- Beranda
- Komunitas
- Hobby
- Ruang Penulis Kaskuser
Nikmatnya Bersuami Dua: Baca GRATIS


TS
salim357
Nikmatnya Bersuami Dua: Baca GRATIS
Godaan Seorang Istri adalah Materi

Sumber cerita
"Oh, iya... kamu belum punya suami, kan?" tanya Alvin lagi.
"Kenapa memangnya?" Citra menjadi balik bertanya.
"Nggak. Aku cuma mau suami kamu jangan salah paham, kamu dekat sama kamu. Tapi… kalau nggak punya, ya baguslah. Supaya aku nnggak canggung buat dekati kamu," jawab Alvin mengulum senyum manis yang terlihat gigi gingsulnya itu.
Tubuh Citra terasa gemetar dan jantungnya berdegup dengan kencang. Ia berpikir bahwa pria kota di hadapannya seperti telah mengusik hatinya.
"Ayo, aku ajak kamu lihat sawah punya ayah aku. Nanti sekalian aku antar pulang, ya," ajak Alvin pada Citra.
Citra hanya mengangguk. Ia belum banyak menjelaskan saja, Alvin sudah banyak bicara. Citra juga belum menjawab pertanyaan Alvin tentang statusnya. Citra menaiki mobil sport putih yang terasa sejuk dan harum. Kursinya juga empuk. Biasanya Citra hanya naik angkutan umum yang bau tubuh para penumpangnya bermacam-macam. Tak lama keduanya berjalan menelusuri Kampung Selapajang yang memang banyak sekali ladang di sana.
Ladang milik ayahnya Alvin juga cukup luas. Ladang yang dikelola oleh Harun—suami Citra pun kalah luas dengan yang dimiliki ayahnya Alvin.
"Aku sekalian ngecek sawah ayah. Sebenarnya mau cari istri orang sini juga, sih," ucap Alvin sambil menyetir mobilnya. Citra menoleh ke arah Alvin dengan perasaan bingung.
"Kenapa kamu malah mencari perempuan kamping untuk diperistri?" tanya Citra kemudian.
"Kualitasnya beda, perempuan kota banyak pergaulan bebas. Dan untuk urusan rumah mereka nggak terampil. Ya, walaupun nanti aku berumah tangga, pastinya sewa ART. Tapi aku ingin, dong sesekali dimasakin istri. Atau mengerjakan pekerjaan rumah bareng istri." balas Alvin coba menjelaskan. Citra hanya mengangguk.
"Jadi gimana? Status kamu bukan istri orang, kan? Kalau bukan, aku ada peluang buat deketin kamu berarti," ucap Alvin yang membuat Citra menjadi tegang untuk menjawabnya.
Citra terdiam sejenak. Ia masih memegangi ponsel apple pemberian pria tampan di sampingnya itu. Tak lama Alvin membuka box mobilnya untuk mengambil dompet dan ditariknya uang merah sepuluh lembar.
"Ambil ini, sebagai persetujuan kamu mau mengawasi sawah ayahku. Nanti, gajimu akan lebih dari ini. Setiap kita bertemu, aku akan kasih uang kamu lagi. Itu diluar gaji. Gaji kamu biar ayahku yang kasih. Aku hanya sekedar ingin memberi kamu. Supaya kamu yakin aku serius sama kamu," ungkap Alvin dengan serius.
Citra tampak tergiur melihat uang yang begitu banyak dan tanpak berikir panjang ia segera mengambilnya. Baru saja satu kali bertemu, Citra sudah mendapat rejeki nomplok. Oleh sebab itu, Citra ingin bersikap untuk menutupi statusnya yang telah memiliki suami dan seorang agar Alvin terus memberikan uang kepadanya.
"Iya, aa—aku belum punya suami, kok," jelas Citra kemudian.
Citra menyembunyikan statusnya yang sudah bersuami dan memiliki seorang anak laki-laki bernama Bayu yang usianya sudah 5 tahun. Citra terpaksa berbuat demikian karena ia membutuhkan uang untuk biaya sekolah anaknya. Namun, bila mengandalkan Harun—yang hanya seorang kuli sawah yang gajinya tak menentu. Citra jadi berikiram lebih baik ia menjalin hubungan gelap dengan Alvin.
Sementara jika Alvin mengajaknya untuk menikah, Citra dapat putuskan itu nanti. Oleh sebab itu, yang terpenting Citra menerima uang dari Alvin itu terlebih dahulu.
"Kamu di rumah tinggal sama siapa? Terus rumah kamu di mana?" tanya Alvin yang membuat lamunan Citra buyar.
"Emm ... nanti di gang yang depannya sekolah SMP saja. Mobil tidak bisa masuk ke situ. Jadi aku harus jalan kaki, nggak jauh kok," tunjuk Citra sambil celangak-celinguk dari kaca jendela untuk memastikan tidak ada orang yang dikenalnya, saat ia akan hendak turun dari mobil nanti.
"Kamu tinggal sama siapa? Kamu belum jawab ini," tanya Alvin lagi.
"Eh, maaf aku lupa. Aku tinggal sama kakak laki-lakiku dan anaknya. Orangtua aku juga ada, tapi beda rumah.” Citra menjelaskan dengan begitu lancarnya.
"Oke, aku antar sampai gang ini saja, ya. Sepertinya jalannya juga tidak bagus kalau memaksa masuk," ucap Alvin yang menepikan mobilnya di depan pagar sekolah SMP, sambil melihat ke arah jalan yang tampak bebatuan.
"Iya, nggak apa-apa. Makasih banyak, ya," ucap Citra sambil tersenyum manis.
"Nanti aku telepon diangkat, ya," ucap Alvin kemudian.
Citra mengangguk, dan Alvin pun melajukan mobilnya. Setelah Alvin sudah tak terlihat dari pandangan. Citra melihat ke ponselnya yang begitu mewah, dan baru saja ia dapatkan dengan cuma-cuma.
"Sekalinya punya HP langsung mewah. Dan uangnya banyak. Kalau aku sering ketemu Alvin. Wah... aku bisa cepat kaya," gumam Citra sambil berjalan ke rumah menenteng tas kecilnya.
REKOMENDASI NOVEL untukmu:"Nikmatnya Bersuami Dua" ⭐⭐⭐⭐⭐ Ayo, baca sekarang GRATIS!
Sumber cerita



Sumber cerita
"Oh, iya... kamu belum punya suami, kan?" tanya Alvin lagi.
"Kenapa memangnya?" Citra menjadi balik bertanya.
"Nggak. Aku cuma mau suami kamu jangan salah paham, kamu dekat sama kamu. Tapi… kalau nggak punya, ya baguslah. Supaya aku nnggak canggung buat dekati kamu," jawab Alvin mengulum senyum manis yang terlihat gigi gingsulnya itu.
Tubuh Citra terasa gemetar dan jantungnya berdegup dengan kencang. Ia berpikir bahwa pria kota di hadapannya seperti telah mengusik hatinya.
"Ayo, aku ajak kamu lihat sawah punya ayah aku. Nanti sekalian aku antar pulang, ya," ajak Alvin pada Citra.
Citra hanya mengangguk. Ia belum banyak menjelaskan saja, Alvin sudah banyak bicara. Citra juga belum menjawab pertanyaan Alvin tentang statusnya. Citra menaiki mobil sport putih yang terasa sejuk dan harum. Kursinya juga empuk. Biasanya Citra hanya naik angkutan umum yang bau tubuh para penumpangnya bermacam-macam. Tak lama keduanya berjalan menelusuri Kampung Selapajang yang memang banyak sekali ladang di sana.
Ladang milik ayahnya Alvin juga cukup luas. Ladang yang dikelola oleh Harun—suami Citra pun kalah luas dengan yang dimiliki ayahnya Alvin.
"Aku sekalian ngecek sawah ayah. Sebenarnya mau cari istri orang sini juga, sih," ucap Alvin sambil menyetir mobilnya. Citra menoleh ke arah Alvin dengan perasaan bingung.
"Kenapa kamu malah mencari perempuan kamping untuk diperistri?" tanya Citra kemudian.
"Kualitasnya beda, perempuan kota banyak pergaulan bebas. Dan untuk urusan rumah mereka nggak terampil. Ya, walaupun nanti aku berumah tangga, pastinya sewa ART. Tapi aku ingin, dong sesekali dimasakin istri. Atau mengerjakan pekerjaan rumah bareng istri." balas Alvin coba menjelaskan. Citra hanya mengangguk.
"Jadi gimana? Status kamu bukan istri orang, kan? Kalau bukan, aku ada peluang buat deketin kamu berarti," ucap Alvin yang membuat Citra menjadi tegang untuk menjawabnya.
Citra terdiam sejenak. Ia masih memegangi ponsel apple pemberian pria tampan di sampingnya itu. Tak lama Alvin membuka box mobilnya untuk mengambil dompet dan ditariknya uang merah sepuluh lembar.
"Ambil ini, sebagai persetujuan kamu mau mengawasi sawah ayahku. Nanti, gajimu akan lebih dari ini. Setiap kita bertemu, aku akan kasih uang kamu lagi. Itu diluar gaji. Gaji kamu biar ayahku yang kasih. Aku hanya sekedar ingin memberi kamu. Supaya kamu yakin aku serius sama kamu," ungkap Alvin dengan serius.
Citra tampak tergiur melihat uang yang begitu banyak dan tanpak berikir panjang ia segera mengambilnya. Baru saja satu kali bertemu, Citra sudah mendapat rejeki nomplok. Oleh sebab itu, Citra ingin bersikap untuk menutupi statusnya yang telah memiliki suami dan seorang agar Alvin terus memberikan uang kepadanya.
"Iya, aa—aku belum punya suami, kok," jelas Citra kemudian.
Citra menyembunyikan statusnya yang sudah bersuami dan memiliki seorang anak laki-laki bernama Bayu yang usianya sudah 5 tahun. Citra terpaksa berbuat demikian karena ia membutuhkan uang untuk biaya sekolah anaknya. Namun, bila mengandalkan Harun—yang hanya seorang kuli sawah yang gajinya tak menentu. Citra jadi berikiram lebih baik ia menjalin hubungan gelap dengan Alvin.
Sementara jika Alvin mengajaknya untuk menikah, Citra dapat putuskan itu nanti. Oleh sebab itu, yang terpenting Citra menerima uang dari Alvin itu terlebih dahulu.
"Kamu di rumah tinggal sama siapa? Terus rumah kamu di mana?" tanya Alvin yang membuat lamunan Citra buyar.
"Emm ... nanti di gang yang depannya sekolah SMP saja. Mobil tidak bisa masuk ke situ. Jadi aku harus jalan kaki, nggak jauh kok," tunjuk Citra sambil celangak-celinguk dari kaca jendela untuk memastikan tidak ada orang yang dikenalnya, saat ia akan hendak turun dari mobil nanti.
"Kamu tinggal sama siapa? Kamu belum jawab ini," tanya Alvin lagi.
"Eh, maaf aku lupa. Aku tinggal sama kakak laki-lakiku dan anaknya. Orangtua aku juga ada, tapi beda rumah.” Citra menjelaskan dengan begitu lancarnya.
"Oke, aku antar sampai gang ini saja, ya. Sepertinya jalannya juga tidak bagus kalau memaksa masuk," ucap Alvin yang menepikan mobilnya di depan pagar sekolah SMP, sambil melihat ke arah jalan yang tampak bebatuan.
"Iya, nggak apa-apa. Makasih banyak, ya," ucap Citra sambil tersenyum manis.
"Nanti aku telepon diangkat, ya," ucap Alvin kemudian.
Citra mengangguk, dan Alvin pun melajukan mobilnya. Setelah Alvin sudah tak terlihat dari pandangan. Citra melihat ke ponselnya yang begitu mewah, dan baru saja ia dapatkan dengan cuma-cuma.
"Sekalinya punya HP langsung mewah. Dan uangnya banyak. Kalau aku sering ketemu Alvin. Wah... aku bisa cepat kaya," gumam Citra sambil berjalan ke rumah menenteng tas kecilnya.
REKOMENDASI NOVEL untukmu:"Nikmatnya Bersuami Dua" ⭐⭐⭐⭐⭐ Ayo, baca sekarang GRATIS!
Sumber cerita


Diubah oleh salim357 04-11-2024 17:36
0
41
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan