- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Di Antara Waktu dan Eksistensi: Perjalanan Tanpa Arah


TS
centralspring
Di Antara Waktu dan Eksistensi: Perjalanan Tanpa Arah
Dalam pencarian tongkat pembalik waktu, aku terbang tanpa henti di lautan bintang dan nebula. Kapalku bergerak melalui ruang dan waktu yang terasa semakin asing, semakin tak masuk akal. Perjalanan ini mulai berubah, tak sekadar berburu artefak, tetapi juga pertemuan dengan pertanyaan-pertanyaan eksistensial yang menusuk ke dalam inti keberadaanku. Sering kali, aku bertanya: Siapa aku sebenarnya? Apakah aku lebih dari sekadar sosok yang menginginkan pembalikan kesalahan?
Waktu di luar sana tidak lagi berjalan linier. Di satu sisi kapal, aku melihat hari-hari terulur menjadi ribuan tahun, sementara di sisi lainnya, waktu hancur dalam sekejap. Aku tersesat, bukan hanya dalam ruang, tetapi dalam pikiranku sendiri. Mengapa aku melakukan semua ini?
Aku teringat akan Bapak dan Ibu. Aku ingin menyelamatkan mereka. Tapi, seiring waktu—atau apa pun konsep aneh dari waktu yang kuterima sekarang—aku mulai meragukan apakah itu benar-benar tujuanku, atau sekadar alasan untuk tidak menghadapi kekosongan yang ada di dalam diriku. Jika aku berhasil menemukan tongkat pembalik waktu, apakah semuanya akan kembali seperti semula? Apakah aku hanya akan mengulang penderitaan yang sama? Atau... mungkinkah tidak ada "kembali"?
Di tengah kebingungan ini, aku bertemu dengan makhluk-makhluk aneh di sebuah planet yang tak bernama. Mereka berbicara dengan bahasa yang tak kumengerti, namun setiap kata yang keluar dari mulut mereka seakan-akan terukir dalam batinku. Mereka tidak memberi jawaban, tapi hanya menanyakan lebih banyak hal. Salah satu dari mereka, makhluk tanpa wajah dengan tubuh transparan, mendekatiku dan bertanya: “Jika semua bisa diulang, apakah kau masih akan menjadi dirimu yang sama?”
Aku terdiam. Apa maksudnya? Apakah aku masih akan menjadi "aku" yang sama jika aku mengulang waktu? Mungkinkah dengan membalik waktu, aku malah menghancurkan diriku yang sekarang? Apa yang terjadi dengan semua perasaan, pengalaman, dan penyesalan ini? Apakah semua ini sia-sia, hanya untuk diratakan oleh tongkat itu?
Aku mengabaikan pertanyaan itu, tapi perasaan aneh terus menghantuiku. Ketika aku kembali ke kapal, sesuatu terasa berbeda. Jendela-jendela kapal memperlihatkan refleksi yang sepertinya... bukan aku. Atau mungkin, itu aku, tapi dalam versi yang belum pernah kukenal sebelumnya. Aku merasa terpecah, terbelah dalam banyak bagian, di antara ruang dan waktu yang berlomba mengejarku.
Mendekati sebuah nebula yang disebut **Nebula Nihil**, aku dihentikan oleh entitas yang tidak memiliki bentuk, tidak memiliki suara, tapi entah bagaimana menguasai seluruh keberadaanku. Ia berbicara di dalam pikiranku, kata-katanya berbisik pelan, tapi menusuk ke dalam: "Mengapa kau begitu terobsesi dengan waktu? Waktu hanyalah ilusi. Siapa dirimu tanpa waktu?"
Aku tak bisa menjawab. Sebelumnya, tujuanku jelas: menemukan tongkat itu dan membalikkan semua kesalahan. Tapi semakin jauh aku melangkah, semakin terasa absurditas di balik semuanya. Apa yang sebenarnya kumaksudkan dengan "membalik waktu"? Apakah aku ingin mengubah takdir, atau hanya bersembunyi dari kenyataan bahwa aku tak sanggup menghadapi akibat dari tindakanku sendiri?
Di tengah perjalanan, aku terjebak dalam pusaran waktu yang aneh. Di sini, aku menyaksikan berbagai versi diriku, masing-masing berjalan di jalan yang berbeda. Ada aku yang tak pernah meninggalkan rumah, yang menerima bahwa motor Aerox bukanlah hal yang penting. Ada aku yang tidak pernah menemukan batu filsuf, tidak belajar sihir, dan hanya hidup sederhana sebagai anak punk di jalanan. Ada aku yang telah menyerah sepenuhnya, hanya terombang-ambing dalam kehampaan antarbintang, tanpa tujuan atau arah.
Pertanyaan yang menggelayut di pikiranku semakin jelas: Jika waktu bisa diubah, apakah semua versi diri kita menjadi tak berarti? Bagaimana dengan kesalahan, penyesalan, dan keputusan yang sudah kita buat? Apakah membalik waktu adalah cara untuk melarikan diri dari tanggung jawab kita?
Akhirnya, aku tiba di sebuah planet tua yang sunyi, di mana Tongkat Pembalik Waktu konon tersembunyi. Namun, saat aku melangkah menuju gua yang menyimpan tongkat itu, pertanyaan terakhir muncul dalam benakku: Apa yang sebenarnya kucari? Apakah benar aku ingin membalik waktu, atau apakah aku hanya ingin kabur dari kenyataan bahwa hidup ini penuh dengan kekeliruan?
Aku berdiri di depan tongkat itu. Begitu dekat. Hanya dengan satu sentuhan, aku bisa mengulang semuanya, menyelamatkan Bapak dan Ibu. Tapi, di saat yang sama, aku sadar bahwa tak ada jaminan. Apakah aku siap untuk menghadapi kehidupan tanpa kesalahan, tanpa pelajaran yang didapat dari penyesalan? Apakah diriku yang baru akan lebih baik, ataukah justru terperangkap dalam lingkaran penyesalan yang lebih dalam?
Dan di sanalah aku berdiri, di antara tongkat yang berkilauan dengan kekuatan luar biasa, dan pertanyaan eksistensial yang terus bergema dalam pikiranku: Apakah hidup tanpa penyesalan adalah hidup yang layak dijalani?
Waktu di luar sana tidak lagi berjalan linier. Di satu sisi kapal, aku melihat hari-hari terulur menjadi ribuan tahun, sementara di sisi lainnya, waktu hancur dalam sekejap. Aku tersesat, bukan hanya dalam ruang, tetapi dalam pikiranku sendiri. Mengapa aku melakukan semua ini?
Aku teringat akan Bapak dan Ibu. Aku ingin menyelamatkan mereka. Tapi, seiring waktu—atau apa pun konsep aneh dari waktu yang kuterima sekarang—aku mulai meragukan apakah itu benar-benar tujuanku, atau sekadar alasan untuk tidak menghadapi kekosongan yang ada di dalam diriku. Jika aku berhasil menemukan tongkat pembalik waktu, apakah semuanya akan kembali seperti semula? Apakah aku hanya akan mengulang penderitaan yang sama? Atau... mungkinkah tidak ada "kembali"?
Di tengah kebingungan ini, aku bertemu dengan makhluk-makhluk aneh di sebuah planet yang tak bernama. Mereka berbicara dengan bahasa yang tak kumengerti, namun setiap kata yang keluar dari mulut mereka seakan-akan terukir dalam batinku. Mereka tidak memberi jawaban, tapi hanya menanyakan lebih banyak hal. Salah satu dari mereka, makhluk tanpa wajah dengan tubuh transparan, mendekatiku dan bertanya: “Jika semua bisa diulang, apakah kau masih akan menjadi dirimu yang sama?”
Aku terdiam. Apa maksudnya? Apakah aku masih akan menjadi "aku" yang sama jika aku mengulang waktu? Mungkinkah dengan membalik waktu, aku malah menghancurkan diriku yang sekarang? Apa yang terjadi dengan semua perasaan, pengalaman, dan penyesalan ini? Apakah semua ini sia-sia, hanya untuk diratakan oleh tongkat itu?
Aku mengabaikan pertanyaan itu, tapi perasaan aneh terus menghantuiku. Ketika aku kembali ke kapal, sesuatu terasa berbeda. Jendela-jendela kapal memperlihatkan refleksi yang sepertinya... bukan aku. Atau mungkin, itu aku, tapi dalam versi yang belum pernah kukenal sebelumnya. Aku merasa terpecah, terbelah dalam banyak bagian, di antara ruang dan waktu yang berlomba mengejarku.
Mendekati sebuah nebula yang disebut **Nebula Nihil**, aku dihentikan oleh entitas yang tidak memiliki bentuk, tidak memiliki suara, tapi entah bagaimana menguasai seluruh keberadaanku. Ia berbicara di dalam pikiranku, kata-katanya berbisik pelan, tapi menusuk ke dalam: "Mengapa kau begitu terobsesi dengan waktu? Waktu hanyalah ilusi. Siapa dirimu tanpa waktu?"
Aku tak bisa menjawab. Sebelumnya, tujuanku jelas: menemukan tongkat itu dan membalikkan semua kesalahan. Tapi semakin jauh aku melangkah, semakin terasa absurditas di balik semuanya. Apa yang sebenarnya kumaksudkan dengan "membalik waktu"? Apakah aku ingin mengubah takdir, atau hanya bersembunyi dari kenyataan bahwa aku tak sanggup menghadapi akibat dari tindakanku sendiri?
Di tengah perjalanan, aku terjebak dalam pusaran waktu yang aneh. Di sini, aku menyaksikan berbagai versi diriku, masing-masing berjalan di jalan yang berbeda. Ada aku yang tak pernah meninggalkan rumah, yang menerima bahwa motor Aerox bukanlah hal yang penting. Ada aku yang tidak pernah menemukan batu filsuf, tidak belajar sihir, dan hanya hidup sederhana sebagai anak punk di jalanan. Ada aku yang telah menyerah sepenuhnya, hanya terombang-ambing dalam kehampaan antarbintang, tanpa tujuan atau arah.
Pertanyaan yang menggelayut di pikiranku semakin jelas: Jika waktu bisa diubah, apakah semua versi diri kita menjadi tak berarti? Bagaimana dengan kesalahan, penyesalan, dan keputusan yang sudah kita buat? Apakah membalik waktu adalah cara untuk melarikan diri dari tanggung jawab kita?
Akhirnya, aku tiba di sebuah planet tua yang sunyi, di mana Tongkat Pembalik Waktu konon tersembunyi. Namun, saat aku melangkah menuju gua yang menyimpan tongkat itu, pertanyaan terakhir muncul dalam benakku: Apa yang sebenarnya kucari? Apakah benar aku ingin membalik waktu, atau apakah aku hanya ingin kabur dari kenyataan bahwa hidup ini penuh dengan kekeliruan?
Aku berdiri di depan tongkat itu. Begitu dekat. Hanya dengan satu sentuhan, aku bisa mengulang semuanya, menyelamatkan Bapak dan Ibu. Tapi, di saat yang sama, aku sadar bahwa tak ada jaminan. Apakah aku siap untuk menghadapi kehidupan tanpa kesalahan, tanpa pelajaran yang didapat dari penyesalan? Apakah diriku yang baru akan lebih baik, ataukah justru terperangkap dalam lingkaran penyesalan yang lebih dalam?
Dan di sanalah aku berdiri, di antara tongkat yang berkilauan dengan kekuatan luar biasa, dan pertanyaan eksistensial yang terus bergema dalam pikiranku: Apakah hidup tanpa penyesalan adalah hidup yang layak dijalani?


suekethos memberi reputasi
1
64
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan