- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Wejangan Untuk yang Belum dan Akan Menikah


TS
anggorofff
Wejangan Untuk yang Belum dan Akan Menikah

Biasanya wejangan diberikan oleh seoang Suhu yang sudah mengalami kepada yang belum mengalami. Ronaldo dan Messi berhak memberi wejangan tentang bola pada pesepakbola muda. Dewa Budjana dan Erros berhak memberi wejangan tentang gitar paa gitaris muda. Syahrul Yasin Limpo dan Juliari Batubara berhak memberi wejangan tentang menjadi iblis kepada iblis.
Tapi, kali ini saya, ingin memberi wejangan untuk yang belum dan akan menikah. Dari saya yang belum nikah. Mengutip sedikit dari khatib shalat jumat, wejangan ini saya tulis khususnya kepada diri saya sendiri, umumnya kepada useless people sekalian.
Percayalah, ini sebenarnya adalah hanya hal dasar. Hal yang seharusnya bisa dipikirkan oleh manusia yang sudah berevolusi sempurna, karena yang jadi pembahasan banyak yang nyerempet ekonomi dan dasar dalam bermasyarakat.
Biak. Kita mulai.
Kita selayaknya sepakat. Bahwa kita tak bisa mengukur secara pasti kesiapan mental seseorang untuk menikah dan memiliki anak atau tidak. Kita hanya punya tanda-tandanya saja, yang tidak bisa dikonversi ke dalam angka. Selain itu, tidak ada alat ukur pasti.
Tapi, kita bisa mengukur kesiapan ekonomi seseorang untuk menikah dan memiliki anak atau tidak. Karena ada angka. Ada angka yang bisa diolah untuk menghasilkan jawaban seseorang itu sudah siap atau belum secara ekonomi.
Jadi ini dia wejangan dari saya. Nomor 6 bikin kamu merindink!
Jika anda punya pendapatan yang bisa mencukupi kebutuhan primer dua manusia. Silakan menikah. Jika tidak punya. Ya jangan menikah dulu. Itu juga berlaku jika anda pengin punya anak. Jika pendapatan belum bertambah, jangan punya anak dulu.
Jangan maksa.
Lebih baik anda pergi ke minimarket terdekat. Lalu bilang ke kasir "Mbak, beli "elastic goods inhibit world population growth" satu aja". Ntar mbak kasir pasti jawab "Hah?". Timpali "Kondom, mbak. Kondom!". Lalu bayar, jangan lupa 200nya didonasikan.
Sebagai insan yang tidak religius religius banget. Saya percaya bahwa rejeki setiap makhluk itu sudah diatur oleh Tuhan. Itu ada di Kitab Suci.
Tapi. Sepanjang saya hidup. Saya belum pernah menjumpai seorang bayi lahir bawa CV lalu berangkat ngelamar kerja. Artinya apa? Betul. Orang tua adalah jalan rejeki anak bagi anak . Lalu bayangkan kalo jalannya rusak, apakah rejeki itu bisa sampai dengan lancar?
"Ntar lu juga bakal ngerasain kayak gue"
Bruh, kesulitan yang datang menghampiri anda itu adalah konsekuensi atas pilihan anda sendiri. Jika kami memilih untuk nikah dan punya anak tanpa persiapan matang seperti anda, tentu kami bakal ngerasain kayak kalian.
Saya sepenuhnya sadar, bahwa berumah tangga itu pasti ada konflik dan masalah di dalamnya. Namanya dua orang yang ketemu tiap hari. Tapi ya jangan sampai masalah itu sampai keluar. Jangan sampai mengharuskan orang lain ikut menyelesaikannya.
"Lu enak masih bujang, belum punya tanggungan"
Ya emang enak. Anda juga pernah ngerasain, kan? Kalo belum puas bujang dan ekonomi masih ngos-ngosan, ngapain pilih punya tanggungan? Nikah dan punya anak itu pilihan. Bukan dapat dari lotre!
Untuk anda-anda yang berusia 20-30, pasti sudah familiar dengan dana darurat. Jika tidak pun, ada sebuah istilah bernama tabungan. Jangan sekali-kali nikah kalau gak punya dana darurat/ tabungan.
Jika punya tabungan, ya jangan habiskan semuanya untuk pesta perkimpoian. Masih ada hari esok. Kita sudah tidak hidup di masa berburu, yang buruan hari ini harus dihabiskan hari ini. Ketimbang tabungan dihabiskan untuk pesta, tabung aja. Tabung!
Untuk hal ini anda perlu mengamini "Kalo bisa dihabiskan besok. Kenapa dihabiskan sekarang". Masih ada hari esok. Kalopun besok mati. Tabungan anda bisa dipakai biaya pemakaman anda!
5. Jangan Berpikir Membantu Anda Adalah Kewajiban Orang Lain

Manusia tidak bisa hidup sendiri. Ada waktunya kita harus meminta bantuan orang lain. Tapi ya tidak setiap anda ada kesulitan, orang lain wajib membantu anda. Jangan gunakan poin nomor 3 untuk dijadikan pembenaran bahwa orang lain harus membantu anda.
Ketika anda sudah memilih sebuah pilihan, mengambil sebuah tanggung jawab. Anda harus konsekuen. Jangan ajak orang lain menanggung konsekuensi atas pilihan anda.
****************************************************************************
Jadi, mari mendayagunakan akal yang sudah dianugerahkan Tuhan. Belajar mengerti konsekuensi. Anda tetap bisa hidup jika terjun dari lantai 5 sebuah gedung tanpa parasut dan pengaman. Tapi konsekuensinya mungkin kaki patah, tulang punggung patah, lengan patah, bibir pecah-pecah, panas dalam, cantengan, dan divideoin oleh seseorang demi views media sosialnya.
Begitu juga dengan nikah dan punya anak. Kita tetap bisa hidup saat memilih nikah dan mempunyai anak tanpa kesiapan ekonomi. Tapi konsekuensinya mungkin pas mau USG pinjam ke Wagimin, pas popok habis pinjam ke Sugeng, dan pas susu abis pinjam ke Asep.
Sekali lagi, wejangan ini saya tulis khususnya untuk saya sendiri, dan umumnya untuk useless people sekalian. Tidak ada tendensi untuk menyinggung siapapun.
Tapi kalo anda tersinggung, saya dari hati terdalam mengucapkan "BODO AMAT!".
Ingat, sohabat. Imam Syafi'i pernah berkata "Saat kamu menyampaikan kebenaran, maka kamu akan menemukan 2 reaksi yang berbeda. Orang yang cerdas akan merenung. Orang yang bodoh akan tersinggung"
KEEP READ AND SOUND
Diubah oleh anggorofff 18-07-2024 02:30
0
85
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan