- Beranda
- Komunitas
- Hobby
- Ruang Penulis Kaskuser
Pesugihan di Kerajaan Gaib Wentira


TS
salim357
Pesugihan di Kerajaan Gaib Wentira

Wentira, termasuk kerajaan terbesar di dunia yang terletak di pulau Sulawesi bagian Tengah. Wentira adalah kota gaib yang berpenghuni bangsa jin dari dunia lain yang sudah terbiasa berinteraksi dengan manusia di alam nyata.
Para jin penghuni kerajaan Wentira sering kali berkunjung ke dunia nyata. Bentuk rupa mereka tidak berbeda dengan manusia pada umumnya, bahkan terlihat jauh lebih sempurna daripada manusia. Namun, hanya saja mereka tidak memiliki philtrum, yaitu lekukan di antara mulut dan hidung. Mereka juga senantiasa berpakaian serba kuning yang juga menjadi simbol ciri khas bagi bangsa Wentira. Selain memiliki paras tampan dan cantik. Kerajaan Wentira dikenal sebagai kerajaan yang bergelimang harta. Di alam gaib Kerajaan Wentira terlihat begitu megah dan mewah. Konon yang pernah masuk ke kerajaan gaib di sana, melihat bebatuan krikil saja terbuat dari emas.
Di pintu masuk di antara dua tebing bukit terdapat rumah-rumahan kecil yang menjadi tempat bagi orang-orang tertentu untuk melakukan ritual mistik atau pesugihan. Tidak sedikit manusia yang rela menikah dengan bangsa jin di Kerajaan Wentira dan bahkan meminta kekayaan pada kerajaan tak kasat mata tersebut.
Sebelum memasuki kerjaan gaib tersebut, mereka diberi peringatan terkait aturan yang ada. Larangan tersebut menekankan bahwa ketika sudah berada di dalam, apapun yang disajikan, terutama yang berwarna, tidak boleh dimakan atau diminum. Bagi mereka yang melanggar larangan tersebut, mereka tidak akan bisa kembali ke alam nyata.
Fakta bahwa di era sekarang yang orang sebut sebagai abad revolusi industri 4.0 masih ada yang mempercayai kebenaran cerita tentang Wentira, atau bahkan meyakini bahwa kota gaib Wentira memang nyata adanya.
Kepercayaan orang terhadap kota gaib Wentira masuk dalam ranah pribadi dan merupakan pengalaman spiritual orang yang menjalani. Artinya, tidak bisa saling mencari benar atau salah atas keberadaannya.
Pesugihan di Kerajaan Wentira pun kian menjadi sorotan banyak orang karena kota gaib tersebut dikenal sebagai kota yang memiliki banyak harta karun. Banyak manusia yang meminta menjadi pekerja di alam gaib agar menjadi kaya.
***
Di mulai dari sebuah kisah satu keluarga yang mengalami kesulitan di masa hidupnya. Mereka hanya bekerja sebagai petani atau pekebun suruhan orang.
Mendengar cerita yang selalu menjaei buah bibir di desanya tentang kota wentira dan konon ada yang menikah dengan bangsa wentira kemudian nasibnya berubah menjadi kaya raya.
Ibu Laras, ibu rumah tangga itu mencoba mencari tahu caranya bagaimana bisa masuk ke dalam kota Wentira tersebut dan melakukan pesugihan agar ia bisa menjadi kaya raya dan merubah nasib keluarganya. Meskipun di setiap pesugihan pasti akan ada syarat dan resiko yang memberatkannya.
Resiko yang di berikan di setiap pesugihan itu sebenarnya guna agar kerap manusia yang ingin melakukan pesugihan itu mengurungkan niatnya sebab harus memenuhi syarat yang begitu berat dan di luar batas wajar.
Tapi ibu Laras sudah di butakan oleh rasa putus asa sebab usahanya tidak pernah bisa berjalan dengan mulus dan selalu saja merasakan kekurangan. Maka dari itu ibu Laras mencari cara bagaimana caranya untuk masuk ke alam gaib dan mempelajari ritual bagaimana caranya untuk mendapatkan kekayaan secara instan.
Saat ibu Laras bertemu dengan salah satu nenek tua yang di kenal sebagai dukun tersebut, disanalah di mulai keluarga ibu Laras selalu mendapatkan masalah meskipun di gelimangi harta kekayaan.
Ibu Laras bergeser kembali dari duduknya. Sepertinya terlihat tidak sulit, tetapi tidak mudah juga untuk ia jalani. Apalagi menyangkut keluarganya. Ibu Laras berpamitan dan meminta alamat rumah Nek Unde. Bilamana ia menysetujui dengan tawaran Nek Unde, ibu Laras akan berunding terlebih dahulu. Ibu Laras pun kembali menggendong bakul berisi sayuran itu dan berjalan tertatih menelusuri jalan pulang. Namun pada udah tiba di rumah, perempuan yang usianya sudah 40 tahun itu dikejutkan oleh seorang wanita yang berdiri di depan rumahnya dengan tatapan sinis.
"Eh, Bu Niar," sapa Ibu Laras.
"Gak usah basa basi, ya. Saya sudah lama menunggu disini. Mana uang yang kamu pinjam itu, cepat kembalikan," sahut Ibu Niar sambil menuruni tangga kayu rumah ibu Laras dan menadahkan tangannya di depan wajah wanita yang membawa bakul sayurang di punggungnya.
"Maafkan saya, Bu. Saya belum ada uang untuk bayar utang sama Ibu," keluh Ibu Laras dengan bibir yang kelu.
Ibu Laras memahami saat bicara seperti itu, ibu Niar pasti langsung marah karena hutang yang dipinjamnya sudah lama sekali tidak pernah mampu dibayar olehnya.
"Selalu saja begitu! Makanya kalau ada uang sisihkan untuk bayar hutang, dong!" rutuk Ibu Niar dengan wajah penuh amarah.
Ibu Laras menundukkan kepalanya sambil membuka kain selempang yang mengikat bakul sayurnya.
"Maaf, Bu. Jangankan menyisihkan uang untuk bayar hutang. Untuk makan pun kadang tidak ada," ucap Ibu Laras dengan suara terdengar lemah.
Braaak...!
Bakul sayur itu ditendang oleh ibu Niar sehingga sayurnya jatuh berantakan bahkan ada yang masuk ke dalam selokan air. Ibu Laras pun melihat ibu Niar tampak menginjak-injak sayurannya hingga banyak yang hancur.
"Jangan dinjak, Bu. Itu mata pencarian saya satu-satunya," ucap Ibu Laras sambil menangis memeluk sayurannya yang masih utuh.
Bruuk...! Tubuh ibu Laras pun ditendang oleh ibu Niar hingga tersungkur di tanah di depan tangga rumahnya. Saking kesalnya ibu Niar terhadap ibu Laras dengan tega menyakitinya
"Ingat, ya! Kalau saya datang kesini lagi kau harus melunasinya. Kau kira uangku cuma dapat metik. Hah!" dengus Ibu Niar yang kemuidan berlalu meninggalkan ibu Laras dan membiarkannya menangis sesenggukan sambil memeluk sayurannya.
Tangis ibu Laras pecah melihat berapa banyak sayuran yang habis diinjak-injak oleh ibu Niar. Sampai pak Umar suaminya datang dan menepikan sepedanya. Ia baru saja pulang dari kebun dan melihat istirnya menangis di bawah tangga rumah sambil merapikan sayurannya.
"Ya, ampun, Bu. Ada apa?" tanya Pak Umar yang langsung menghampiri istrinya.
Bukan menjawab. Tangisan ibu Laras semakin menjadi sehingga pak Umar menjadi kebingungan dan langsung memeluk sang istri untuk menenangkannya.
”Nek Unde… tolong saya! Saya ingin melakukan pesugihan itu.” Suara batin Ibu Laras berteriak.
***
Malam itu, ibu Laras masih diam membisu setelah menceritakan kejadian tadi siang pada pak Umar suaminya. Pikiran ibu Laras tampak stres karena memikirkan beban hidup yang begitu banyak. Anak semata wayangnya, Aldi baru saja menuntutnya untuk segera melamar pujaan hatinya Sarah. Dari mana ibu Laras mampu mendapatkan uang untuk melamar Sarah untuk anaknya. Aldi anak yang keras kepala tidakk mau tahu dan menyuruh orang tuanya agar segera melamar pujaan hatinya.
Sementara Aldi pernah menyuruh ibunya dan bapaknya untuk menjual kebun milik mereka satu-satunya. Kalau kebun dijual, mereka akan semakin kesulitan untuk makan karena tak ada sayuran yang bisa dimasaknya setiap hari. Rasanya kepala ibu Laras terasa ingin pecah memikirkan masalah itu semua. Dan tiba-tiba ia teringat kepada Nek Unde kembali. Sepertinya syaratnya bisa dipenuhi setelah Aldi dan Sarah menikah nantinya.
"Pak."
"Hmmm ...."
"Bapak tahu tentang Wentira?"
Pak Umar langsung meletakkan pekerjaannya dan melihat ke arah sang istri. Ia sedang membuat keranjang untuk mengambil buah cengkeh. Orang bugis menyebut keranjang itu adalah kandu-kandu.
"Kenapa emang, Bu?" Pak Umar justru balik bertanya.
"Tidak, katanya kerajaan disana besar, ya? Terus rumah-rumahnya mewah seperti istana. Dan lagi yang pernah berkunjung kesana itu, katanya bakalan kembali dengan kaya raya ya, Pak," ucap Ibu Laras sambil mengaduk-aduk kopi untuk suami, kemudian diletakkan di meja.
"Yang cuma hanya sekedar berkunjung tidak kaya, Bu. Kecuali menikah dengan bangsa makhluk halus disana atau kita bersekutu dengan jin disana. Dan itu tidak mudah. Jangankan untuk mendapat kekayaan, untuk pulang ke alam nyata pun sulit kalau kita melanggar aturannya," jelas Pak Umar panjang lebar yang ternyata lebih mengetahui mengenai Wentira dari pada ibu Laras
"Bapak tahu?"
" Iya."
Ibu Laras, kemudian termangu. Pikirannya kembali penuh kebimbangan, padahal sebelumnya ibu Laras sudah merasa yakin jika esok hari ingin menemui Nek Unde di rumahnya untuk membahas pesugihan tersebut.
"Memangnya kenapa? Apa jangan-jangan ibu mau coba ritual untuk bersekutu dengan bangsa jin?" tanya Pak Umar yang membuyarkan lamunan sang istri.
"Tidak, Pak, kan cuma tanya saja."
"Jangan sesekali bersekutu sama jin. Meskipun menjanjikan, tapi mereka pun tidak bisa kalau kita ingkar. Kita akan mendapatkan akibatnya sendiri," pesan Pak Umar yang kemudian menyeruput kopi hitamnya.
Ibu Laras terdiam kembali. Mengingat perlakuan ibu Niar terhadapnya. Perasaannya seperti ingin sekali membalaskan rasa sakit hatinya.
"Gimana, Pak, Bu? Sudah jual kebun untuk Aldi melamar Sarah?" tanya Aldi yang langsung saja masuk ke dalam rumah, sehabis pergi dari tadi sore yang entah dari mana.
"Belum, Nak. Mau dijual kemana juga. Kebun sekecil itu tidak ada yang mau beli. Lagi pula kalau dijual nanti kita makan pakai apa … kalau bukan dari hasil kebun," sahut Pak Umar yang membuat raut wajah Aldi seakan geram, tetapi tak berani memarahi bapaknya.
"Kalau Sarah nggak dilamar sama Aldi, dia mau di jodohkan sama orang lain, Pak, Bu. Aldi nggak mau kalau Sarah sampai dijodohkan orang lain. Kalau memang itu terjadi, Aldi nggak pernah mau pulang lagi ke rumah," ancam Aldi yang membuat hati ibu Laras begitu terasa sakit.
Ibu Laras dan pak Umar mempunyai anak satu-satunya yang sangat keras kepala dan apapun kemauannya harus dituruti. Dan terkadang permintaannya dengan sikap mengancam, membuat Aldi selalu diusahakan oleh kedua orang tuanya.
***
Keesokan harinya, ibu Laras pergi menuju balai kecil di dekat tugu Wentira. Ia yakin kalau Nek Unde ada disana sedang melakukan ritual. Dan benar saja, baru saja ibu Laras datang, Nek Unde telah menyelesaikan ritualnya. Nek Unde menatap tajam wajah ibu Laras yang penuh harap. Nek Unde sudah tahu kedatangan ibu Laras ke balai itu untuk melakukan pesugihan itu.
"Nek, setelah dipikir-pikir. Keputusan saya untuk melakukan ritual pesugihan itu sudah bulat," ucap Ibu Laras, meskipun hatinya memberatkan. Namun, ia terpaksa melakukannya agar dapat merubah hidupnya yang penuh kemiskinan.
"Kau yakin?!" tanya Nek Unde dengan tegas.
"Ii-iya, Nek… niat saya sudah yakin!"
Sumber cerita
Judul : 𝗣𝗲𝘀𝘂𝗴𝗶𝗵𝗮𝗻 𝗱𝗶 𝗞𝗲𝗿𝗮𝗷𝗮𝗮𝗻 𝗚𝗮𝗶𝗯 𝗪𝗲𝗻𝘁𝗶𝗿𝗮
Akun KBM App : 𝗜𝗻𝗻𝗮𝗔𝘀𝗺𝗮𝗹𝗶𝗸
Tersedia pemesanan novel versi PDF.


Diubah oleh salim357 20-10-2024 22:56
0
36
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan