- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Doyan Cewek, I Am A Boy!


TS
henseyashburn
Doyan Cewek, I Am A Boy!
Prolog
Waktu itu...
Gue lagi di Indonesia, tepatnya di Berawa, Bali. Malam itu, sekitar jam sebelas malam kalau nggak salah, gue lagi nemenin Dewinta browsing di MacBook-nya. Dia lagi asyik cari bahan buat tugas biologinya. Sambil duduk di sofa villa punya bokapnya, minum minuman hangat, kami berdua ngobrol tentang tugas yang lagi dia kerjain. Kalau nggak salah, tema tugasnya tentang kondisi hormonal organ reproduksi remaja dalam tahapan menuju dewasa.
Bosannya lihat dan mikirin hal itu, gue nanya sama Dewinta, gimana sih rasanya jadi anak kuliahan di Indonesia. Mengingat kondisi gue yang enam tahun ke belakang selalu nomaden, ya gue sering wara-wiri ke sana-sini. Rutinitas perjalanan gue biasanya dimulai dari Indo - NZ, Indo - Kanada, atau Indo - Inggris.
Ngomong-ngomong, Dewinta adalah temen perempuan gue sejak gue masih di Sekolah Dasar dulu. Dee adalah panggilan akrab gue buat dia. Kenapa dia dipanggil begitu dan bukan yang lain? Kisahnya panjang, intinya, waktu itu, waktu masih di Sekolah Dasar, gue sering dibully sama temen-temen satu sekolah karena gue sering beda sendiri, misalnya, beda pendapat, beda hobi, dan lain-lain. Awalnya, Dewinta sering ngejailin gue, tapi akhirnya gue bisa akrab sama mereka semua, temen-temen gue itu.
Balik lagi ke malam itu, malam di mana Dewinta jawab pertanyaan gue dengan jawaban yang simpel, biar gue gampang mencerna dan memahaminya. Dia cuma bilang, "Rasanya jadi anak kuliahan di Indonesia ya... nano-nano," katanya ringan.
Nano-nano itu kata asing buat gue. Kata itu berasal dari bahasa gaul anak-anak Jakarta dan sekitarnya. Sekarang gue malah jadi bingung sendiri dan mencoba nebak-nebak, nano-nano itu apa sih sebenarnya? Akhirnya gue memberanikan diri untuk jawab, "Nano-nano itu semacam beraneka ragam, bukan? Atau membingungkan?" ucap gue ke Dewinta.
"Nah, pinter lo! Betul, nano-nano itu beraneka ragam, bukan membingungkan, Pal," jawab Dewinta terkesiap lalu meluruskan jawaban gue. Ya, dugaan gue betul. Mungkin dari pengalaman masa lalu gue ketika lihat sesuatu, jawaban itu muncul di kepala gue begitu aja. Pal, alias Palma, adalah nama tengah gue, dan Dewinta akrab manggil gue dengan nama itu. Nama lengkap gue sebenarnya agak maksa, menurut gue pribadi. Nama gue adalah Hensey Palma Ashburn tersipu malu.
Itu adalah nama pemberian dari kedua orang tua gue. Hensey itu sebenarnya adalah nama panggilan bokap gue waktu dia masih muda dulu, sedangkan Palma diambil dari filosofi bisnis utama bokap di bidang perkebunan kelapa sawit. Palm oil, cuma ditambah huruf A aja, jadi Palma. Meskipun terdengar sepele, gue tetap menghormatinya, dan dengan menghormati sesuatu, gue merasa lebih nyaman ngejalanin hidup gue.
Di sisi lain, Palma juga nama dari seorang mafioso (mafia Italia) di era setelah Perang Dunia Kedua. Mendioza de Palma adalah salah satu mafioso idola bokap gue. Yang gue heran, dengan nama ini, banyak cewek yang tertarik sama gue meskipun mereka cuma denger nama gue aja. Apalagi di bagian Hensey dan Ashburn. Hensey Ashburn, "Belum ketemu orangnya, masa udah suka duluan?" pikir gue dalam hati.
Sedangkan Ashburn adalah nama belakang keluarga atau klan dari bokap gue. The Ashburn. Dalam bahasa Inggris, arti nama Ashburn adalah: Lives near the ash tree brook. Sejarah lebih lanjut tentang keluarga gue, nggak akan gue bahas sekarang. Palma Ashburn atau Hensey Ashburn, begitu orang sering manggil gue.
Ya, gue adalah seorang blasteran. Bokap gue adalah orang Amerika-Inggris (temen-temen gue suka bercanda nyebutnya mamarika liberal) yang pindah dari Nevada, Amerika, bareng keluarganya ke Rotorua, Selandia Baru, sejak dia masih kecil. Sedangkan nyokap gue berasal dari suatu tempat istimewa di Indonesia, dan keluarganya sangat menjunjung tinggi tata krama, kesopanan, etika, dan lain-lain. Gue sangat kagum (sekaligus merasa repot juga sebenarnya). Hal ini jadi renungan buat gue di kemudian hari.
Balik lagi ke malam itu, malam di mana gue dan Dewinta banyak ngobrol tentang gimana rasanya jadi anak kuliahan di Indonesia. Entah gimana, dari beberapa percakapan kami, ada sesuatu yang bikin Dewinta tertarik. Tanpa berlama-lama, gue bisa menyadarinya. Dia usil nawarin buat nunjukin sesuatu yang bikin gue penasaran. Kira-kira percakapan kami begini:
"Ya gue nggak tahu, Dee, cewek Indonesia yang cantik itu yang kayak gimana sih? Secara kan gue belum lama lagi di Indo. Menurut kriteria lo, yang kayak gimana?" lanjut gue, pura-pura banyak ide buat ngobrol.
"Ah, itu nggak penting, Pal. Eh, Palma, lo mau tahu nggak, tentang sesuatu..." jawab Dewinta sambil gigit-gigit bibirnya dan narik-narik tangan gue.
"Apaan, Dee?" tanya gue penasaran.
"Sini deh..." ajaknya lagi ke gue. Akhirnya gue perlahan mendekatinya. "Jangan yang aneh-aneh ya, Dee," goda gue sambil nahan rasa penasaran. Beberapa detik kemudian Dewinta jawab, "Enggak kok... sini deh..." masih sambil gigit-gigit bibirnya, Dewinta buka sesuatu dan nunjukin keinginannya. Lo tahu lah, GUYS! Dan ekspresi gue pun langsung, "Oh... My... God..."
"Hmm... Palma..." bisiknya lirih, terdengar sangat seksi ke gue.
Waktu itu...
Gue lagi di Indonesia, tepatnya di Berawa, Bali. Malam itu, sekitar jam sebelas malam kalau nggak salah, gue lagi nemenin Dewinta browsing di MacBook-nya. Dia lagi asyik cari bahan buat tugas biologinya. Sambil duduk di sofa villa punya bokapnya, minum minuman hangat, kami berdua ngobrol tentang tugas yang lagi dia kerjain. Kalau nggak salah, tema tugasnya tentang kondisi hormonal organ reproduksi remaja dalam tahapan menuju dewasa.
Bosannya lihat dan mikirin hal itu, gue nanya sama Dewinta, gimana sih rasanya jadi anak kuliahan di Indonesia. Mengingat kondisi gue yang enam tahun ke belakang selalu nomaden, ya gue sering wara-wiri ke sana-sini. Rutinitas perjalanan gue biasanya dimulai dari Indo - NZ, Indo - Kanada, atau Indo - Inggris.
Ngomong-ngomong, Dewinta adalah temen perempuan gue sejak gue masih di Sekolah Dasar dulu. Dee adalah panggilan akrab gue buat dia. Kenapa dia dipanggil begitu dan bukan yang lain? Kisahnya panjang, intinya, waktu itu, waktu masih di Sekolah Dasar, gue sering dibully sama temen-temen satu sekolah karena gue sering beda sendiri, misalnya, beda pendapat, beda hobi, dan lain-lain. Awalnya, Dewinta sering ngejailin gue, tapi akhirnya gue bisa akrab sama mereka semua, temen-temen gue itu.
Balik lagi ke malam itu, malam di mana Dewinta jawab pertanyaan gue dengan jawaban yang simpel, biar gue gampang mencerna dan memahaminya. Dia cuma bilang, "Rasanya jadi anak kuliahan di Indonesia ya... nano-nano," katanya ringan.
Nano-nano itu kata asing buat gue. Kata itu berasal dari bahasa gaul anak-anak Jakarta dan sekitarnya. Sekarang gue malah jadi bingung sendiri dan mencoba nebak-nebak, nano-nano itu apa sih sebenarnya? Akhirnya gue memberanikan diri untuk jawab, "Nano-nano itu semacam beraneka ragam, bukan? Atau membingungkan?" ucap gue ke Dewinta.
"Nah, pinter lo! Betul, nano-nano itu beraneka ragam, bukan membingungkan, Pal," jawab Dewinta terkesiap lalu meluruskan jawaban gue. Ya, dugaan gue betul. Mungkin dari pengalaman masa lalu gue ketika lihat sesuatu, jawaban itu muncul di kepala gue begitu aja. Pal, alias Palma, adalah nama tengah gue, dan Dewinta akrab manggil gue dengan nama itu. Nama lengkap gue sebenarnya agak maksa, menurut gue pribadi. Nama gue adalah Hensey Palma Ashburn tersipu malu.
Itu adalah nama pemberian dari kedua orang tua gue. Hensey itu sebenarnya adalah nama panggilan bokap gue waktu dia masih muda dulu, sedangkan Palma diambil dari filosofi bisnis utama bokap di bidang perkebunan kelapa sawit. Palm oil, cuma ditambah huruf A aja, jadi Palma. Meskipun terdengar sepele, gue tetap menghormatinya, dan dengan menghormati sesuatu, gue merasa lebih nyaman ngejalanin hidup gue.
Di sisi lain, Palma juga nama dari seorang mafioso (mafia Italia) di era setelah Perang Dunia Kedua. Mendioza de Palma adalah salah satu mafioso idola bokap gue. Yang gue heran, dengan nama ini, banyak cewek yang tertarik sama gue meskipun mereka cuma denger nama gue aja. Apalagi di bagian Hensey dan Ashburn. Hensey Ashburn, "Belum ketemu orangnya, masa udah suka duluan?" pikir gue dalam hati.
Sedangkan Ashburn adalah nama belakang keluarga atau klan dari bokap gue. The Ashburn. Dalam bahasa Inggris, arti nama Ashburn adalah: Lives near the ash tree brook. Sejarah lebih lanjut tentang keluarga gue, nggak akan gue bahas sekarang. Palma Ashburn atau Hensey Ashburn, begitu orang sering manggil gue.
Ya, gue adalah seorang blasteran. Bokap gue adalah orang Amerika-Inggris (temen-temen gue suka bercanda nyebutnya mamarika liberal) yang pindah dari Nevada, Amerika, bareng keluarganya ke Rotorua, Selandia Baru, sejak dia masih kecil. Sedangkan nyokap gue berasal dari suatu tempat istimewa di Indonesia, dan keluarganya sangat menjunjung tinggi tata krama, kesopanan, etika, dan lain-lain. Gue sangat kagum (sekaligus merasa repot juga sebenarnya). Hal ini jadi renungan buat gue di kemudian hari.
Balik lagi ke malam itu, malam di mana gue dan Dewinta banyak ngobrol tentang gimana rasanya jadi anak kuliahan di Indonesia. Entah gimana, dari beberapa percakapan kami, ada sesuatu yang bikin Dewinta tertarik. Tanpa berlama-lama, gue bisa menyadarinya. Dia usil nawarin buat nunjukin sesuatu yang bikin gue penasaran. Kira-kira percakapan kami begini:
"Ya gue nggak tahu, Dee, cewek Indonesia yang cantik itu yang kayak gimana sih? Secara kan gue belum lama lagi di Indo. Menurut kriteria lo, yang kayak gimana?" lanjut gue, pura-pura banyak ide buat ngobrol.
"Ah, itu nggak penting, Pal. Eh, Palma, lo mau tahu nggak, tentang sesuatu..." jawab Dewinta sambil gigit-gigit bibirnya dan narik-narik tangan gue.
"Apaan, Dee?" tanya gue penasaran.
"Sini deh..." ajaknya lagi ke gue. Akhirnya gue perlahan mendekatinya. "Jangan yang aneh-aneh ya, Dee," goda gue sambil nahan rasa penasaran. Beberapa detik kemudian Dewinta jawab, "Enggak kok... sini deh..." masih sambil gigit-gigit bibirnya, Dewinta buka sesuatu dan nunjukin keinginannya. Lo tahu lah, GUYS! Dan ekspresi gue pun langsung, "Oh... My... God..."
"Hmm... Palma..." bisiknya lirih, terdengar sangat seksi ke gue.






regmekujo dan 3 lainnya memberi reputasi
4
780
7


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan