- Beranda
- Komunitas
- Regional
- Makna Kehidupan
Tuhan, Mengapa Aku Berbeda ? (Bagian Satu)


TS
ormarr
Tuhan, Mengapa Aku Berbeda ? (Bagian Satu)
Fakhri merupakan seorang pelajar yang berbeda dengan mahasiswa pada umumnya. Perbedaan yang dia alami ketika mulai menempuh pendidikan formal di Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta. Sejak menjadi mahasiswa dia tidak hanya berjuang menyelesaikan studinya dalam satu tempat, tetapi juga dalam dua tempat yang berbeda dengan kurun waktu yang sama. Kedua Perguruan Tinggi tersebut adalah IAIN dan UNISKA. Di IAIN dia memilih jurusan ilmu Al-Qur'an dan Tafsir fakultas Ushuluddin. Dia memilih jurusan tersebut karena jiwa-jiwa santri yang melekat dalam dirinya untuk lebih dalam mengkaji Al-Qur'an dan beberapa kajian studi keIslaman. Sebelum menjadi mahasiswa Fakhri menjadi santri di Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru selama 4 tahun.
Pondok tersebut menggunakan dua jenis kurikulum, yaitu kurikulum akademik dan kepondokan. Kurikulum akademik berisi ilmu-ilmu sosial dan alam sebagaimana di Sekolah Negeri. Kurikulum kePondokan berisi ilmu-ilmu agama dan ilmu alat yang terdiri dari tafsir, hadith, akhlak, tasawwuf, fiqih, tauhid, sharaf, nahwu dan jurmiyyah. Baginya menjadi santri merupakan sebuah tantangan, perjuangan dan pengorbanan yang penuh dengan kenangan indah dan pahit. Bagaimana tidak, mulai dari kehilangan sendal, berkelahi dengan teman seasrama, kabur dari Pondok Pesantren, di jemur di lapangan, digundul oleh ustad, di berdirikan di Mesjid ketika para santri membaca wirid setelah maghrib, pakaian yang hilang di jemuran, makanan di lemari yang diambil teman seasrama tanpa izin dan kehilangan sendal beberapa dari kenangan pahit yang membentuk kepribadiannya menjadi tahan banting dimanapun dan kapanpun.
Di dalam lingkungan Pesantren para santri juga di didik agar senantiasa sabar dalam setiap keadaan, lebih selektif dalam memilih teman, tidak bergantung dengan orang lain dalam segala hal dan lebih serius dalam belajar. Salah satu budaya belajar yang sangat berbeda antara Sekolah Indonesia Cairo (SIC) tempat dimana Fakhri menyelesaikan jenjang pendidikan SD dengan Pondok Pesantren adalah budaya menyontek. Tidak lulus kenaikan kelas hal yang biasa di alami siswa/i SIC di semua jenjang pendidikan. Agar fenomena tersebut tidak terjadi guru melakukan komunikasi secara rutin dan aktif di luar maupun dalam lingkungan Sekolah dengan orang tua siswa. Sekolah juga menyediakan berbagai fasilitas yang memadai dan berkualitas yang dapat mendukung pembelajaran akademik siswa di luar lingkungan Sekolah sehingga mereka tidak merasa jenuh dengan pembelajaran di dalam Sekolah.
Setiap siswa di lingkungan SIC saling berkompetesi untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam proses belajar dengan dukungan dari orang tua maupun guru tanpa harus merendahkan orang lain apalagi merasa angkuh.
"Ri, lama bener lo belum mandi, udah mau maghrib tuh. Kalau terlambat nanti kena sanksi loh OSISnya" tegur Andika, teman yang ada di sebelahnya saat berada di asrama.
"Pinignnya sih gitu, tapi ane bingung nyari anduk dari tadi kok gak nemu-nemu. Seingat ane ditaruh di dekat lemari tapi kok gak ada lagi" Jawab Fakhri sambil mencari anduknya yang hilang dari tempat asal dia menaruh sebelumnya.
"Coba tanya mereka, kalau aja ada yang tau atau ngeliat pas ente lagi di luar asrama" Jawab Anto sambil menunjuk teman-temannya yang ada di asrama sambil mengisyaratkan wajahnya ke arah mereka.
"Guys, ada yang ngeliat anduk ane gak di luar asrama atau di mana aja dah yang kalian lihat" tanya Fakhri dengan suara yang agak keras.
"Ada ane liat di bawah kalau gak salah di dekat tempat pemandian santri putra lama tadi habis main bola" Jawab Abdullah sambil menyiapkana alat-alat mandi.
"Lah, kok bisa disitu ?!. Seingat ane gak ada bawa ke bawah dah. Siapa nih yang minjam tanpa izin ?!" tanya Fakhri dengan mata galaknya sambil menatap teman-temannya di asrama yang sedang sibuk menyiapkan perkakas mandi.
"Maling mana ada yang mau ngaku ri. Ke tempat pemandian aja udah kita, semoga disana anduk ente masih ada. Kalau hilang tinggal pakai anduk punya ne nih, kebetulan ane punya 2 anduk satu gak kepakai" Ucap Andika sambil mengeluarkan anduk ke-2nya.
"Iya deh, tapi awas aja kalau ketahuan ane ada bawa barang-barang ane tanpa izin udah bonyok tuh orang" Jawab Fakhri dengna nada kesalnya.
"Kalau OSIS atau senior yang minjem tanpa izin gimana nuh?" canda Andhika sambil tertawa kecil.
"Tetap aja ane lawan. Sama manusia ngapain takut ?. Selama kita benar tidak ada yang perlu ditakutkan Dik. Santri yang sebesar dan setinggi ente aja ane lawan pas ketahuan ngambil makanan di lemari ane tanpa izin apalagi OSIS atau senior yang badannya lebih besar dari ente" Jawab Fakhri sambil berjalan menuju tempat pemandian putra dengan Andhika.
Andhika merupakan teman baik Fakhri semenjak memasuki Pondok Pesantren. Walaupun di lingkungan Pondok Pesantren mereka tidak susah mencari teman karena jumlah santri yang sangat banyak. Fakhri termasuk pribadi yang selektif dalam memilih teman dekat. Baginya bersikap selektif dalam memilih teman bukan berarti enggan berteman dengan siapa saja, hanyasaja berteman dalam circel yang baik dan berkualitas baginya jauh lebih bermanfaat daripada bergaul dalam circel pergaulan yang tidak baik dan tidak berkualitas. Membaca buku merupakan rutinitas wajib Fakhri sebelum bermain bola bersama teman-teman sekelas maupun para santri senior di lapangan sepak bola dalam wilayah Pondok Pesantren. Apabila tidak sempat membaca buku di teras depan asrama sambil melihat para santri bermain bola di rumput hijau Pondok Pesantren dia membacanya di waktu istirahat pada pagi hari sebelum jam ke-4 kurang lebih selama 30 menit sebelum pergantian mata pelajaran.
"Ri, suka banget baca buku. Gak bosen tiap hari baca buku mulu?" tanya Abid teman yang duduk di bangku belakang Fakhri sambil mempersiapkan kitabnya sebelum para santri memulai pelajaran pondoknya dari jam 07.30 sampai jam 12.30. Di saat teman-temannya menunggu jam belajar mulai Fakhri sudah siap dengan kitab yang tersusun rapih di atas meja belajarnya.
"Malah bosan ane bid kalau nunggu ustadznya belum datang ke Kelas ane gak ngapa-ngapain. Daripada bengong atau ngobrolin hal yang tidak bermanfaat meding ane baca buku" Jawab Fakhri sebelum melanjutkan bacaannya.
"Iya juga sih. Tapi ane kalau membaca kadang suka ngantuk duluan. Apalagi kalau baca buku-buku sejarah, filsafat, ilmiah dan bacaan berat lainnya. Baru baca satu halaman udah berat mata. Apa karena bukan hobby ane ri jadi susah membiasakan membaca lama-lama kaya ente" tanya Abid dengan rasa ingin tahunya.
"Bisa jadi bid. Bisa juga karena belum di jadikan rutinitas. Terkadang merubah aktivitas menjadi rutinitas membutuhkan waktu yang tidak sebentar karena harus ada pembiasaan yang konsisten atau dilakukan terus menerus. Kalau dalam bahasa Al-Qur'an sebutannya istiqamah. Ane jadi rutin membaca karena sudah menjadi hobby. Hobby ane belajar dengan cara belajar. Kalau belajar belajar secara formal ane malah cepat bosan, lebih suka belajar secara otodidak" Jawab Fakhri dengan suasana Kelas yang agak ramai karena jumlah santri yang tidak sedikit di dalam ruangan.
"Emang beda yaa hobby orang pinter dengan orang yang otaknya pas pasan kaya ane" Canda Abid dengan ketawa kecilnya.
"Enggak juga bid, otak manusia pada umumnya sama semua kok dari lahir. Yang membedakan cuman bagaimana mereka merubah kinerja otaknya menjadi berkualitas, genius dan biasa saja. Tidak ada manusia yang terlahir langsung jenius dan tidak ada manusia yang terlahir langsung bodoh. Albert Einsten tidak terlahir langsung dengan otak geniusnya. Bill Gates tidak terlahir langsung mampu menciptakan Microsoft dengan IQnya di atas orang-orang pada umumnya. Kegeniusan terbentuk melalui perpaduan proses berpikir, keinginan untuk belajar dari pengalaman dan ketenangan kondisi emosional yang terus dilatih secara konsisten atau berkelanjutan. Beberapa aktivitas maupun rutinitas dari proses berpikir yang dapat meningkatkan atau mengupgrade kinerja otak manusia menjadi genius adalah membaca, mengamati dan menganalisa setiap fenomena yang terjadi fenomena sosial dan alam yang terjadi di terjadi di sekitar kita atau kita alami. Membaca dan menulis merupakan dua rutinitas yang sangat berkaitan. Jika di imajinasikan bagaikan dua sisi koin yang bersebelahan. Karya tulis menjadi lebih berkualitas dan bermutu jika penulis memiliki pengetahuan yang luas dari teks yang pernah dia baca dimanapun dan kapanpun, terlebih lagi dari buku dan beberapa sumber data lainnya. Semua orang pada umumnya bisa menulis tetapi tidak semua orang mampu menulis dengan baik dan benar. Semua orang pada umumnya mampu membaca tetapi tidak semua dari mereka mampu mengingat setiap informasi dari apa yang mereka baca" Jawab Fakhri sambil melihat jam tangannya di sela-sela obrolannya. Tidak terasa 5 menit lagi jam Pondok di mulai, ketika hendak melanjutkan obrolanya langkah kaki ustad yang mengajar di jam pertama sudah terdengar. Fakhri segera mengakhiri obrolannya dengan Abid menunggu kedatangan ustad Lutfhi.
Pelajran pertama di mulai dengan sirah nabawiyyah atau sejarah rasul s.a.w. Sebelum memulai pelajaran, ustad Lutfhi mengucapkan salam dan menanyakan kabar para santri. Semua santri menjawab salam tersebut serentak dengan penuh semangat dalam suasana kelas yang menyenangkan. Di antara sekian banyak santri yang bersemangat hanya Fakhri yang paling antusias dalam jam pembelajaran tersebut. Hal tersebut ditandai dengan kesiapan Fakhri untuk mempelajari materi yang akan disampaikan ustad Lutfhi sebelum jam pembelajaran dimulai di hari sebelumnya. Bagi sebagian orang sejarah merupakan mata pelajaran yang sangat membosankan dan hanya bikin ngantuk, namun bagi Fakhri sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan terkait pengetahuan sejarah selalu ia pelajari secara otodidak atau mandiri melalui berbagai refrensi, terutama buku bacaan yang dia beli maupun pinjam dari teman maupun Perpustakaan di waktu luangnya.
Bersambung.....
Diubah oleh ormarr 28-09-2024 01:58


aokisitorus memberi reputasi
1
25
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan