Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Singapura dan dolar Hong Kong terpantau terus mengalami pelemahan. Hal ini terjadi diikuti dengan kuatnya kondisi perekonomian Singapura dan Hong Kong dibandingkan dengan Indonesia.
Dilansir dari Refinitiv, per tanggal 5 Juli 2024 pukul 08:58 WIB, rupiah melemah terhadap dolar Singapura sebesar 3,58% secara year to date (ytd) dan 6,03% ytd terhadap dolar Hong Kong.

Sementara secara nilainya, saat ini nilai tukar rupiah terhadap dolar Singapura berada di angka Rp12.073/SG$. Nilai ini jauh lebih menguat dibandingkan 10  tahun lalu di mana nilai tukar masih berada di kisaran Rp 9.377/SG$. Artinya, dolar Singapura sudah menguat 28% terhadap rupiah.




Jika dibandingkan dengan Singapura, kondisi perekonomian Indonesia memang cukup berada jauh di bawah. Hal ini tercermin dari data pada kuartal I-2024, seperti neraca pembayaran, transaksi berjalan, neraca perdagangan, ekspor barang dan jasa, hingga cadangan devisa (cadev) Mei 2024.
Sebagai contoh di tengah ketidakpastian global yang ada belakangan ini, Singapura masih mampu mencatatkan transaksi berjalan yang positif pada kuartal I-2024 yakni sebesar US$27,52 miliar, sementara Indonesia berada di teritori negatif/defisit US$2,2 miliar.

Neraca perdagangan Singapura juga 0,8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia yang hanya surplus US$7,33 miliar pada periode kuartal I-2024. Hal ini tercapai mengingat ekspor barang dan jasa Singapura yang sangat besar pada periode tersebut yakni sebesar US$221,8 miliar dibandingkan Indonesia yang hanya surplus US$62,2 miliar.
Ekspor yang besar tersebut berujung pada tingginya persediaan cadev Singapura yakni US$370,54 miliar dibandingkan Indonesia yang hanya US$139 miliar pada Mei 2024.




Perekonomian yang sangat solid ini menjadi daya tarik bagi investor asing untuk menempatkan dananya ke Singapura. 
Peringkat Singapura dalam kemudahan berinvestasi juga jauh di atas Indonesia.
Berdasarkan data Ease of Doing Business yang dikeluarkan oleh Bank Dunia, menunjukkan bahwa Singapura berada diperingkat kedua sementara Indonesia berada diperingkat 73 dari 190 negara.

Sebagai catatan, peringkat kemudahan berusaha yang tinggi berarti lingkungan regulasi lebih mendukung untuk memulai dan mengoperasikan perusahaan lokal. Peringkat ini ditentukan dengan mengurutkan skor agregat pada 10 topik, masing-masing terdiri dari beberapa indikator, dengan memberikan bobot yang sama untuk setiap topik.

Salah satu alasan mengapa Singapura menjadi negara maju, yakni karena pemerintah setempat menciptakan lingkungan peraturan yang ramah bisnis untuk pengusaha lokal dan internasional. Singapura adalah hub bisnis hingga perdagangan di ASEAN sehingga ribuan kantor perusahaan internasional berkantor di sana untuk berbisnis. 

Hal ini membuat kunjungan wisatawan luar negeri  baik untuk wisata atau berbisnis juga meningkat. Jumlah kunjungan wisata ke Singapura pada 2023 mencapai 13,6 juta sementara pada pra-pandemi atau 2019 menembus 19,11 juta. Bandingan dengan Indonesia yang hanya mendatangkan 11,68 juta pada 2023 dan sebanyak 16,11 juta pada 2019.
Padahal, luas Indonesia 2.594 kali dari Singapura. Luas Singapura hanya 734,3 km² sementara Indonesia 1.922.570 km².
Dikutip dari situs Guide Me in Singapore, kegiatan ekonomi utama penduduk Singapura adalah industri dan jasa. Hampir sebagian besar penduduk negara ini bekerja di sektor industri, baik manufaktur maupun mesin, juga jasa pariwisata dan keuangan.
Adapun sektor utama kegiatan ekonomi penduduk Singapura adalah industri manufaktur. Sektor ini mencakup industri elektronik, bahan kimia, ilmu biomedis, logistik, dan teknik transportasi.
Berdasarkan data dari World Bank, nilai perdagangan barang dan jasa Singapura setara dengan 185% dari Produk Domestik Bruto (PDB. Besarnya ekspor dan jasa membuat pemasukan dolar besar sehingga posisi dolar Singapura pun perkasa.


sumber