluku juga menuntut perhatian terhadap isu ketidakadilan yang mereka rasakan. Mereka menyoroti kurangnya representasi masyarakat Maluku dalam struktur pemerintahan.
"Kita orasi tentang ketidakadilan yang terjadi bahwa selama kemerdekaan negara kesatuan republik Indonesia dari pergantian tiga Presiden yang sekarang juga sudah dilantik kami dari provinsi Maluku tidak ada satu anak Maluku yang menduduki jabatan khusus seperti di kabinet merah putih sekarang,"tuntutnya.
https://www.detik.com/sulsel/makassa...r-bendera-opm.
mahasiswa Maluku menentang OPM
Penjelasan mahasiswa dibalik bentrokan aksi peringatan 1 Desember di Makassar

Ferdi Tekege di dalam barisan aksi Forum Solidaritas Mahasiswa dan Pelajar Peduli Rakyat Papua (FSMP-PRP), bersama Front Rakyat Indonesia untuk West Papua (FRI-WP), Senin (2/12/2024)- Doc. ferdy Tekege
SHARE
Dogiyai, Jubi – Forum Solidaritas Mahasiswa dan Pelajar Peduli Rakyat Papua (FSMP-PRP) menggelar aksi peringatan 1 Desember di Kota Makassar pada Senin, (2/12/2024). Berdasarkan keterangan mahasiswa, aksi diwarnai represi.
Ferdy Tekege, anggota FSMP-PRP, mengaku bahwa Forum Solidaritas bersama Front Rakyat Indonesia untuk West Papua (FRI-WP) tidak pernah melakukan ataupun berencana melakukan pengibaran bendera Bintang Kejora pada aksi tersebut. Aksi mereka diadang oleh aparat kepolisian sejak keluar dari asrama mahasiswa, Senin (2/12/2024).
“Massa aksi keluar dari Asrama Papua yang dipimpin oleh koordinator lapangan (korlap), kemudian kita diadang di depan pagar. Massa aksi menerobos dan berhasil sampai di pintu utama, kemudian diadang lagi oleh pihak kepolisian dengan tameng, akan tetapi massa menerobos lagi kedua kalinya, kemudian massa aksi dikurung dengan mobil komandan melintang di jalan bersamaan dengan polisi yang mengadang, akan tetapi massa aksi berhasil menerobos tanpa melepaskan tali komando,” tutur Ferdy Tekege saat dihububgi Jubi dari Dogiyai, Papua Tengah, melalui layanan pesan, Senin (2/12/2024).
Tekege mengaku setelah menembus kepungan polisi, massa aksi berjalan sekitar dua menit dan diadang kembali oleh aparat kepolisian beratribut lengkap dengan tameng, tongkat pemukul dan helm. Jalan juga dihalangi oleh mobil barigade polisi, tambahnya.

Mahasiswa Papua yang tergabung dalam Forum Solidaritas Mahasiswa dan Pelajar Peduli Rakyat Papua (FSMP-PRP) bersama Front Rakyat Indonesia untuk West Papua (FRI-WP) membentangkan spanduk aksi sambil berhadapan dengan aparat kepolisian, Senin (2/12/2024)- Jubi/Doc. Ferdy Tekege
Kemudian lanjut Tekege massa aksi duduk dan berusaha bernegosiasi dengan pimpinan polisi. Negosiasi tidak berhasil, dan massa aksi bersikukuh menerobos berikade. “Tepat saat itu massa aksi dipukul dengan tongkat pemukul, akan tetapi masa aksi berhasil menerobos,” katanya.
Dalam proses negosiasi dia menyebutkan pihak kepolisian sempat mengizinkan mahasiswa aksi hingga sampai ke tujuan dengan syarat aksi berlangsung damai.
“Seusai diizinkan usai bernegosiasi, akan tetapi polisi dengan berpakaian lengkap yang mengadang [tetap] tidak membuka jalan,” kata Tekege.
Tekege menambahkan pihak kepolisian akan mengizinkan aksi berlanjut dengan syarat tidak boleh ada simbol-simbol bintang kejora.
“Masa aksi berusaha menerobos dan berhasil, namun polisi mulai memukul beberapa masa aksi yang berada di garis depan dan masa aksi berhasil menerobos dengan kondisi tali komando tetap masih mengelilingi massa aksi, kemudian brimob datang dari belakang dan massa pun ricuh karena adanya penembakan gas air mata dan pemukulan,” katanya.

Infografis. – Jubi/LeonArt
Setelah itu mereka dipukul mundur hingga kembali ke asrama mahasiswa Papua. Saat itu para mahasiswa kemudian memastikan kondisi kawan-kawan peserta aksi.
Menurut keterangan Tekege, sekitar 15 orang terluka, 4 diantaranya mengalami luka berat bagian kepala bocor dan bengkak akibat pentungan karet dan luka besar di bagian urat kaki.
“Selebihnya masa aksi mengalami luka lecet besar dan kecil dan mengalami pembengkakan akibat gas air Mata,” katanya.
Dari 17 massa aksi yang didata, menurut Tekege ada dua diantaranya yang belum diketahui keberadaannya beserta 1 pendamping dari LBH Makassar yang juga belum diketahui keberadaannya.
Terpisah, Ketua Komite Pusat Aliansi Mahasiswa Papua Jeno Dogomo, kepada Jubi melalui sambungan telepon seluler, Senin (02/12/2024) membenarkan adanya kericuhan saat aksi Solidaritas Mahasiswa dan Pelajar Peduli Rakyat Papua (FSMP-P1RP) & FRI-WP di Makassar. Menurut Dogomo kericuhan dipicu oleh penanganan aparat keamanan yang menurutnya berlebihan.
“Jadi tadi sekitar pukul 09.00 waktu Makassar puluhan mahasiswa Papua melakukan aksi long march dari asrama Papua depan RS Dadi Sulsel. Aksi tersebut mendapat reaksi dari aparat kepolisian dengan cara mengadang massa aksi,” katanya.
Dogomo mengatakan, meski kedua belah pihak berupaya negosiasi namun tetap berujung pembubaran massa aksi.
“Namun pada pukul 10.43 kepolisian membubarkan paksa massa aksi dengan menembakan gas air mata. Mahasiswa Papua dipukul mundur sampai depan asrama,” ujarnya.
Mengutip Antara, Senin (2/12/2024), Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Mokh Ngajib di Makassar, mengatakan aksi yang berlangsung itu belum sesuai dengan klaim aksi damai. “Mereka [para mahasiswa] memberitahukan aksi dan seharusnya aksi damai. Setelah melakukan aksi sebenarnya belum sesuai dengan apa yang dimohonkan begitu. Kita sudah negosiasi untuk baik untuk damai. Tapi ternyata, mereka anarkis melempar batu,” ujar Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Mokh Ngajib di Makassar.
Menurut Ngajib, sebanyak dua anggota Polri terluka akibat terkena lemparan batu pada bagian wajah hingga berdarah dan satu anggota lainnya di bagian lengan. Hal itu yang membuat aparat terpaksa melakukan tindakan represif membubarkan aksi tersebut, kata Ngajib.
“Ada beberapa anggota kami kena (batu), dan ada juga beberapa (pendemo) merusak, dan kita langsung lakukan tindakan tegas. Tentunya kita mendorong membubarkan mereka, dan alhamdulillah tidak begitu lama bisa mengamankan situasi. Saat ini sudah aman dan sudah damai,” kata kapolres.
Kapolrestabes Ngajib menyebutkan tidak ada mahasiswa yang diamankan atau ditangkap.
“Kita sudah negosiasikan, sudah kembalikan (asrama Papua) dan sampai sekarang tidak ada yang diamankan,” tutur Ngajib. (*)
https://jubi.id/polhukam/2024/penjel...r-di-makassar/
Tindakan apparat atas mahasiswa Papua




novembermann dan bonek.kamar memberi reputasi
2
191
4


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan