centralspringAvatar border
TS
centralspring
Pencerahan di Bawah Lampu Jalan
Aku masih ingat hari itu, saat aku tendang pintu rumah dengan penuh amarah. Aku pergi, meninggalkan semuanya, hanya karena satu hal: motor Aerox yang tak kunjung datang. Terdengar konyol, ya? Tapi, waktu itu bagiku, itu adalah puncak segalanya. Janji Bapak dan Ibu yang selalu "nanti" dan "bentar lagi" bikin darahku mendidih.

Di jalanan, aku pikir hidup akan lebih mudah. Bebas dari semua janji palsu. Rambutku kuubah jadi mohawk, pakai jaket penuh paku, nyaris seperti tanda perlawanan terhadap dunia. Aku berkeliaran di trotoar, bersama anak-anak punk lainnya. Mereka seperti saudara baru, tak ada yang peduli tentang masa lalu, cuma ada hari ini. Tapi... di tengah gemerlap lampu kota dan suara riuh kendaraan, aku mulai merenung.

Malam itu dingin, terlalu dingin untuk dibiarkan berlalu tanpa pikiran yang berat. Aku duduk di bangku taman, menatap jalanan yang tak pernah tidur. "Kenapa aku ada di sini?" pikirku. Semua kemarahan itu tiba-tiba terasa... kecil. Hanya karena motor Aerox? Benarkah? Apa hidupku segitu sempitnya, sekadar mesin dua roda yang belum kudapat?

Aku berpikir lama, suara bising sekitar pelan-pelan menghilang di belakang kepala. Di sinilah, di bawah lampu jalan yang redup, aku merasa mendapat pencerahan. Aerox tak lagi penting. Ya, motor keren itu mungkin membuatku terlihat hebat di mata orang lain, tapi lebih penting dari itu... aku ingin kembali ke rumah. Aku rindu Bapak dan Ibu, meskipun kami sering bertengkar. Mereka adalah keluarga, dan jauh di dalam hati, aku tahu bahwa tempatku ada di sana, bukan di jalanan.

Dengan kepala dingin, aku memutuskan untuk pulang. Aku pasrah. Apapun yang terjadi, aku akan meminta maaf. Aku akan terima jika Bapak dan Ibu masih marah. Aku akan jelaskan semuanya, kenapa aku kabur, kenapa aku begitu bodoh.

Setibanya di rumah, ada keheningan aneh. Biasanya, suara TV terdengar dari ruang tamu atau Ibu berteriak menanyakan apakah aku sudah makan. Tapi kali ini? Tidak ada. Pintu depan sudah terbuka sedikit, dan aku melangkah masuk perlahan. "Bapak? Ibu?" Aku memanggil, tapi tak ada jawaban. Ada sesuatu yang tidak beres.

Kamar mereka kosong, meja makan penuh dengan piring yang belum dicuci. Semua tampak ditinggalkan begitu saja, seperti ada sesuatu yang mendadak terjadi. Jantungku berdetak cepat. Aku mulai mencari-cari tanda-tanda, sampai akhirnya menemukan sesuatu yang aneh di halaman belakang. Sebuah lingkaran besar, terbakar di rumput—jejak yang tak pernah kulihat sebelumnya.

Saat itu aku terdiam. Tak ada petunjuk lain. Hanya lingkaran aneh itu, dan udara yang terasa dingin... dingin sekali. Di dalam hatiku, firasat buruk menyelinap. Aku ingat cerita-cerita aneh yang pernah kudengar, tentang makhluk asing, tentang penculikan... "Tidak mungkin," gumamku, mencoba menepis pikiran gila itu.

Tapi kenyataannya, aku tahu. Bapak dan Ibu tak mungkin meninggalkan rumah begitu saja. Mereka... mereka pasti telah diculik. Oleh alien!

Aku terduduk di tengah halaman, terpaku menatap langit yang gelap. Semua rasa marah yang pernah kurasakan tentang Aerox mendadak tak penting lagi. Sekarang, yang kupikirkan hanyalah bagaimana caraku menemukan Bapak dan Ibu. Mungkin, ini balasan semesta untuk semua keegoisanku, atau mungkin ini takdir aneh yang menimpaku.

Yang jelas, aku tahu satu hal: Perjalananku baru saja dimulai. Aku akan membawa mereka kembali, bagaimanapun caranya, meski harus mengejar mereka hingga ke bintang-bintang.
0
24
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan