Kaskus

News

mnotorious19150Avatar border
TS
mnotorious19150
Sejarah "High Heels", Dulu Dipakai Laki-laki
Sejarah "High Heels", Dulu Dipakai Laki-laki

Dikutip dari TheModernDirectory,  sejarah high heels ditarik ke masa Mesir kuno, tepatnya sekitar 3500 sebelum Masehi.

Saat itu, sepatu hak tinggi pertama kali dipakai oleh tukang daging untuk berjalan di atas hewan sembelihannya.

Sepatu ini digunakan agar terhindar dari darah-darah hewan yang disembelih, sehingga tidak mengotori kaki mereka.

Kemudian pada masa Yunani Kuno, sepatu hak tinggi atau high heels dikenakan oleh peraga atau pemeran panggung.

High heels tersebut dimaksudkan untuk kelas sosial berbagai karakter dalam drama dan komedi Yunani.

Sepatu yang disebut sebagai kothorni ini berupa sepatu datar dengan alas kayu atau gabus dengan ketebalan sekitar 4 inci atau 10 cm. Semakin tinggi haknya, maka semakin “tinggi” karakternya.

Di Persia (saat ini Iran) pada abad ke-10, prajurit pria yang menunggang kuda menggunakan sepatu hak tinggi.

Sepatu itu membantu menjaga kaki tetap aman di sanggurdi saat mereka berdiri di pelana untuk menembakkan anak panah dan melemparkan tombak.

Pada tahun 1500-an, bangsawan Persia mengenakan sepatu hak tinggi yang sering kali terbuat dari bahan mewah dan berwarna cerah.

High heels mulai menyebar ke Eropa

Model sepatu hak tinggi ini pun mulai menyebar ke Eropa, ketika seorang raja Persia bernama Shah Abbas datang untuk mengunjungi istana-istana Eropa.

Dalam setiap kunjungannya, orang-orang Eropa mulai melihat sepatu hak tinggi indah yang dikenakan oleh Sang Raja dan rombongannya.

Dilansir dari LondonRunway, orang-orang Eropa pun mulai memakai sepatu berhak tinggi dalam kesehariannya.

Meski sepatu hak tinggi pada masa itu merupakan barang pria, pekerja seks komersial di Italia mulai mengenakannya untuk menciptakan tampilan androgini yang seksi.

Salah satu keuntungan menjadi seorang pekerja seks komersial saat itu adalah diperbolehkan membawa barang-barang khusus pria seperti buku dan barang fesyen.

Sepatu hak tinggi yang mereka kenakan memiliki tinggi hingga 10 inci atau 25 cm dan disebut sebagai chopine.

Bangsawan Eropa diketahui juga sangat menyukai sepatu hak tinggi atau high heels tersebut.

Sepatu hak tinggi membantu pria tampak lebih tinggi yang membuat mereka tampak lebih mendominasi dan terlihat semakin jantan.

Makin kaya pria bangsawan tersebut, maka hak sepatu yang dikenakan juga akan semakin tinggi. Dengan begitu, sepatu hak tinggi juga menjadi simbol kekayaan.

Salah satu tokoh sejarah paling terkenal yang dikaitkan dengan sepatu hak tinggi adalah Raja Louis XIV dari Perancis.

Ia adalah contoh utama tentang apa arti sepatu hak tinggi bagi pria berstatus tinggi namun bertubuh kecil selama abad ke-17.

Banyak potret dirinya yang memamerkan sepatu hak tinggi yang indah dan mewah. Ia memiliki sepatu hak tinggi yang terbuat dari bahan seperti beludru dan satin serta dicat nuansa biru tua dan merah tua.

Kecintaannya pada sepatu hak tinggi menjadi obsesi saat ia melarang siapa pun untuk tidak mengenakan sepatu hak tinggi berwarna merah di istananya.

Ia menginspirasi para pria di sekitarnya untuk berpakaian sesuai standarnya dan mulai mengenakan sepatu hak tinggi sejak kecil untuk membuktikan status dan kekayaan mereka.

Pada akhir abad ke-17, wanita di Eropa juga mulai mengenakan sepatu hak tinggi yang modis untuk menunjang penampilan mereka.

Namun pada abad ke-18 ketika memasuki masa Revolusi Perancis, pandangan publik mengenai sepatu hak tinggi mulai berubah.

Baik pria maupun wanita sama-sama mengganti sepatu hak tinggi mereka dengan sepatu datar, termasuk model pakaian yang dikenakan.

Hal itu dilakukan karena mereka tidak ingin dikaitkan dengan bangsawan yang dikenal mengenakan sepatu hak tinggi.

High heels mulai jadi kebanggaan wanita

Memasuki abad ke-19, sepatu hak tinggi kembali populer, tetapi hanya di dunia wanita. Saat itu, sepatu hak tinggi dianggap sesuatu yang sangat feminin dan dikaitkan dengan erotika wanita.

Berkat kemajuan teknologi pada sekitar tahun 1950-an, sepatu hak tinggi dapat dibuat lebih tipis dan lebih tinggi. Saat itu, lahirlah high heels stiletto.

Marilyn Monroe adalah ikon mode paling terkenal dari tahun 1950-an yang turut menentukan tren sepatu hak tinggi bagi wanita.

Namun, pada tahun 1970-an, wanita mulai meninggalkan sepatu hak tinggi karena merasa bosan berpakaian hanya untuk menyenangkan pria, tepatnya saat ada gelombang feminisme.

Saat gelombang feminisme menerjang, sepatu hak tinggi ditinggalkan karena penggunaannya dikonotasikan sebagai pemuas hasrat pria.

Hingga pada tahun 1980-an, selebritas seperti Madonna mulai mengenakan sepatu hak tinggi sebagai pernyataan mode, bukan hanya untuk tampil menarik di depan pria.

Hal ini membuat sepatu hak tinggi kembali meraja di kalangan wanita, sehingga lahirlah desain model high heels yang bermacam-macam dan menyebar ke berbagai penjuru dunia.

kompas.com
m.pri23436Avatar border
xatriaAvatar border
combustorAvatar border
combustor dan 6 lainnya memberi reputasi
7
591
27
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan