TEL AVIV, KOMPAS.com - Kementerian Luar Negeri Israel menyatakan pada Minggu (28/7/2024) bahwa Hezbollah melanggar semua garis merah (batas wilayah) usai serangan roket di Dataran Tinggi Golan.
Israel menuduh Kelompok Hezbollah yang melakukan serangan di lapangan sepak bola di Kota Majdal Shams Dataran Tinggi Golan tersebut.
Pasalnya, serangan itu telah menewaskan sedikitnya 12 anak muda. Selain itu, roket yang menghantam Golan adalah roket Iran.

"Pembantaian hari Sabtu merupakan pelanggaran garis merah yang dilakukan Hezbollah. Ini bukan tentara yang melawan tentara lain, melainkan kelompok bersenjata yang dengan sengaja menembaki warga sipil," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan, dikutip dari AFP.
Hezbollah yang didukung Iran, yang pada hari Sabtu mengeklaim beberapa serangan terhadap posisi militer Israel setelah serangan mematikan di Lebanon selatan.

Namun Hezbollah membantah bertanggung jawab atas serangan yang melanda kota Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan.
Kementerian luar negeri mengatakan sebuah roket Iran menyebabkan kematian anak laki-laki dan perempuan Israel.
"Hezbollah adalah satu-satunya organisasi yang memiliki roket tersebut di gudang senjatanya," katanya.

"Israel akan menggunakan hak dan kewajibannya untuk bertindak membela diri dan akan menanggapi pembantaian tersebut," jelasnya.
Militer Israel mengatakan serangan roket itu menewaskan 12 orang berusia antara 10-20 tahun ketika mereka diserang di lapangan sepak bola di Majdal Shams.
Yakni sebuah kota Druze di mana banyak penduduknya belum menerima kewarganegaraan Israel sejak Dataran Tinggi Golan direbut dari Suriah pada 1967.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang kembali lebih awal dari kunjungannya ke Amerika Serikat, bersumpah bahwa Israel tidak akan membiarkan serangan mematikan itu tidak terjawab.

Dia dijadwalkan memimpin rapat komite keamanan pada Minggu malam.

sumber