Sumber Gambar

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Indonesia, Budi Arie Setiadi, menjadi pusat perhatian setelah media asing Channel NewsAsia (CNA) menyebutnya sebagai "menteri giveaway." Istilah giveaway dalam bahasa informal berarti sesuatu yang diberikan cuma-cuma atau gratis. CNA dalam sebuah artikelnya menulis,"Indonesia's giveaway minister faces growing pressure to resign after worst cyberattack in years." Julukan ini muncul di tengah meningkatnya tekanan terhadap Budi Arie Setiadi untuk mundur dari jabatannya, menyusul serangan siber besar-besaran yang menimpa Indonesia. Serangan tersebut dianggap sebagai yang terburuk dalam beberapa tahun terakhir dan telah menimbulkan kekhawatiran serius tentang keamanan siber di Indonesia.

Tekanan untuk mengundurkan diri ini semakin kuat dengan adanya petisi yang telah ditandatangani oleh lebih dari 18.000 warga Indonesia. Petisi tersebut digerakkan oleh organisasi masyarakat sipil berbasis di Bali, Safenet Voice, yang dipimpin oleh direktur eksekutifnya, Nenden Arum. Mereka menilai bahwa kegagalan pemerintah dalam mencegah dan menangani serangan siber ini menunjukkan ketidakmampuan dan kurangnya kepemimpinan yang efektif dari Menkominfo. Kondisi ini mencerminkan pentingnya peningkatan keamanan siber di Indonesia serta kebutuhan akan kepemimpinan yang kuat dan kompeten dalam menghadapi ancaman digital yang semakin kompleks dan berbahaya.

Sumber Gambar

Menurut opini TS, julukan "menteri giveaway" memang wajar diberikan kepada Budi Arie Setiadi mengingat posisinya yang ditunjuk untuk menggantikan menteri sebelumnya yang terjerat kasus korupsi. Budi Arie Setiadi adalah lulusan Universitas Indonesia dengan gelar Sarjana Sosial dalam Komunikasi pada tahun 1996 dan melanjutkan studi pascasarjana di bidang manajemen pembangunan sosial di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI. Jika dilihat sekilas, latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja Budi Arie tidak menunjukkan keterkaitan langsung dengan bidang komunikasi dan informatika, yang menunjukkan ketidaksesuaian antara kompetensi individu dengan posisi yang diembannya.

Penunjukkan seorang menteri seharusnya didasarkan pada kompetensi dan rekam jejak yang relevan dengan bidang yang akan dijabat. Seorang menteri yang menguasai betul bidangnya akan lebih mampu mengambil langkah-langkah preventif dan responsif terhadap berbagai tantangan, seperti serangan siber. Ketika serangan siber terjadi, seorang menteri yang kompeten di bidang ini akan bergerak cepat untuk mengatasi masalah dan meminimalisir dampak negatifnya. Kurangnya keahlian teknis di bidang komunikasi dan informatika dapat menyebabkan penanganan yang kurang efektif dan memperbesar risiko terhadap keamanan nasional di dunia digital yang semakin kompleks.

Ke depannya, kepala negara perlu lebih memperhatikan keahlian dan bidang yang dikuasai oleh kandidat sebelum menunjuk seseorang menjadi menteri. Penempatan individu yang kompeten dan berpengalaman di posisi strategis seperti Menkominfo akan memastikan bahwa negara memiliki kepemimpinan yang kuat dan mampu mengatasi tantangan di bidang teknologi dan keamanan siber. Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa insiden-insiden yang mengancam keamanan dan stabilitas digital negara dapat ditangani dengan lebih baik dan profesional.

Sumber Valid (baca baik-baik):
Link Referensi 1 , Link Referensi 2