- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Ujaran Kebencian Berpaham Anti Jepang Merebak di Media Sosial China


TS
4574587568
Ujaran Kebencian Berpaham Anti Jepang Merebak di Media Sosial China

BEIJING, KOMPAS.com - Perusahaan internet besar di China, termasuk Tencent dan NetEase, telah mengumumkan tindakan keras terhadap apa yang disebut nasionalisme ekstrem di dunia maya, khususnya sentimen anti-Jepang.
Langkah ini menyusul insiden tragis di Suzhou, di mana seorang wanita China tewas saat mencoba melindungi seorang ibu dan anak Jepang dari serangan pisau.
Insiden tersebut menarik perhatian publik. Tencent menyatakan bahwa beberapa netizen telah menghasut konfrontasi antara China dan Jepang, memprovokasi nasionalisme ekstrem.
Dilansir dari Guardian, Tencent, yang memiliki aplikasi perpesanan WeChat, dan NetEase, mengumumkan akan menyelidiki dan melarang pengguna yang memicu kebencian.
Peristiwa tragis itu terjadi ketika seorang pria pengangguran bernama Zhou menikam seorang ibu dan anak Jepang di halte bus di luar sekolah Jepang di Suzhou.
Hu Youping, seorang wanita China yang mencoba melerai serangan tersebut, meninggal akibat luka-lukanya.
Kepahlawanannya dipuji secara luas, dengan bendera Jepang dikibarkan setengah tiang di kedutaan besar Jepang di China.
Namun, di media sosial, reaksi nasionalis yang ekstrem muncul. Weibo, platform mirip Twitter dengan 588 juta pengguna aktif bulanan, melaporkan bahwa beberapa pengguna mempublikasikan komentar ekstrem yang menghasut sentimen nasionalis dan mempromosikan kebencian.
Douyin, aplikasi video pendek seperti TikTok, juga berjanji untuk menyelidiki xenofobia ekstrem di platformnya.
Fenomena nasionalisme ekstrem ini telah berkembang pesat di internet China, yang biasanya diawasi ketat. Video yang mengolok-olok sekolah Jepang sangat populer, dan banyak pengguna media sosial melihat hubungan antara xenofobia online dan serangan di dunia nyata.
Weibo mengklaim telah menghapus 759 konten ilegal, sementara Tencent menangani 836 unggahan yang melanggar peraturan. Beberapa akun juga telah diblokir di kedua platform tersebut. Meskipun demikian, ada kritik terhadap langkah perusahaan internet ini. Beberapa pengguna menuduh platform-platform tersebut sebagai musuh China.
Pihak berwenang China menyatakan bahwa serangan pisau ini adalah insiden yang terisolasi, serupa dengan insiden sebelumnya di mana empat pendidik AS ditikam di provinsi Jilin.
sumber
0
135
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan