Banyaknya faksi di Lebanon hingga sering menimbulkan bentrokan senjata/Sumber gambar: VOA Indonesia



Waduh! Disaat Militer Israel mulai Lancarkan Invasi Darat ke Lebanon, Dikabarkan Faksi-faksi Saingan Hizbullah siap Mengekploitasi Kelemahan Organisasi Tersebut!

Negara Lebanon memiliki ciri khas yang sangat menarik. Perang saudara yang terjadi pada tahun 1975 membawa dampak yang sangat besar, serta menciptakan berbagai faksi yang saling bertentangan, bahkan termasuk di dalamnya adalah milisi dari Palestina yang ikut terlibat dalam konflik tersebut.

Setelah perang berakhir, situasi di Lebanon mulai berubah. Hingga saat ini, Hizbullah muncul sebagai kekuatan militer yang paling dominan di negara ini. Sejak tahun 1990, mereka telah menguasai banyak aspek kekuatan militer dan politik di Lebanon, menjadikannya salah satu aktor utama dalam dinamika negara tersebut.







Kabar mengenai meningkatnya konflik di kawasan tersebut semakin menjadi topik hangat di Lebanon. Mohanad Hage Ali, seorang ahli Lebanon dan peneliti senior di Carnegie Middle East Center, menyampaikan kepada Al Jazeera pada Selasa (1/10/2024). Ia menilai Hizbullah berada dalam posisi yang sangat rentan. Organisasi ini, yang telah mengalami keruntuhan, tampaknya sulit untuk bangkit kembali dalam waktu dekat.

Lebih lanjut, Ali menjelaskan bahwa kelompok Kristen dan Sunni di Lebanon telah lama memandang Hizbullah sebagai pihak yang menguasai negara dengan kekuatan militer yang lebih dominan dibandingkan tentara Lebanon, berkat dukungan dari Iran. Hal ini menambah kompleksitas situasi, di mana banyak pihak mulai mempertimbangkan langkah-langkah strategi untuk mengubah peta kekuatan di negara tersebut.

Para ahli berpendapat bahwa situasi ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai faksi di Lebanon untuk menegaskan kembali kekuasaan mereka. Imad Salamey, seorang pakar Lebanon dan ilmuwan politik di Lebanon American University, juga menyatakan bahwa jika kemampuan Hizbullah hancur, maka lawan-lawan mereka dan kelompok anti-Iran di Lebanon akan semakin berani dalam mengambil tindakan.




Seperti keadaan tersebut yang sekarang terjadi di Lebanon itu sangat wajar sekali ya gansist. Karena dalam kehidupan ini, ada sebuah peribahasa yang sering kita dengar, yaitu musuh dari musuhku adalah temanku. Peribahasa ini mengisyaratkan bahwa dua individu yang memiliki pandangan berbeda bisa bersatu untuk melawan musuh yang sama. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam situasi tertentu, persatuan yang tidak terduga bisa terbentuk demi mencapai tujuan bersama.

Atau dalam hal ini, dua faksi Sunni dan kristen di negara tersebutlah yang kemudian menjadikan Israel tiba-tiba menjadi seperti teman mereka. Walaupun pada kenyataannya hampir tidak ada milisi bersenjata di kawasan Timur Tengah yang pro terhadap negara Israel, terkecuali milisi-milisi dari wilayah Kurdistan.

Kini, tantangan yang dihadapi organisasi Hizbullah adalah bagaimana mereka dapat bertahan dan beradaptasi dalam kondisi yang semakin rumit ini. Kemampuan mereka untuk menghadapi tekanan dari berbagai pihak akan sangat menentukan nasib mereka di masa depan.


Sumber Tulisan dan Gambar:

CNBC Indonesia

Sindonews