Kaskus

Story

ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Short Story #91 : Nembak
Short Story #91 : Nembak

Tak lama lagi kami akan lulus. Tak lama lagi seluruh kehidupan indah masa Sma akan berakhir. Tak lama lagi kami akan menempuh hidup masing-masing, meninggalkan sekolah dengan suka dan duka. Pendidikan harus dituntaskan, sekolah harus ditinggalkan, itu adalah hal-hal yang tak bisa kita tolak.

Karenanya, lebih baik jika kita meninggalkan sekolah tanpa penyesalan apa pun.

Sudah tiga tahun lamanya aku menyukai Mutia dan sudah kuputuskan bahwa perasaan ini harus menemukan sarangnya. Entah apa pun jawabannya, akan kutinggalkan sekolah ini dengan dada penuh rasa lega.

“Mustahil!”

“Pasti ditolak.”

“Lima puluh ribu, pasti ditolak.”

“Kampret kalian semua!”

Tio, Agus, dan Cecep, tiga teman kampret yang sudah menemaniku selama tiga tahun ini. Bukannya memberi dukungan mereka malah siap mendokumentasikan kegagalanku dan mengunggahnya ke Youtube.

“Pokoknya kalian lihat aja. Mau gagal atau sukses, aku pasti bakal nembak dia. Mau ada gunung meletus atau serangan teroris, akan kuutarakan perasaan ini! CATRAT ITU BREYY!”

Dengan adrenalin yang sudah memakan tubuh aku langsung melangkah menuju kelas Mutia. Bisa kudengar ketiga kampret mengikutiku di belakang. Hari ini adalah hari yang bersejarah. Mau jadi bahan tertawaan di Youtube atau revolusioner cinta, hatiku sudah siap!

“MUTIA!!!”

Kubanting pintu kelas hingga terbuka lebar dan memancing perhatian semua murid dan bahkan guru yang tengah mengajar. Tanpa memperdulikan semua itu aku langsung menuju kursi Mutia dan berdiri tepat di hadapannya. Kulihat wajah cantiknya terkejut sekaligus takut. Kedua bola matanya bergerak ke sana kemari mencari bantuan, tapi akhirnya terfokus padaku. wajah tampan nan seriusku pasti menenangkannya.

“Mutia … aku ….”

Kutarik napas dalam-dalam. Inilah saatnya. Tak ada jalan mundur lagi.

“Aku—”

“JANGAN BERGERAK! SEKOLAH INI KAMI KEPUNG!”

Segerombolan orang bermasker hitam dengan senjata api mendobrak memasuki kelas. Murid-murid berteriak dan berlindung di bawah meja, tapi aku tetap berdiri di tempat. Aku tak akan bergerak dari tempat ini sebelum Mutia tahu apa yang kurasa!

“KAU NGAPAIN?!! CEPAT TIA—“

“SHUT UPPP!!!”

Sebelum teroris itu bisa menyentuhku Cecep langsung membantingnya dengan satu tangan dan duduk menimpanya agar orang itu tak bisa bergerak.

“Di sini ada seorang pendekar cinta. Jangan berani-berani kalian ganggu aksinya.”

Cecep mengacungkan jari jempolnya padaku dan aku membalasnya dengan anggukan. Kembali kuarahkan pandanganku pada Mutia. Wajahnya semakin panik dan bingung, tapi cinta dariku akan memadamkan kegusarannya.

“Mutia—”

‘DUARRRRRR!!!!!’

Tanah bergetar, suara ledakan memecah udara. Dalam sekejap udara menjadi panas bersama teriakan-teriakan panik yang menusuk.

“GUNUNG MELETUS!”

“SEMBURAN LAHAARRR!!”

“LARI LARI LARI!!”

Namun sebelum gumpalan lahar itu memasuki kelas Tio mengangkat meja dan membarikade pintu dengan meja itu, mencegah magma masuk dan membunuh kami semua.

“Lanjutkan Bro!”

Aku memberinya acungan jempol. Sekali lagi perhatianku kembali ke Mutia yang tampaknya bisa pingsan kapan saja. Tenang, kecupan cintaku akan membawanya ke mimpi indah.

“Mutia—”

“TUNDUKLAH KALIAN PARA MANUSIA!!”

Mendadak saja sebuah UFO berukuran raksasa muncul di langit. Bagian bawahnya terbuka dan dari lubang itu sesosok makhluk aneh turun dengan gerakan lamban.

“KAMI DARI PLANET NAMEK AKAN MENJA—”

“BUMI TUTUP CUUUUUKKKKK!!!”

Dengan semangat 45 Agus melempar batu magma yang dengan kecepatan tinggi menghantam kepala alien itu. Alien itu tersungkur dan jatuh ke tanah dengan gerakan yang sama sekali tidak bermartabat. Agus tersenyum dan mengangguk padaku.

Sekarang … sudah waktunya.

“Mutia!”

Aku berlutut dan memegang kedua tangannya. Dengan sepenuh ketulusan hati dan kasih sayang yang bisa terpancar dari tubuh kecil ini, kutuangkan semua dalam kata-kata yang sudah kususun rapi sejak semalam.

“Aku cinta kamu. Kamu mau nggak jadi pacarku?”

Rasanya seperti gravitasi mengambil jatah libur dalam diriku. Tubuhku terasa benar-benar ringan setelah kuungkapkan semuanya. Entah itu teroris, alien, bahkan gunung meletus, semua terdiam menunggu jawaban Mutia.

“Nggak mau.”

Ini benar-benar hari yang indah.

***TAMAT***
kafeincAvatar border
ardian76Avatar border
riodgarpAvatar border
riodgarp dan 12 lainnya memberi reputasi
13
523
11
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan