Sumber Gambar

Selamat Datang di Thread TS!



Perubahan judul film dari "Kiblat" menjadi "Thaghut" oleh rumah produksi Leo Pictures telah menimbulkan berbagai tanggapan di kalangan masyarakat. Keputusan ini diambil setelah munculnya kontroversi yang menuduh judul "Kiblat" mengeksploitasi agama Islam. Agung Saputra, selaku produser, menjelaskan bahwa perubahan ini dilakukan untuk meredakan ketegangan dan menghindari salah paham di kalangan umat Islam. Meskipun demikian, penggunaan istilah "Thaghut" yang berarti melampaui batas atau tindak kemusyrikan manusia terhadap Tuhannya, menimbulkan diskusi lebih lanjut tentang representasi dan sensitivitas agama dalam industri film.

Kontroversi ini mencerminkan betapa sensitifnya masyarakat terhadap penggunaan simbol dan istilah agama dalam media. Judul "Kiblat" yang sempat digunakan dianggap tidak pantas karena memiliki konotasi yang sangat sakral dalam Islam, yaitu arah sujud umat Islam saat beribadah. Eksploitasi simbol agama untuk kepentingan komersial memang sering kali memicu kritik keras, terutama jika dianggap tidak menghormati nilai-nilai dan keyakinan yang dijunjung tinggi oleh para penganutnya. Oleh karena itu, keputusan untuk mengganti judul menjadi "Thaghut" dapat dipandang sebagai langkah bijak untuk meredakan kontroversi tersebut.


Sumber Gambar

Namun, meskipun telah mengubah judul, Leo Pictures memutuskan untuk tidak melakukan syuting ulang. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan judul lebih merupakan upaya untuk menangani persepsi publik daripada perubahan substansial dalam narasi film itu sendiri. Keputusan ini mungkin pragmatis dari sudut pandang biaya dan produksi, tetapi tetap mengundang pertanyaan apakah perubahan judul saja cukup untuk menangani masalah yang lebih mendasar terkait representasi agama dalam film.

Kritik dari netizen terhadap "Kiblat" mencerminkan kekhawatiran yang lebih luas tentang bagaimana agama diperlakukan dalam budaya populer. Penggunaan gerakan dan atribut agama yang dinilai menyinggung menunjukkan bahwa ada garis tipis antara representasi yang menghormati dan yang mengeksploitasi. Dalam era media sosial, di mana kritik bisa menyebar dengan cepat, para pembuat film perlu lebih berhati-hati dalam menangani materi yang sensitif.


Sumber Gambar

Respon dari Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah Cholil Nafis menegaskan pentingnya sensitivitas budaya dan agama dalam produksi film. Dalam unggahannya di Instagram, ia menyoroti bagaimana film dapat mempengaruhi persepsi publik tentang agama. Dukungan atau kritik dari tokoh agama memiliki dampak yang signifikan dalam membentuk opini publik, dan dalam kasus ini, sorotan dari MUI menambah bobot pada argumen bahwa penggunaan judul "Kiblat" memang tidak pantas.

Film "Thaghut", yang dibintangi oleh aktor seperti Yasmin Napper, Ria Ricis, Arbani Yasiz, dan Dennis Adhiswara, tetap ditunggu oleh banyak penonton. Perubahan judul ini mungkin telah mengurangi sebagian kontroversi, tetapi masih banyak yang akan menilai bagaimana film ini menangani tema-tema sensitif tersebut. Pada akhirnya, ini adalah pengingat bagi industri film untuk selalu mempertimbangkan dampak kultural dan religius dari karya-karya mereka, agar dapat menciptakan hiburan yang tidak hanya menarik, tetapi juga menghormati nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.

Sumber Valid (baca baik-baik):
Sumber 1
Sumber 2
Sumber 3

Terima Kasih Sudah Mampir, Jangan Lupa Komen danCendolnya Gan!