- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Jangan Mencintaiku


TS
Dheaafifah
Jangan Mencintaiku
Di sebuah kota yang selalu sibuk dengan kesibukan dan kebisingan, hiduplah seorang wanita bernama Dhea. Dia adalah seorang profesional yang sangat berdedikasi, bekerja keras untuk mencapai impian-impian yang telah ia gantungkan tinggi-tinggi di langit mimpinya. Namun, di balik semua kesuksesan dan kesibukannya, Dhea menyimpan rahasia yang tak pernah ia ungkapkan pada siapa pun.

Pada suatu malam yang tenang, Dhea duduk di sudut kafe favoritnya, menatap ke luar jendela. Di luar, hujan turun dengan lembut, menciptakan irama yang menenangkan. Di hadapannya, sebuah cangkir kopi hangat mengeluarkan aroma yang menggoda. Dhea merenung, mengingat kembali pesan yang ia terima dari seorang pria yang mulai menaruh hati padanya.
“Hai, jangan mencintaiku,” bisik Dhea pada dirinya sendiri. “Sungguh, mencintaiku bukanlah hal yang menyenangkan.”
Pikirannya melayang kembali ke masa-masa ketika ia sering mengabaikan perhatian dari orang-orang di sekitarnya. Pekerjaan selalu menjadi prioritas utama, membuatnya sering lupa mengabari mereka yang peduli padanya. “Kamu akan sering aku abaikan karena pekerjaan,” gumamnya pelan. “Kamu akan sering tak mendapatkan kabar karena bisikku yang besar.”
Dhea sadar bahwa ia bukanlah orang yang mudah untuk dicintai. “Dan kamu akan sering diserang rindu karena aku tak bisa selalu di sampingmu,” lanjutnya dalam hati. Rindu, perasaan yang sering kali ia rasakan namun jarang ia ungkapkan.
Malam itu, Dhea kembali merenungi perasaannya. “Jangan jatuh cinta padaku,” bisiknya. “Sungguh, aku ini manusia rumit. Katanya, aku haus akan cinta, tapi ketika seseorang menawarkan ruang di hatinya untuk aku tempati, aku takut. Aku takut harus membayarnya dengan kekecewaan.”
Dia teringat kembali pada masa lalunya, penuh dengan kekecewaan dan luka yang belum sepenuhnya sembuh. “Lagipula, siapa aku? Berani-beraninya mencintai seseorang,” pikirnya.
Dhea tahu dirinya gampang marah, gampang cemburu, dan mudah rindu. “Aku ini manusia rumit,” ucapnya lirih. “Terkadang sulit mengerti apa maunya diri sendiri dan juga belum selesai dengan masa lalu.”
Di tengah renungannya, Dhea mendengar suara pintu kafe yang terbuka. Seorang pria masuk, matanya langsung tertuju pada Dhea. Dia tersenyum, mengabaikan semua kekhawatiran dan keraguan yang Dhea rasakan.
Pria itu mendekati meja Dhea, duduk di depannya, dan berkata, “Bagaimana, kamu masih mau mencintaiku?”
Dhea menatap pria itu dalam-dalam. Ada sesuatu dalam tatapannya yang membuat hati Dhea bergetar. Mungkin, hanya mungkin, cinta memang tidak pernah mudah, tapi selalu layak untuk diperjuangkan. Dengan senyum kecil, Dhea mengangguk pelan, menerima bahwa mungkin, dia juga layak untuk dicintai.
Gambar: google

Pada suatu malam yang tenang, Dhea duduk di sudut kafe favoritnya, menatap ke luar jendela. Di luar, hujan turun dengan lembut, menciptakan irama yang menenangkan. Di hadapannya, sebuah cangkir kopi hangat mengeluarkan aroma yang menggoda. Dhea merenung, mengingat kembali pesan yang ia terima dari seorang pria yang mulai menaruh hati padanya.
“Hai, jangan mencintaiku,” bisik Dhea pada dirinya sendiri. “Sungguh, mencintaiku bukanlah hal yang menyenangkan.”
Pikirannya melayang kembali ke masa-masa ketika ia sering mengabaikan perhatian dari orang-orang di sekitarnya. Pekerjaan selalu menjadi prioritas utama, membuatnya sering lupa mengabari mereka yang peduli padanya. “Kamu akan sering aku abaikan karena pekerjaan,” gumamnya pelan. “Kamu akan sering tak mendapatkan kabar karena bisikku yang besar.”
Dhea sadar bahwa ia bukanlah orang yang mudah untuk dicintai. “Dan kamu akan sering diserang rindu karena aku tak bisa selalu di sampingmu,” lanjutnya dalam hati. Rindu, perasaan yang sering kali ia rasakan namun jarang ia ungkapkan.
Malam itu, Dhea kembali merenungi perasaannya. “Jangan jatuh cinta padaku,” bisiknya. “Sungguh, aku ini manusia rumit. Katanya, aku haus akan cinta, tapi ketika seseorang menawarkan ruang di hatinya untuk aku tempati, aku takut. Aku takut harus membayarnya dengan kekecewaan.”
Dia teringat kembali pada masa lalunya, penuh dengan kekecewaan dan luka yang belum sepenuhnya sembuh. “Lagipula, siapa aku? Berani-beraninya mencintai seseorang,” pikirnya.
Dhea tahu dirinya gampang marah, gampang cemburu, dan mudah rindu. “Aku ini manusia rumit,” ucapnya lirih. “Terkadang sulit mengerti apa maunya diri sendiri dan juga belum selesai dengan masa lalu.”
Di tengah renungannya, Dhea mendengar suara pintu kafe yang terbuka. Seorang pria masuk, matanya langsung tertuju pada Dhea. Dia tersenyum, mengabaikan semua kekhawatiran dan keraguan yang Dhea rasakan.
Pria itu mendekati meja Dhea, duduk di depannya, dan berkata, “Bagaimana, kamu masih mau mencintaiku?”
Dhea menatap pria itu dalam-dalam. Ada sesuatu dalam tatapannya yang membuat hati Dhea bergetar. Mungkin, hanya mungkin, cinta memang tidak pernah mudah, tapi selalu layak untuk diperjuangkan. Dengan senyum kecil, Dhea mengangguk pelan, menerima bahwa mungkin, dia juga layak untuk dicintai.
Gambar: google




bukhorigan dan spaghettimi memberi reputasi
2
74
14


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan