- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Diujung Ketidakpastian


TS
Dheaafifah
Diujung Ketidakpastian
Malam itu, angin berhembus pelan, membelai lembut wajahku yang sedang duduk termenung di balkon. Aku ingat jelas, bagaimana setiap malam seperti ini, dia selalu hadir dalam pikiranku. Seseorang yang membuat hatiku berdebar, seseorang yang menjadi pusat duniaku.

Namanya Raka. Dia adalah pria yang selalu membuatku merasa istimewa. Setiap hari, dia mengirim pesan menanyakan kabarku, memastikan aku baik-baik saja. Bahkan, setelah pulang kerja, dia rela menempuh jarak yang jauh hanya untuk bertemu denganku. Kami berdua sering berboncengan naik sepeda motor, mengelilingi kota tanpa tujuan, menikmati dinginnya angin malam. Ada saat-saat di mana kami hanya duduk berdua, bertukar cerita, dan merasa dunia hanya milik kami berdua.
Namun, di balik kebersamaan itu, ada sebuah pertanyaan yang selalu menghantuiku. "Kita ini apa, Raka?" tanyaku suatu malam. Jawabannya selalu membuatku bingung. "Aku tidak tahu, Desi," jawabnya singkat. Entah mengapa, setiap kali kutanyakan hal itu, dia selalu menghindar. Aku merasa asing dengan jawabannya. Rasanya seperti ada sesuatu yang disembunyikannya, sesuatu yang tak ingin dia bagikan denganku.
Meskipun begitu, aku tidak bisa berhenti mencintainya. Mungkin aku bodoh karena tidak tahu kapan harus berhenti dan kapan harus bertahan. Setiap hari aku mencoba untuk mengerti, mencoba untuk memahami bahwa mungkin dia butuh waktu untuk menyadari perasaannya. Tapi, sampai kapan aku harus menunggu?
Aku mencintainya dengan segala kelemahan dan kelebihannya. Meski aku tahu dia masih bersama orang lain, hatiku tetap untuknya. Luka di hatiku semakin dalam setiap kali mengingat senyumnya yang tak pernah gagal membuatku bahagia. Rasa sakit ini adalah bukti bahwa aku benar-benar mencintainya.
Suatu malam, kami kembali berboncengan mengelilingi kota. Angin malam membelai wajah kami, membawa sejuta kenangan yang tak pernah pudar. Aku mencoba mengumpulkan keberanian untuk bertanya lagi. "Raka, apakah kau pernah memikirkan kita bisa lebih dari sekadar teman?" tanyaku pelan, nyaris berbisik. Dia terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. "Desi, aku tidak tahu harus berkata apa. Aku suka kamu, tapi aku juga terikat dengan seseorang. Aku butuh waktu untuk menyelesaikan semuanya," jawabnya dengan nada penuh kebingungan.
Jawaban itu membuat hatiku semakin berat. Aku tahu dia tulus, tapi ketidakpastian ini membunuhku perlahan. Aku terlanjur jatuh cinta, dan aku tidak tahu kapan waktu yang tepat untuk pergi atau untuk bertahan. Yang aku tahu, aku hanya ingin dia menyadari bahwa akulah yang selalu ada untuknya.
Malam semakin larut, dan kami kembali pulang dengan hati yang sama-sama berat. Dalam perjalanan pulang, aku berjanji pada diriku sendiri untuk memberi waktu dan ruang bagi Raka. Mungkin dia memang butuh waktu untuk menyadari bahwa aku adalah orang yang mencintainya dengan sepenuh hati.
Namun, di suatu titik, aku harus memilih untuk mencintai diriku sendiri lebih dulu. Mungkin saat itu, aku akan menemukan jawaban yang sebenarnya. Sambil menatap bintang di langit malam, aku berharap, semoga cinta ini menemukan jalannya.
Dan aku, masih di sini, mencoba untuk mengerti dan bertahan, mencintai Raka dengan segala ketidakpastian yang ada.
Gambar: google

Namanya Raka. Dia adalah pria yang selalu membuatku merasa istimewa. Setiap hari, dia mengirim pesan menanyakan kabarku, memastikan aku baik-baik saja. Bahkan, setelah pulang kerja, dia rela menempuh jarak yang jauh hanya untuk bertemu denganku. Kami berdua sering berboncengan naik sepeda motor, mengelilingi kota tanpa tujuan, menikmati dinginnya angin malam. Ada saat-saat di mana kami hanya duduk berdua, bertukar cerita, dan merasa dunia hanya milik kami berdua.
Namun, di balik kebersamaan itu, ada sebuah pertanyaan yang selalu menghantuiku. "Kita ini apa, Raka?" tanyaku suatu malam. Jawabannya selalu membuatku bingung. "Aku tidak tahu, Desi," jawabnya singkat. Entah mengapa, setiap kali kutanyakan hal itu, dia selalu menghindar. Aku merasa asing dengan jawabannya. Rasanya seperti ada sesuatu yang disembunyikannya, sesuatu yang tak ingin dia bagikan denganku.
Meskipun begitu, aku tidak bisa berhenti mencintainya. Mungkin aku bodoh karena tidak tahu kapan harus berhenti dan kapan harus bertahan. Setiap hari aku mencoba untuk mengerti, mencoba untuk memahami bahwa mungkin dia butuh waktu untuk menyadari perasaannya. Tapi, sampai kapan aku harus menunggu?
Aku mencintainya dengan segala kelemahan dan kelebihannya. Meski aku tahu dia masih bersama orang lain, hatiku tetap untuknya. Luka di hatiku semakin dalam setiap kali mengingat senyumnya yang tak pernah gagal membuatku bahagia. Rasa sakit ini adalah bukti bahwa aku benar-benar mencintainya.
Suatu malam, kami kembali berboncengan mengelilingi kota. Angin malam membelai wajah kami, membawa sejuta kenangan yang tak pernah pudar. Aku mencoba mengumpulkan keberanian untuk bertanya lagi. "Raka, apakah kau pernah memikirkan kita bisa lebih dari sekadar teman?" tanyaku pelan, nyaris berbisik. Dia terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. "Desi, aku tidak tahu harus berkata apa. Aku suka kamu, tapi aku juga terikat dengan seseorang. Aku butuh waktu untuk menyelesaikan semuanya," jawabnya dengan nada penuh kebingungan.
Jawaban itu membuat hatiku semakin berat. Aku tahu dia tulus, tapi ketidakpastian ini membunuhku perlahan. Aku terlanjur jatuh cinta, dan aku tidak tahu kapan waktu yang tepat untuk pergi atau untuk bertahan. Yang aku tahu, aku hanya ingin dia menyadari bahwa akulah yang selalu ada untuknya.
Malam semakin larut, dan kami kembali pulang dengan hati yang sama-sama berat. Dalam perjalanan pulang, aku berjanji pada diriku sendiri untuk memberi waktu dan ruang bagi Raka. Mungkin dia memang butuh waktu untuk menyadari bahwa aku adalah orang yang mencintainya dengan sepenuh hati.
Namun, di suatu titik, aku harus memilih untuk mencintai diriku sendiri lebih dulu. Mungkin saat itu, aku akan menemukan jawaban yang sebenarnya. Sambil menatap bintang di langit malam, aku berharap, semoga cinta ini menemukan jalannya.
Dan aku, masih di sini, mencoba untuk mengerti dan bertahan, mencintai Raka dengan segala ketidakpastian yang ada.
Gambar: google






bukhorigan dan 2 lainnya memberi reputasi
3
80
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan