- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Mimpi Pengemis Korut Jadi Idola K-pop di Korsel


TS
mnotorious19150
Mimpi Pengemis Korut Jadi Idola K-pop di Korsel

Jakarta -
Sebelum membelot ke Korea Selatan pada usia 13 tahun, Yu Hyuk biasa mengemis di jalanan untuk bertahan hidup. Di Korea Selatan, dia sulit beradaptasi dengan hidup barunya sehingga menulis lirik menjadi satu-satunya pelipur lara. Kini, dia akan segera memulai debutnya sebagai idola K-pop.
Ketika baru berusia sembilan tahun, Yu Hyuk sudah mengenyam asam garam kehidupan saat dia mulai mengemis di jalanan di Korea Utara.
Suatu saat, dia mencuri kotak makan siang yang ditinggalkan begitu saja di stasiun kereta bawah tanah. Dia menemukan nasi basi di dalamnya, jadi dia menambahkan cuka dan soda kue agar lebih enak dimakan.
Ketika pemilik kotak makan itu kembali, dia langsung ditangkap dan dipukuli.
Hyuk menyadari bahwa mencuri itu salah, namun dia beralasan saat itu dia hampir mati kelaparan.
Tindakan ilegal seperti mencuri makanan, hanyalah "bagian dari kehidupan sehari-hari" bagi sebagian besar penduduk di Korea Utara, menurut Hyuk.
Sebagian besar hidup pria berusia 24 tahun ini dihabiskan dengan perjuangan bertahan hidup sehingga tak menyisakan ruang untuk bermimpi. Oleh sebab itu, masih terasa tidak nyata baginya ketika kini dirinya akan menjadi bagian dari grup K-pop pertama dengan anggota pembelot Korea Utara.
Selain Hyuk, anggota lain dari grup K-pop bernama 1VERSE diucapkan "universe" dan sebelumnya dikenal sebagai SB Boyz termasuk Kim Seok yang juga berasal dari Korea Utara, Aito dari Jepang, dan Kenny yang merupakan campuran China- Amerika.
"Semula saya agak khawatir karena Korea Utara memiliki hubungan yang tidak bersahabat dengan Jepang. Saya sempat berpikir orang Korea Utara menakutkan, tetapi ternyata tidak," kata Aito, yang merupakan anak bungsu dari empat bersaudara.
Grup K-pop ini akan melakukan debut di AS akhir tahun ini.
Ini adalah keputusan strategis oleh Singing Beetle, label musik baru di balik 1VERSE. Kisah- kisah pembelot Korea Utara dapat menarik perhatian lebih besar dari publik Amerika, karena para bos label musik tersebut menangkap banyaknya minat dari calon investor selama kunjungan mereka ke AS.
K-pop di Utara
Kendati Hyuk dan Seok sama-sama berasal dari Korea Utara, latar belakang mereka sangat berbeda.
Keluarga Seok dari kelas menengah atas dan tinggal dekat perbatasan dengan China, sehingga ia memiliki akses ke K-pop dan K-drama melalui USB dan kartu SD selundupan.
Sementara bagi Hyuk, musik adalah kemewahan.
Ia hampir tidak pernah mendengar tentang K-pop selama hidupnya di Korea Utara, tetapi ia sangat menyadari hukuman berat bagi mereka yang mengonsumsi hiburan dari Korea Selatan.
"Saya tidak kenal seseorang yang dihukum karena mendengarkan K-pop, tetapi saya pernah mendengar tentang sebuah keluarga yang diusir dari desa mereka karena menonton film Korea Selatan," katanya.
"Semula saya agak khawatir karena Korea Utara memiliki hubungan yang tidak bersahabat dengan Jepang. Saya sempat berpikir orang Korea Utara menakutkan, tetapi ternyata tidak," kata Aito, yang merupakan anak bungsu dari empat bersaudara.
Sejak usia 17 tahun, Hyuk harus bekerja paruh waktu di restoran dan pabrik untuk menghidupi dirinya sendiri.
Meskipun jadwalnya padat, ia selalu menemukan waktu untuk menuliskan bait rap di ponselnya. Ia menulis tentang kehidupannya yang keras dan sepi serta cintanya yang mendalam kepada ayahnya.
Pada tahun 2018, ia tampil dalam sebuah program TV edukasi. Latar belakangnya yang unik dan bakat rap-nya menarik perhatian Michelle Cho, CEO Singing Beetle.
"Saya tidak memercayai Michelle selama sekitar satu tahun karena saya pikir dia menipu," kata Hyuk.
Ia tetap skeptis sebab pembelot Korea Utara sering menjadi sasaran penipuan karena keterbatasan pengetahuan mereka tentang masyarakat Korea Selatan.
Namun, lambat laun dia menyadari bahwa Cho "menginvestasikan banyak waktu dan uang" sehingga dia yakin bahwa bos Singing Beetle itu adalah orang yang tulus.
Kanvas kosong
Tidak seperti Aito dan Kenny, yang telah menekuni musik dan tari sejak usia dini, Hyuk dan Seok adalah pemula.
Mereka mengalami kesulitan ketika mengikuti tuntutan sistem pelatihan K-pop yang sangat ketat. Bagian tersulit adalah mematuhi jadwalnya yang ketat, kata Hyuk, yang biasa mengambil tiap keputusan sendiri.
Cho dan pelatih lainnya mengakui bahwa mereka belum pernah bertemu dengan peserta pelatihan K-pop seperti kedua orang ini. "
"Mereka seperti kanvas kosong," katanya.
"Mereka sama sekali tidak memahami budaya populer."
Namun, kemampuan mereka untuk "menanggung tantangan fisik" membuat Choyang telah bekerja di industri K-pop selama hampir satu dekade tercengang.
Mereka berlatih tari selama berjam-jam dengan tekad yang kuat sehingga ia khawatir mereka berlatih secara "berlebihan".
Singing Beetle Perusahaan label ini juga mengajarkan keterampilan komunikasi dan bahasa kepada para peserta pelatihan.
Selain pelajaran musik dan tari, pelatihan mereka juga mencakup etika dan berdiskusi, untuk mempersiapkan mereka menghadapi wawancara media.
"Saya rasa mereka tidak terbiasa mempertanyakan sesuatu atau mengungkapkan pendapat mereka," kata Cho.
"Awalnya, ketika seorang pelatih menanyakan alasan di balik pendapat mereka, satu-satunya tanggapan yang diberikan adalah, 'Karena Anda mengatakannya sebelumnya.'"
Namun setelah lebih dari tiga tahun, Hyuk telah membuat kemajuan yang luar biasa.
"Sekarang, Hyuk mempertanyakan banyak hal," kata Cho sambil terkekeh.
"Misalnya, jika saya memintanya melakukan sesuatu, dia akan menjawab 'Mengapa? Mengapa itu perlu?' Terkadang, saya menyesali apa yang telah saya lakukan."
Menjembatani perbedaan
Hyuk mengatakan dia tidak dapat membayangkan bagaimana rasanya ketika sesama warga Korea Utara mendengarkan lagu-lagunya.
Hal itu bisa membawa "sensasi" ke Korea Utara jika 1VERSE menjadi hit, kata Ha Seung- hee, seorang akademisi yang mengkhususkan diri dalam musik dan media di Institut Studi Korea Utara Universitas Dongguk.
Namun, masalah keamanan masih menghantuinya.
Hyuk tidak ingin dianggap sebagai pengkritik vokal Korea Utara, jadi dalam wawancaranya ia menyebut tanah airnya sebagai "sisi atas" dan menghindari menyebut Kim Jong-un.
"Sejujurnya, saya ingin dilihat sebagai idola K-pop, tanpa embel-embel berasal dari Korea Utara."
Namun, Hyuk merasa memiliki tanggung jawab terhadap komunitas pembelot, terutama karena semakin banyak pembelot muda yang tak ingin lagi mengungkapkan identitas mereka.
Dia ingin menunjukkan bahwa ada cara asimilasi yang lain.
"Banyak pembelot melihat jurang pemisah yang tak terjembatani antara mereka dan idola K-pop. Itu bukanlah pilihan karier bagi kami."
"Jadi jika saya berhasil, para pembelot lainnya mungkin akan terpacu dan punya impian yang lebih besar lagi," katanya.
"Itulah sebabnya saya berusaha sekuat tenaga."
detik.com
Diubah oleh mnotorious19150 25-09-2024 13:51






tempepong dan 2 lainnya memberi reputasi
3
468
24


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan