- Beranda
- Komunitas
- Story
- Heart to Heart
KESEMPATAN KEDUA


TS
bangrobby1372
KESEMPATAN KEDUA
Nama ku David. Aku di lahirkan pada sebuah keluarga yang memiliki materi yang berkecukupan, sebab ayah ku adalah seorang yang memiliki pekerjaan yang sangat baik. Kehidupan yang sangat berlebihan tersebut membuat aku dan adikku yang berusia sepuluh tahun lebih muda dari aku menjalani kehidupan yang sangat menyenangkan. Kami tidak pernah merasa kekurangan dalam materi. Ayah telah membelikan aku sepeda motor yang memiliki nominal harga yang sangat fantastis untuk ukuran murid kelas 2 SMU seperti diriku.
Dan Terima kasih Tuhan, Mukjizatmu telah Nyata dengan Kesempatan Kedua yang Kau beri untukku.
Terima Kasih Sudah Mampir, Jangan Lupa Komen danCendolnya Gan!
Baca Juga :Kunci bahagia Kemenangan Semu Suatu Pagi
Aku dan adikku pun memiliki penampilan fisik di atas rata-rata . Aku akui adikku sangat cantik . Dia mewarisi kelembutan dan ke ayuan ibu yang berasal dari bali dan ayah yang berasal dari keturunan Thionghoa. Perpaduan antara pribumi dan oriental menjadikan penampilan fisik ku menjadi sangat di sukai lawan jenisku. Atau mungkin juga karena limpahan materi yang ada padaku. Aku pun tak tahu tetapi sejak kelas 3 SMP aku telah memiliki seorang pacar. Dan banyak yang mennyebut diriku seorang Playboy. Aku tak pernah merasa seperti itu , tetapi yang di pikiran ku adalah selama masih muda dan dikelilingi oleh bunga-bunga yang cantik mengapa harus di sia-siakan.
Begitu banyak aku mengenal cewek, dan banyak yang telah merasa kecewa karena seringnya aku meninggalkan mereka. Sampai suatu saat aku bertemu dengan seseorang yang membuat aku tak bisa memalingkan wajahku ke arah cewek yang lain. Memang wajahnya telah mengalihkan duniaku.
Aku berkenalan dengan nya saat aku menjadi pembimbing pada masa Orientasi siswa baru. Aku melihatnya dan saat itu juga aku terpesona padanya dan ingin sekali memilikinya. Aku sangat merasa tersiksa bila tidak bisa untuk menjadi pacarnya. Namanya Clara, dan dari masa perkenalan tersebut kami saling menukar nomor PONSEL. Dari situlah mulai kami merasa akrab dan akhirnya kami menjadi sepasang kekasih.
Entah karena perasaan saling mencintai atau perasaan yang lain, kami saling menjaga hubungan kami hingga aku di kelas 3 SMU dan dia kelas 2 . Seringnya pertemuan kami menjadikan kami terkadang sedikit menyerempet melakukan hal-hal yang belum sepantasnya kami lakukan. Entah itu cinta atau nafsu, tetapi pada suatu hari kami melakukan yang belum layak kami lakukan.
Kami melakukannya di rumah Clara dan saat selesai kami melakukan terasa jelas sesal kami berdua. Aku pun saat itu berjanji untuk tidak mengulanginya lagi dan meminta maaf pada Clara apa yang terjadi. Tetapi kejadian tersebut sepertinya tidak menjadikan kami berdua jera, atau pun merasa bersalah. Selalu saja ada keinginan untuk melakukan hal tersebut dan kami pun melakukannya lagi dan lagi. Tak ada sesal lagi selain keinginan menikmati tubuh kami masing-masing. Dan ternyata ini adalah sebuah awal dari sebuah cobaan terberat dalam hidupku.
**********************************
Aku baru saja terbangun, jam menunjukkan pukul 16.00. Suasana rumah sangat sepi. Ibu pasti keluar bersama Chika adikku mengantarnya pergi ke Bimbingan Belajar. Papa sudah tiga hari ke luar kota, dan itu sudah hal biasa. Aku hanya berdua bersama pembantu rumah kami.
Tiba-tiba ponsel ku berdering. Dan ku lihat di layarnya ternyata Mama.
“ Ya, ma ada apa, aku di rumah gak kemana-mana,” kataku jengkel sebelum mama menanyakan aku sudah memberi keterangan lebih dulu.
“ Bukan itu Vid,” kata mama kelihatan cemas dan seperti menangis. Aku jadi terkejut.
“ Ada apa ma, kok mama seperti menangis?”
“ Papa Vid, Papa kecelakaan,”
Bagai di sambar petir aku mendengar mama memberitahuku bahwa papa kecelakaan. Dan sekarang papa berada di sebuah rumah sakit.
“ Iya ma, aku akan segera ke rumah sakit,”
Aku segera bergegas mengganti pakaianku dan memberitahu pembantuku bahwa papa kecelakaan. Aku segera memacu motorku ke rumah sakit yang di sebut mama tadi. Sesampai di rumah sakit telah ku dapati seluruh keluarga telah berkumpul. Aku segera di peluk oleh Oma , Opa dan Paman serat Bibiku. Mama tak ku lihat , sementara chika sedang di peluk oleh salah seorang Bibiku.
Mama keluar dari ruang Instalasi Gawat Darurat, melihatku Mama segera menghampiriku dan memelukku.
“ Vid, papa sangat parah, “ Mama berbisik di antara tangisannya.
Aku tak bisa berbicara apa-apa, air mataku telah membasahi baju Mama. Kami berpelukan sangat lama sampai Opa memisahkan kami dan menghibur kami, bahwa semua telah terjadi. Dan satu-satunya yang bisa kami perbuat hanyalah berdoa dan menyerahkan pada pengobatan yang di lakukan rumah sakit ini.
Selama hampir 6 jam papa di Instalasi Gawat Darurat dan kami tetap setia menjaga Papa. Aku tak sampai hati melihat keadaan papa sebab begitu aku mau masuk ruang IGD, kepalaku seperti pusing dan ingin pingsan. Opa tak mengijinkan aku ke ruang itu. Aku hanya mendengar keterangan dari paman serat bibi ku bahwa papa sampai saat ini belum sadar. Papa masih Koma.
Tuhan
Ku mohon kemurahan Mu
Ku mohon kasih sayang Mu
Jangan Kau ambil Papa
Kami belum siap menerimanya
Beri kami kesempatan
Untuk bersama Papa
Doa itu kulantunkan terus dalam hati, aku tak dapat membayangkan bila kami harus menerima kenyataan bahwa papa akan meninggalkan kami selamanya. Doa ku tak putus ku panjatkan. Setelah 3 hari papa di pindahkan dari ruang IGD ke ruang perawatan khusus, karena papa sampai saat itu belum juga bangkit dari Komanya.
Selama papa sakit aku tidak masuk sekolah, aku meminta ijin kepada pihak sekolah selama satu minggu. Demikian pun Chika. Kami membawa bapak Pendeta untuk mendoakan papa, agar Tuhan berkenan memberi kami kesempatan untuk berkumpul kembali. Meskipun Tuhan belum menjawab doa kami, tetapi kami tetap berdoa agar diberi suatu mukjizat untuk kami.
Tetapi Tuhan ternyata menambahkan kami cobaan. Saat hari ke empat Papa di rumah sakit, dan saat aku sedang beristirahat di samping papa, ponselku berdering. Clara memanggilku. Kasihan dia sudah empat hari aku tidak meneleponnya hanya beberapa pesan singkat saja ku kirim untuk dia. Dia pun maklum dan berdoa agar kondisi Papa bisa seperti semula.
“ Vid,” Suara clara dari seberang seperti gundah.
“ Ada apa sayang,” Jawabku seperti yang baiasa aku lakukan kala memanggil dia.
“ Bisa kita ketemu?”
“ Ada apa, aku masih menjaga papa,”
“ Kalau begitu akau akan ke rumah sakit, ada yang harus aku bicarakan dengan mu,”
“ Tak bisa di Telepon sekarang?’
“ Tak bisa Vid, sesuatu yang penting,”
“ Baiklah , aku tunggu di rumah sakit yah,”
Ponsel ku matikan. Dan aku tak ingin menduga apa yang akan di beritahukan Clara. Aku masih fokus pada Papa yang sampai sekarang masih koma.
Clara mengirim pesan bahwa dia telah berada di depan rumah sakit. Aku beranjak dari kamar papa yang sekarang telah ada bibiku yang menjaganya. Aku segera mencari Clara, dan ku temukan dia di depan rumah sakit dengan tatapan seperti bingung.
“ Kita bicara di kantin rumah sakit saja yah,”
Clara mengangguk pelan. Kami pergi ke kantin rumah sakit. Kami mencari tempat duduk yang sekiranya nyaman untuk kami bicara berdua. Setelah memesan beberapa menu aku menanyakan ada apa sebenarnya.
“ Ada apa sayang, kamu kok pucat?”
“ Vid, aku mau berterus terang, tapi kamu janji jangan pernah meninggalkan aku,”
“ Lho, aku belum tahu masalahnya sayang,”
“ Aku hamil vid,”
Petir menyambar di siang yang panas ini. Aku melihat kekiri ke kanan berharap tidak ada yang mendengar pembicaraan kami. Aku binggung harus bicara apa, dan harus mengambil solusi seperti apa.
“ Vid, sekarang bagaimana, aku tak mau orang tua ku tahu, aku takut vid,”
“ Kamu tahu dari mana kamu hamil,”
“ Aku sudah terlambat bulan, dan aku tadi iseng mengambil tes kehamilan milik mama, ternyata aku positif Vid, aku takut.”
Aku semakin bingung, aku harus bagaimana. Aku tertunduk lesu. Clara mulai meneteskan air mata. Aku tak tega melihat dia menangis. Ku merapatkan diri padanya dan memeluknya.
Bibi tiba-tiba datang menemuiku.
“ Vid, telpon mamamu, bibi telpon oma opa, papamu sedang sekarat,”
Dalam keadaan bingung tak ku hiraukan lagi Clara. Aku segera menelpon mama agar ke rumah sakit. Aku segera beranjak dari kantin dengan meninggalkan uang di meja dan aku tarik tangan Clara untuk segera ke ruangan Papa. Sesampai di rung Papa ku dapati para perawat dan dokter telah berada di ruangan. Tak sampai sepuluh menit Oma, Opa ,Mama, Chika dan Paman serta keluarga lainnya datang. Kami semua berada di ruangan papa. Aku melihat Nafas papa semakin lemah dan sampai suatu ketika denyut nadi papa berhenti.
Mama berteriak histeris,Chika menangis meraung. Semua menangis hanya aku yang terdiam membisu. Cobaan ini bagiku terlalu berat.Mengapa Tuhan tak mendengar doa kami, doa pendeta kami. Ku persalahkan Tuhan, mengapa sedemikian teganya mengambil orang yang kami sayangi saat kami masih membutuhkan dia. Aku meninju dinding kamar . Clara memelukku sambil menangis dan memintaku bersabar.
Aku terduduk di sudut kamar, aku tak menangis. Tak ada air mata yang keluar dari pipiku. Semua memelukku, semua membisikkan kata menghiburku. Dan semua bilang bahwa Papa telah tiada. Tak ada kesedihan, tak ada kedukaan yang ada hanyalah kemarahan mengapa semuanya bisa terjadi pada diriku dan keluargaku. Ku mencari biang kekesalan dan kemarahanku. Dan aku tahu siapa yang paling bersalah diantara semua kemalanganku. TUHAN.
*************************
Kuperhatikan dalam-dalam silet yang berada di tangan ku. Inikah cara yang akan di gunakan Tuhan untuk menghukumku.
Telah seminggu papa di kebumikan, dan sebanyak hari itu juga kemarahan ku dan kebingunganku akan kehamilan Clara. Tak ada yang tahu, hanya selalu Clara menanyakan bagaimana jalan keluarnya. Aku sangat bingung dan sedih, marah semua bercampur menjadi satu.
Kalau memang tak ada cara yang dapat ku tempuh mungkin cara ini yang paling baik. Aku akan menyusul Papa, dan di sana aku akan protes kepada Tuhan, mengapa semuanya bisa terjadi pada diriku.
Ku bayangkan wajah Papa, Mama, Chika dan Clara. Maafkan aku Pa, aku tak sanggup lagi untuk menghadapinya. Maafkan aku Ma, aku tak bisa menjaga Mama dan Chika. Maafkan aku Clara aku hanya seorang pengecut yang tak bisa berbuat apa-apa. Tapi tak akan ku maafkan Kau Tuhan yang telah merengut kebahagiaan dari sisiku.
Aku menggores silet yang ku pegang tadi ke pergelangan tanganku. Darah segar mengucur terasa sakit, perih. Dunia sekelilingku berputar, kelam, gelap dan hanya sebuah kesakitan yang luar biasa merambah seluruh tubuhku.
************************
Cahaya itu datang, menyilaukan. Semuanya berwarna putih. Dimanakah aku? Apakah aku telah meninggal ? Mengapa tidak ada lagi rasa sakit ? dan mengapa aku seorang diri di tempat ini ?
Pertanyaan demi pertanyaan terlontar dalam benakku. Tak ada jawaban dan tak ada yang menjawab. Hanya tiba-tiba sesosok yang datang dari kejauhan memakai baju semua serba putih. Semakin lama semakin mendekati aku. Tapi wajahnya tertutup kabut hingga ku tak dapat melihat dan mengenali siapa dia. Semakin lama semakin mendekat. Dan aku mengenalinya . PAPA.
“ Papa,”
Papa tersenyum kearahku
“ Papa, aku ingin ikut papa,” Kataku dengan suara serak ingin menangis.
“ Mengapa David, Papa pergi karena papa telah sampai waktunya.”
“ Tapi aku ingin pergi dengan Papa,”
“ Saat mu belum tiba nak, Papa tak bisa mengajakmu pergi bersama sekarang, jika memang saatmu telah tiba Papa akan datang menjemputmu dan kita bisa bersama,”
“ Tapi mengapa sekarang belum saatnya Pa,”
“ Masih banyak tugas yang kamu harus laksanakan nak, tidak kah kau ingat Mama dan Chika yang masih sangat membutuhkanmu, tak ingatkah kau akan Clara dan calon manusia yang berada dalam rahimnya. Nak mengapa kamu mengambil jalan yang buruk? Tuhan masih memberimu kesempatan tetapi kamu buang kesempatan itu dengan setan memasuki pikiran mu. Belum saat nya kamu berada di sini tapi kamu telah memaksakan diri untuk di sini. Tuhan tak akan pernah menerima jika kamu memaksakan dirimu untuk pergi ke dunia yang lain. Semua ada masanya anakku. Kembalilah nak sebelum terlambat, yakinkan pada dirimu bahwa kamu ingin diberi kesempatan kedua oleh Tuhan. Minta ampunlah pada Nya. Semua keberkahan akan mengiringimu di Dunia nak.Kembalilah nak sekarang belum saatnya.”
Aku menangis, ku lihat Papa menjauhiku ,sambil ku lihat Papa juga berlinang air mata.
Tuhan jika memang ini belum saatnya bagiku,
Alangkah bodohnya diriku telah mengikuti perkataan setan yang membelengguku.
Maafkan aku Tuhan
Diriku memang sangat lemah tanpa penjagaan Mu
Berikan kesempatan kedua bagiku Tuhan
Hingga ku akan abdikan Hidupku untuk Mu
Dan ku baktikan hidupku pada orang-orang sekelilingku
Berikan aku Kesempatan kedua Tuhan
Aku Mohon
Terbayang wajah Mama, Chika, terlebih Clara. Rasa sesal yang sangat dalam membelengguku. “Aku ingin kembali, Tuhan Berikan Kesempatan Kedua untukku ”. Kuteriakkan kata itu sekuat-kuatnya hingga terasa seluruh sendi ku terasa sakit dan seluruh tubuhku menggigil.Semua nay tiba-tiba gelap. Cahaya itu tak ada lagi. Yang kurasa hanya sakit yang teramat sangat.
***************************
“ Ma, kak david menangis ma,” Ku dengar Suara Chika.
“ Terima kasih Tuhan, Kau dengar doaku,” Suara mama agak parau ku dengar.
Perlahan ku buka kelopak mataku, cahaya membuat mataku perih. Ku picingkan mataku, samar-samar kulihat semua yang mengelilingiku. Ada Mama, Chika, Bapak Pendeta, Oma , Opa, dan beberapa orang lainnya. Ku dengar mereka serentak mengatakan Haleluyah. Semua terharu, ku lihat mama segera menciumku. Chika memeluk erat tubuhku. Sementara oma dan Opa tersenyum padaku.
“ Keajaiban telah datang anakku,” Kata Bapak Pendeta.
Aku masih bingung, tapi aku bersyukur ternyata Tuhan memberiku kesempatan Kedua. Tak terasa air mataku jatuh. Tuhan, Engkau memang sangat sayang padaku. Ampuni aku Tuhan yang telah menafikkan Mu.
Dari keterangan mama aku mencoba bunuh diri, untung saja waktu itu pembantuku ke kamarku dan mendapatiku telah bergelimang darah. Segera di panggil Mama dan membawaku ke rumah sakit. Aku sempat koma selama dua hari. Dan selama dua hari itu tak henti-hentinya mama memanjatkan doa agar aku bisa sembuh. Aku memang telah menganiaya diriku sendiri.
Dua hari berselang setelah sadar ku dari koma, mama datang bersama Chika dan Clara beserta orang tua Clara. Mereka satu persatu memelukku.
“ Vid, mengapa kau tega mau meninggalkan mama dan Chika?” kata mama.
“ Kamu tahu Vid, mama sangat membutuhkan kamu karena papa telah tiada. Siapa yang akan menjaga kami vid kalau bukan dirimu. Mama dan Chika sangat berharap kamu tidak melakukannya lagi. Mama sangat menyayangimu ,”
Aku terdiam terharu mendengar kata-kata mama.
“ Vid, tak ingatkah kamu padaku, pada calon anak kita, mengapa kamu ingin meninggalkannya ? Papa dan Mama sudah mengetahuinya dan pertama kali ku beri tahu mereka marah besar, tapi setelah melihat keadaanmu seperti ini mereka luluh juga . Kita akan segera menikah Vid,” Clara mendatangiku dan mengelus wajahku.
Aku memandang ke arah Mama, Chika dan kedua orang tua clara. Mereka semua mengangguk. Ya Tuhan Anugerah apa lagi yang kau berikan pada hamba Mu. Begitu besar kasih mu. Ingin ku peluk Clara saat itu, tapi tak bisa dengan selang infus masih menempel di tanganku. Aku tersenyum kepada mereka , dan dengan suara serak ku kataka. Terima kasih.
Dan Terima kasih Tuhan, Mukjizatmu telah Nyata dengan Kesempatan Kedua yang Kau beri untukku.
Terima Kasih Sudah Mampir, Jangan Lupa Komen danCendolnya Gan!
Baca Juga :Kunci bahagia Kemenangan Semu Suatu Pagi
Diubah oleh bangrobby1372 03-07-2024 11:13


namakuve memberi reputasi
1
113
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan