Setelah diganggu dengan keterlambatan Indonesia dalam membayar angsuran serta dugaan pencurian data teknis yang juga dilakukan oleh teknisi dari negara tersebut, program KF-21 kembali diberi cobaan; kini dikabarkan jika data teknis dari KF-21 telah dijual secara online. Sebagai tambahan untuk Agan, berita dijualnya data teknis KF-21 ini sudah muncul sejak Juni 2024 lalu. Namun, beberapa media militer di luar negeri dan media militer lokal baru membahasnya beberapa hari terakhir.

Salah satu yang melaporkan kasus penjualan data teknis KF-21 adalah The Korea Times. Media tersebut melaporkan bahwa, pihak militer, polisi, dan Badan Intelijen Nasional Korea telah meluncurkan penyelidikan bersama terhadap saluran Telegram yang mengklaim "menjual dokumen teknologi" jet tempur KF-21. Selain KF-21 saluran itu juga menjual data teknologi dari helikopter KUH-1 Surion, pesawat dan helikopter tersebut diproduksi oleh Korea Aerospace Industries (KAI).

Saluran Telegram yang namanya dirahasiakan oleh pihak Korea dilaporkan mengunggah informasi yang berkaitan dengan teknologi militer pada bulan Februari 2024, saluran itu menyebut mereka menjual dokumen terkait helikopter multi peran bernama KUH-1 Surion yang dikembangkan di dalam negeri. Foto yang diduga merupakan beberapa bagian helikopter juga diunggah ke Telegram. Saluran yang dimaksud juga mengklaim memiliki kontak dengan militer Korea Selatan dan Badan Pengembangan Pertahanan.

Selain dokumen KUH-1 Surion, saluran Telegram tersebut juga telah mengamankan dokumen teknologi KF-21, mereka akan menjualnya setelah menyelesaikan proses yang mereka sebut sebagai pemeriksaan silang. Saluran itu juga mengatakan bahwa, selain dokumen industri pertahanan, mereka memiliki dokumen yang terkait dengan latihan militer gabungan Freedom Shield antara Korea dan Amerika Serikat.



Sebagai negara yang membantu Korea dalam program KF-21, Amerika mungkin akan menuntut standar keamanan yang lebih tinggi kepada perusahaan subkontraktor dari Korea Selatan. Hal itu mencakup protokol keamanan siber yang ditingkatkan sampai peningkatan pengawasan dalam program pertahanan yang melibatkan kedua negara. Sejauh ini Korea Selatan belum memberi pembaruan informasi terkait penyelidikan terhadap penjualan dokumen teknis KF-21 di platform media sosial Telegram.

Sebagai tambahan informasi bagi Agan, KUH-1 Surion adalah helikopter yang mulai dikirim ke Angkatan Darat Korea Selatan pada akhir tahun 2012, setelah masa pengembangan selama tujuh tahun yang dimulai pada tahun 2006. Helikopter dirancang untuk menggantikan armada tua helikopter UH-1H dan 500MD buatan AS.

Angkatan Darat Korea Selatan sekarang mengoperasikan lebih dari 200 Surion, yang melaksanakan berbagai operasi, termasuk misi serangan udara dan pengangkutan kargo. Helikopter tersebut memiliki kecepatan udara maksimum 146 knots dan dapat membawa hingga 13 orang, termasuk dua pilot.



Sementara KF-21 tidak akan banyak TS bahas, karena ini adalah pesawat yang paling banyak jadi sorotan karena sebuah negara bernama Indonesia telah berulang kali telat membayar angsuran program bergengsi ini. Program KF-21 diluncurkan pada 2015, rencananya Korea Selatan akan memesan 120 unit KF-21 dari KAI (Korea Aerospace Industries) selaku pembuat pesawat.

Produksi massal KF-21 sudah dimulai sejak 10 Juli 2024, rencananya akan ada 20 unit yang dibuat sampai tahun 2026. Pengiriman unit pesawat pertama akan dilakukan pada akhir tahun 2026. 20 unit pesawat produksi awal diberi kode Block 1, dan dirancang untuk misi udara ke udara pada tahun 2026, sementara sebanyak 80 unit KF-21 Block 2 dibuat pada produksi fase kedua untuk misi udara ke darat.

Kasus yang terjadi pada Korea Selatan ini menunjukkan jika data atau informasi penting yang terkait dengan industri militer kini bisa diperoleh atau diakses dengan mudah, di sisi lain dengan membuat pedoman keamanan yang jelas diperlukan untuk melindungi teknologi yang sensitif.





Referensi Tulisan: The Korea Times
Sumber Foto: sudah tertera