Kaskus

Story

janahjoy35Avatar border
TS
janahjoy35
Bulan Bintang
Bulan Bintang


Hubungan berjalan saat keduanya saling berjuang. Titik.

Tak ada tapi-tapi, tak ada syarat lain.

-J.S. Khairen

 

Setelah menutup sambungan telepon, tiba-tiba Bulan menangis. Tersedu-sedu sampai menggetarkan bahunya.

Mendengar tangis Bulan, Bintang yang tengah asik membaca bergegas menutup buku bacaannya lalu mendekati Bulan. “Ada apa, Bulan?” tanya Bintang, hawatir.

“Aku sedih, aku kasihan dengan diriku, aku kasihan dengan kamu, Bintang.” Tutur Bulan di sela-sela isak tangisnya.

Bintang menghela napas, mendekati Bulan lalu memeluknya. Pelan Bintang menepuk-nepuk punggung Bulan berusaha menenangkan perasaan Bulan. Bukan sekali dua kali Bulan bertingkah seperti ini.

Wajar, sangat wajar untuk seorang manusia merasa lemah dan tak berdaya. Wajar untuk seorang manusia berbuat salah pun salah dalam mengambil keputusan yang mengakibatkan serba salah dalam menjalani kehidupan. Wajar untuk seorang manusia merasa lelah lalu mengeluh. Bahkan, wajar jika seorang manusia ingin menyerah. Tapi, aku tidak akan menyerah. Aku akan jalani sampai batas mampuku.Batin Bintang sambil mengelus lembut punggung Bulan yang sepertinya sudah kembali tenang dan reda dari tangisnya.

“Ada apa, Bulan?” tanya Bintang lagi seraya melepas pelukan lalu menatap tepat ke mata Bulan yang memerah dan masih berkaca-kaca.

“Kenapa hidup kita begini, Bintang?”

“Aku tidak tahu, Bulan.” Jawab Bintang cepat membuat Bulan yang hampir menangis lagi menjadi tertawa. “Memangnya, kenapa dengan hidup kita?” Bintang bertanya balik. 

Bulan masih terkekeh sambil menghapus sisa-sisa air mata di pipinya. “Apakah pundak kita sekuat itu, sampai harus menanggung beban sebanyak ini?” tanya Bulan di akhiri helaan napas panjang.

“Sepertinya begitu, Bulan. Kita, kan, rajin olah raga, mungkin karena itu pundak kita jauh lebih kuat sekarang.” Jawab Bintang. Bintang tau, bukan itu maksud Bulan. Bintang hanya berharap, jawaban sederhananya itu bisa sedikit menghibur hati Bulan yang sedang sedih.

Bulan tersenyum. Tipikal Bintang yang selalu berusaha menunjukan bahwa hidup itu mudah dan semua akan baik-baik saja. Tapi, tidak ada yang lebih mengenal Bintang selain Bulan. Bulan tau persis bagaimana Bintang bertahan dan berjuang melewati setiap masalah-masalah dalam hidupnya. Walaupun kadang Bulan di buat jengkel setengah mati dengan sikap Bintang yang terlalu santai dalam menyikapi setiap keadaan dan masalah, tapi itulah Bintang. Bintang mungkin santai, tapi Bintang tidak pernah lari.

Bintang ikut tersenyum seraya menatap Bulan, lembut. Bagi Bintang, Bulan adalah satu-satunya manusia yang membuatnya percaya bahwa dirinya berharga, disayangi dan dicintai. Jika ada manusia selain ibunya yang ingin di bahagiakannya di dunia ini, Bulan lah orangnya. Yang membuat Bintang selalu merasa di terima dan di inginkan. Tidak perduli seberapa manjanya dan menyebalkannya dia, Bulan selalu menerimanya. “Jadi, mau cerita? Ada apa?” tanya Bintang.

“Biasalah...” Bulan menghela napas panjang lalu mulai bercerita tentang masalah-masalah yang saat itu membuatnya merasa sangat lelah dan tak berdaya bahkan hampir membuatnya ingin menyerah. Sementara Bintang fokus dan serius menjadi pendengar yang baik untuk Bulan.

 

***

 

“Maaf, ya... lagi-lagi rencana kita, gagal.” Kata Bulan sambil mengangkat daging yang sudah matang lalu meletakannya di piring milik Bintang.

Akhirnya, malam ini, Bulan dan Bintang merayakan kebersamaan mereka dengan barbeque-an ala-ala drakor berdua di teras rumah mereka.

“Tidak apa-apa. Membantu orang tua jauh lebih penting dari pada rencana kita.” Ucap Bintang sebelum melahap potongan daging.

“Terimakasih, Bintang.” Ucap Bulan, tulus.

“Kembali kasih, Bulan.” Bintang tersenyum.

Beberapa orang di pertemukan karena mereka sama. Dan, diantara sekian banyak hal yang sama, kepahitan hidup adalah salah satu hal yang mengikat paling erat.

 

*** 


bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
1
23
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan