- Beranda
- Komunitas
- [Komunitas] Berita dan Poltik
Puisi Seorang Mantan Kriminal


TS
centralspring
Puisi Seorang Mantan Kriminal
Lepas dari jeruji, aku berdiri,
Di kota metropolitan yang tak peduli.
Langit hitam, jalan berdebu,
Berlari mengejar mimpi yang entah ke mana melaju.
Aku pernah salah, aku tahu,
Namun dunia seakan tak mau memberi pintu baru.
Di balik senyuman, tawa orang-orang,
Aku mencari remah harapan, di sela keramaian yang hilang.
Perut kosong, malam dingin menusuk tulang,
Tidur di trotoar, berharap mimpi datang.
Kadang tertawa, kadang menangis sendiri,
Apakah hidup selalu begini, menanti belas kasih pagi?
Orang-orang lewat, tak melihat,
Seolah aku hanya bayang-bayang yang tak layak diingat.
Dosa masa lalu bagai cap yang tak luntur,
Meski aku berharap, dunia tetap mengusir dengan bisik-bisik kabur.
Dan pada akhirnya, harapan itu pudar,
Bertarung dengan nasib yang semakin liar.
Aku jatuh, di trotoar yang beku dan sunyi,
Ditemani lampu kota yang hanya diam memerhati.
Tak ada tangan yang datang menyambut,
Tak ada pengampunan, tak ada selimut.
Dingin merayap, dan aku menyerah pada malam,
Di antara gedung-gedung tinggi, aku hilang—terlupakan.
Hidup ini mengakhiri dengan ejekan pelan,
Mimpi-mimpi terkubur, dan aku menjadi sekadar bayangan.
Di kota yang gemerlap dan tak pernah tidur,
Aku lenyap, tersapu oleh riuh yang tak pernah tahu akhir cerita ini suram, getir, dan hancur.
Di kota metropolitan yang tak peduli.
Langit hitam, jalan berdebu,
Berlari mengejar mimpi yang entah ke mana melaju.
Aku pernah salah, aku tahu,
Namun dunia seakan tak mau memberi pintu baru.
Di balik senyuman, tawa orang-orang,
Aku mencari remah harapan, di sela keramaian yang hilang.
Perut kosong, malam dingin menusuk tulang,
Tidur di trotoar, berharap mimpi datang.
Kadang tertawa, kadang menangis sendiri,
Apakah hidup selalu begini, menanti belas kasih pagi?
Orang-orang lewat, tak melihat,
Seolah aku hanya bayang-bayang yang tak layak diingat.
Dosa masa lalu bagai cap yang tak luntur,
Meski aku berharap, dunia tetap mengusir dengan bisik-bisik kabur.
Dan pada akhirnya, harapan itu pudar,
Bertarung dengan nasib yang semakin liar.
Aku jatuh, di trotoar yang beku dan sunyi,
Ditemani lampu kota yang hanya diam memerhati.
Tak ada tangan yang datang menyambut,
Tak ada pengampunan, tak ada selimut.
Dingin merayap, dan aku menyerah pada malam,
Di antara gedung-gedung tinggi, aku hilang—terlupakan.
Hidup ini mengakhiri dengan ejekan pelan,
Mimpi-mimpi terkubur, dan aku menjadi sekadar bayangan.
Di kota yang gemerlap dan tak pernah tidur,
Aku lenyap, tersapu oleh riuh yang tak pernah tahu akhir cerita ini suram, getir, dan hancur.
0
8
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan