Kaskus

Story

mayasarisucanAvatar border
TS
mayasarisucan
Parenting Islami, Pendidikan Fitrah Insaniyah Membawa Berkah
Parenting Islami, Pendidikan Fitrah Insaniyah Membawa Berkah

Beberapa waktu lalu emak menemukan kajian tentang pendidikan berdasarkan fitrah. Kajian tersebut sangat menarik bagi emak karena selama ini belum menemukan konsep parenting islami yang benar-benar terstruktur. Nah kali ini emak coba paparkan apa yang emak dapat dalam kajian tersebut ya.

Berbicara tentang pendidikan fitrah, tentunya kita harus paham makna dari fitrah itu sendiri. Menurut fafsir Al-quran Kementerian Agama RI mengenai surat Ar-rum ayat 30, fitrah adalah kecenderungan untuk mengikuti agama yang lurus, agama tauhid, yaitu Islam.

Jadi pendidikan berdasarkan fitrah itu tujuannya untuk memelihara agar Fitrah anak tetap lurus dan tidak mengalami penyimpangan.

Sebenarnya pendidikan fitrah pada anak zaman dulu atau sekarang atau yang akan datang memiliki pola yang sama. Lebih dari 1400 tahun yang lalu allah telah memberi isyarat kepada manusia bagaimana caranya menjaga fitrah anak agar tetap murni.

Dalam Al-quran surat Luqman ayat 13 sampai 19, disebutkan tentang kisah Luqman sebagai seorang ayah yang memberi nasihat kepada anaknya. Bila ditelaah dengan teliti ternyata nasihat Luqman tersebut memuat sendi-sendi kehidupan manusia yang melingkupi aqidah, syariah, akhlak serta mental.

Nasehat Luqman dibuka dengan larangan untuk menyekutukan Allah SWT. Lalu ada nasihat tentang syariah yaitu perintah pelaksanaan salat dan dakwah. Ada juga tentang tuntunan akhlak kepada orang tua dan sesama manusia lainnya.

Ada hal yang menarik dalam kisah Luqman ini, yaitu nasehat tentang ihsan. Ihsan ini merupakan sikap mental yang selalu merasa diawasi oleh Allah SWT. Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa Allah akan mengetahui setiap perbuatan yang dikerjakan oleh manusia. Baik itu perbuatan yang amat kecil sehingga tidak terlihat seperti biji sawi, atau bahkan dilakukan dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya balasan.

Lalu Allah menyediakan suri teladan bagi umat manusia dalam menjalankan kehidupannya di muka bumi, yaitu perilaku mulia dari para nabi dan orang-orang beriman yang terdahulu. Semuanya disampaikan dalam bentuk kisah dalam Al-Qur’an. Sehingga orang tua seharusnya menyampaikan kisah-kisah teladan tersebut kepada para buah hatinya.

Bisa dibayangkan, bila seorang anak kehidupannya sesuai dengan nasehat-nasehat Luqman, insya Allah fitrahnya akan terjaga. Dia akan takut melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah karena dia faham betul Allah melihat setiap perbuatannya. Ia selalu ingat kelak di yaumil akhir, di hari penghisaban, di bawah sengatan matahari yang jaraknya sangat dekat dengan kepala mereka, mereka diminta pertanggungjawaban atas setiap tarikan napasnya, kedipan matanya, rangkaian kata yang terucap dari lisannya, langkah kaki yang diayunkannya, gerakan yang dilakukan oleh tangannya, bahkan sekedar lintasan pikiran dalam kepalanya.

Kalaulah anak-anak dengan kualifikasi seperti di atas tumbuh besar menjadi guru, maka mereka akan menjadi guru yang bertanggung jawab bukan hanya dalam menyampaikan materi pelajaran saja, tapi ia akan memikirkan budi pekerti, serta tauhid murid-muridnya. Jika mereka tumbuh besar menjadi karyawan, mereka akan jujur dan berusaha bersungguh-sungguh menjalankan tugasnya tanpa harus diawasi berlebihan. Jika mereka tumbuh besar menjadi orang yang mempunyai jabatan tinggi, mereka akan membuat kebijakan yang adil, tidak dzalim, dan mengambil gaji secukupnya seperti halnya rakyat biasa, juga tidak bergaya hidup mewah ugal-ugalan. Tidak akan kejadian pejabatnya pakai tas ratusan juta, sementara rakyatnya ada yang mati kelaparan. Mereka pun tidak akan mengambil uang rakyat dengan diam-diam apalagi terang-terangan.

Indah ya? Semuanya berangkat dari hal yang sangat sederhana padahal, semua keberkahan itu bermula dari pengasuhan anak-anak yang berdasarkan Al-Qur’an dan As-sunnah.

Lalu kenapa ada orang yang rajin shalat tapi rajin maksiat? Pakai kerudung tapi kelakuannya linglung? Berarti fitrahnya sudah menyimpang, dia tidak lagi mempunyai mental ihsan. Ia tidak merasa diperhatikan oleh Allah SWT. Sehingga merasa bisa berkelakuan sebebas-bebasnya tanpa khawatir akan hisab di akhirat nanti. Wallahu Alam.

(Disarikan dari berbagai sumber)


0
27
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan