- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Diskusi Keswadayaan Lokal dan Etos Kewirausahaan Yogyakarta


TS
GenkKobra
Diskusi Keswadayaan Lokal dan Etos Kewirausahaan Yogyakarta

Diskusi Keswadayaan Lokal dan Etos Kewirausahaan, Yogyakarta.
Yogyakarta, (25/07/24) - Diskusi bertajuk Keswadayaan Lokal dan Etos Kewirausahaan itu digelar seharian pada Rabu (24/7/2024), di Grand Rohan Jogja. Hadir sejumlah tokoh penting diundang pada kegiatan hasil kolaborasi dengan Bina Trubus Swadaya dan Dompet Dhuafa"
GKR Mangkubumi selaku Penjaga Inti Kebudayaan Keraton Yogyakarta hadir memberikan pandangan dan pemaparan atas pola hidup masyarakat Yogyakarta yang menjalani hidup sebagian besar sebagai pelaku usaha mikro. Kepala BKKBN yang pernah menjabat Bupati Kulonprogo 2011-2019, Dr (HC) dr Hasto Wardoyo Sp OG(K) memberikan pemaparan konsep Bela-Beli Kulonprogo yang mulai dilaksanakan saat ia menjadi Bupati.

Undangan lain yang hadir, Pakar Ekonomi Perkotaan UI Komara Djaja Ph D, Pendiri KSPPS Beringharjo Mursida Rambe, Dewan Syuro Masjid Jogokariyan Muhammad Jazir Asp.
Kemudian, Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya UGM yang juga Pakar Sejarah Ekonomi Prof Dr Bambang Purwanto, Dr Ir Mahditia Paramita M Sc (CEO masterplandesa.com, HRC Caritra Foundation), Rahmawati Husein MCP Ph D (Dewan Pakar MDMC, Ketua Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana PP Aisyiyah).

Mursida Rambe pada sesi siang hari menjelaskan bahwa perjuangan awal mendirikan BMT Beringharjo dimulai dari uang pinjaman senilai 3 juta Rupiah.
"Kami mulai dengan segala keterbatasan dan kejujuran dalam mengelola keuangan," terang Mursida Rambe. "Saya bukan penduduk asli Yogyakarta. Tapi saya sangat ingin mengembangkan koperasi di kota ini. Demi memberantas pelaku rentenir yang sangat memberatkan pelaku usaha kecil."
Mursida Rambe menyarankan bahwa untuk memulai jiwa kewirausahaan harus dilakukan semenjak kecil.
"Anak saya dari kecil SD kelas 3, sudah mulai belajar wirausaha. Bahkan di sekolahnya, setiap minggu diminta untuk membawa hasil karya apapun untuk dipamerkan dan dijual di sekolah," tambahnya saat sesi wawancara.

Pemaparan yang tidak kalah menarik diberikan oleh Ustadz Muhammad Jazir. Selaku dewan syuro masjid Jogokaryan, Ustadz Jazir memaparkan perjuangan pengurus masjid yang berhasil membesarkan perekonomian mandiri hingga mempunyai saldo tahunan milyaran rupiah.
"Dahulu kala, perekonomian masyarakat di Jogja menggunakan konsep Juragan-Sabat (Sahabat). Apabila sang juragan mendapat keuntungan, begitu juga dengan para Sabat akan mendapatkan keuntungan yang setimpal. Pola hubungannya saling mensejaterahkan. Bukan pola hubungan tuan dan buruh jaman sekarang yang menghasilkan ketimpangan ekonomi," terang Ustad Jazir. "Jogokaryan dibangun untuk menjadi pusat perekonomian umat. Dimulai dari jimpitan dan sumbangan jamaah masjid. Kini Jogokaryan mampu memberikan penghasilan dan bergerak memberikan dana pensiun bagi pengurusnya."
Fenomena masjid Jogokaryan menjadi contoh keberhasilan ekonomi umat yang dibangun lewat aktivitas para pengurus dan jamaah masjid. Ekspor produk pakaian dan asesoris dari masjid ini telah merambah pasar mancanegara.

"Anak muda harus mampu mengembangkan kewirausahaan berbasis budaya. Saling menolong bagi siapa saja yang membutuhkan. Membantu bagi yang tidak mampu dan diberi peluang untuk berusaha. Anak saya sejak jaman kuliah sudah mampu mandiri dan membantu teman-temannya untuk berwirausaha bersama-sama," tambah Ustad Jazir menutup wawancara
Setyawan
Sumber : Wawancara dan liputan langsung
0
34
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan