Irak dilaporkan akan tetap bersedia membeli jet tempur Rafale buatan Prancis, meskipun kemampuan pesawat tempur itu telah dibatasi. Sebenarnya laporan pembelian jet tempur Rafale oleh Irak sudah muncul sejak awal 2022 lalu Gan, tapi waktu itu belum bisa dipastikan apakah negara itu benar-benar akan membeli Rafale atau tidak.

Dan laporan terbaru dari media Prancis, yakni La Tribune, menyebutkan bahwa Irak akan membeli 14 unit Rafale. Irak melakukan barter dengan minyak, untuk bisa mendapat Rafale. Kesepakatan barter itu pun sudah disetujui Prancis. Total kesepakatan pembelian Rafale bernilai US$3 miliar atau Rp 47 triliun. Irak disebutkan telah membayar uang muka senilai US$270 juta atau sekitar Rp 4,2 triliun.

Media Prancis itu juga mengatakan pada awal September 2024, Irak mengumumkan pembelian 14 unit helikopter H225M Caracal buatan Prancis. Negara itu juga telah mengirim delegasi ke Irak untuk menuntaskan pembelian howitzer swageak Caesar. Tapi, belum disebutkan berapa unit Caesar yang akan dibeli.

Laporan terbaru juga mencatat bahwa Irak telah membeli radar Thales Ground Master 403 dan GM200 dari Prancis, tetapi Irak membatalkan pesanan sistem pertahanan udara SAMP/T. Irak lebih memilih KM-SAM, merupakan sistem pertahanan udara jarak menengah buatan Korea Selatan. Sejujurnya Irak tertarik dengan SAMP/T, tetapi waktu pengiriman yang ditawarkan terlalu lama, dan Perancis tidak memiliki sistem yang dapat dipinjamkan sementara waktu kepada Irak.



Sama seperti Serbia yang membeli Rafale pada tahun ini, Rafale milik Irak kelak juga tidak akan dilengkapi rudal udara ke udara jarak jauh Meteor. Laporan yang beredar mengatakan, Israel telah menekan Prancis untuk tidak menjual rudal Meteor ke Irak. Hal itu dikarenakan Israel pada awal tahun ini memakai ruang udara Irak untuk menyerang Iran.

Pada kasus Rafale Mesir, Israel juga ikut menekan Paris untuk tidak menjual rudal Meteor, karena superioritas udara Israel bisa terancam jika Mesir atau mungkin Irak memiliki Meteor. Meski tidak mendapat Meteor, Irak masih boleh membeli rudal jarak menengah Mica. Sejak awal, Irak membeli Rafale untuk digunakan dalam misi pertahanan udara. Dengan 14 Rafale yang dipadukan dengan radar berbasis darat Prancis, akan membantu Irak memantau dan mempertahankan wilayah udaranya.

Sebagai tambahan informasi bagi Agan, Meteor dipakai untuk pertempuran di luar jangkauan visual (BVR: Beyond Visual Range). Rudal terintegrasi dengan sistem data link pesawat peluncur, rudal dapat mengkoreksi jalur penerbangannya untuk mengejar target yang bergerak. Memungkinkan Meteor untuk tetap mengunci target, meski target bergerak keluar dari area penguncian radar. Untuk kecepatannya di atas Mach 4.

Meteor memakai sistem ramjet untuk tenaganya, memungkinkan rudal terbang pada kecepatan tinggi secara konstan selama penerbangan. Selain itu, sistem ramjet membuat Meteor bisa mengubah kecepatan untuk menyesuaikan dengan kecepatan target, membuat rudal efektiv untuk melawan pesawat tempur atau rudal yang bermanuver cepat.



Sementara rudal Mica termasuk jenis rudal jarak pendek/menengah. Rudal ini punya dua versi, yakni Mica RF (radar guided) dan Mica IR (infrared guided). Mica digunakan untuk pertempuran jarak menengah atau dekat dengan jangkauan 10 sampai 80 km. Mica punya kecepatan Mach 4 dan memakai tenaga motor roket solid, yang memberi dorongan besar pada awal penerbangan, tetapi daya dorong tersebut akan berkurang seiring waktu.

Dilanjutkannya pembelian Rafale oleh Irak tentu jadi berkah bagi Dassault Aviation selaku pembuat, meski ada pembatasan kemampuan, jet tempur ini masih saja laris. Di sisi lain, Irak tidak punya banyak opsi untuk membeli jet tempur, memilih Rafale adalah yang terbaik saat ini. Karena Prancis tidak memberi banyak persyaratan yang aneh-aneh dalam penjualan senjata.








Referensi Tulisan: La Tribune& indomiliter.com
Sumber Foto: sudah tertera