Kaskus

Story

bangrobby1372Avatar border
TS
bangrobby1372
MAAFKAN AKU AYAH…..
    
Brakk …….

Pintu kamar dengan kasar ku tutup meninggalkan bunyi yang tak enak di dengar. Masih sempat sayup-sayup terdengar ocehan ayah, aku tak ingin mendengarnya lagi. Aku dan ayah memang sempat bersitegang hebat barusan. Masalah sepele memang tapi buatku itu adalah masalah yang sangat besar. Aku menginginkan untuk melanjutkan kuliahku untuk menjadi sarjana penuh di sebuah Universitas ternama sementara ayah memintaku untuk kuliah di sebuah Universitas yang tidak terlalu ternama. Alasannya ya apalagi kalau bukan biaya.

Akhirnya kami tak sepakat dan dengan marah aku mengatakan lebih baik tak kuliah jika kemauanku tak di turuti. Dan seperti biasa ayah akan memulai mengisahkan kisah hidupnya yang harus membanting tulang pada masa dia kuliah. Aku sudah bosan mendengarnya dan memutuskan untuk tidak mendengarnya dengan pergi ke kamar. Kami berdua memang memiliki sifat yang sama keras kepala, dan Ibu lah yang sering menjadi penengah diantara kami.

Selain keras kepala aku adalah anak yang sangat manja dan ingin semua keinginanku di turuti. Mungkin karena aku adalah anak pertama yang sering di manja sejak kecil. Semuanya memanjakan diriku mulai kakek, nenek sampai paman dan bibi ku. Entahlah mungkin karena aku pada waktu itu adalah cucu, anak dan keponakan laki-laki pertama, dan bisa jadi karena aku sedari kecil sakit-sakitan.

Sejak kejadian hari itu aku memboikot tak ingin berbicara dengan ayah selama seminggu lebih. Kegiatanku setiap hari hanya menghabiskan waktu dengan bermain basket dan kadang browsing serta chatting di Warnet. Kadang aku malas berada di rumah karena pasti akan bertemu dengan ayah.

Ibuku berkali-kali membujuk diriku agar bisa mengerti keadaan ekonomi keluarga, sebab bukan hanya aku saja yang saat ini membutuhkan biaya untuk sekolah. Masih ada dua adikku yang masih duduk di Sekolah Menengah Umum dan Sekolah Dasar.

Memang sekarang ayah memiliki pekerjaan yang cukup baik sehingga ayah memintaku untuk melanjutkan kuliah ku yang dulu hanya sempat kuliah setingkat Diploma. Ayahku meminta untuk meneruskan sampai ke tingkat sarjana. Berkali-kali ibu membujukku dan itu membuat aku luluh. Aku menerima untuk kuliah di perguruan tinggi yang tidak sesuai keinginanku tapi aku harus di berikan fasilitas yang aku butuhkan saat kuliah. Ternyata ayah menyanggupinya dan suasana kami pun menjadi cair kembali.

Sebenarnya aku kasihan pada ayah sebab menurut ibu, ayah sempat menitikkan air mata ketika aku yang tidak mau menegurnya. Aku pun sangat merasa berdosa mengapa sampai setega itu aku terhadap ayahku. Tetapi tetap saja tak menyurutkan aku untuk meminta segala fasilitas yang bagus ketika nanti akan kuliah.

Kebiasaan ku browsing dan chatting di internet membuat aku memiliki banyak sahabat dari berbagai pelosok nusantara . Ada beberapa teman yang sering aku ajak untuk berbagi masalah kami bersama. Walau tak saling mengenal secara langsung tetapi ada sedikit kelegaan bila mengungkapkan masalah pada seseorang.

Yang sering bertukar pikiran dengan diriku adalah seorang teman yang usianya sekitar 15 tahun lebih tua dariku. Namanya Mas Tito, yang ku tahu dia telah memiliki keluarga dan dia bekerja di suatu tempat yang mengharuskan dirinya meninggalkan keluarganya. Terkadang dia menceritakan bagaiman rasa rindu dan kangennya pada keluarganya. Tapi apa boleh buat keadaan yang memaksa untuk berpisah dengan mereka yang di cintai demi masa depan keluarganya.

Kadang aku teringat dengan diriku sendiri, sebab dulu pun ayah sering meninggalkan kami untuk mencari nafkah. Aku sering menceritakan masalah yang ada padaku, dan mas Tito sering memberi gambaran bagaimana aku harus bersikap. Hubungan kami sudah sedemikian akrabnya dan aku sudah menganggap dia sebagai kakak yang bisa untuk berbagi cerita dan masalah yang sering masing-masing kami hadapi .

Terkadang kami saling menceritakan masalah kami melalui telepon, dan darinya ku tahu betapa berat nya menjadi orang yang jauh dari keluarga. Bagi Mas Tito keluarga adalah yang nomor satu. Mas Tito telah banyak mengalami peristiwa dalam kehidupannya, pahit dan getir telah di laluinya. Kadang aku berkaca apakah ayahku dahulu memiliki rasa seperti mas Tito jika jauh dari keluarga.



**************************



Sebulan masa perkuliahanku telah ku lewati, dan aku tetap meminta fasilitas seperti motor, buku dan laptop untuk menunjang perkuliahanku. Aku tak mau tahu dengan semuanya yang aku tahu adalah aku harus memilikinya. Kadang aku terlalu egois pada diriku sendiri sehingga aku tak pernah berpikir bahwa sifatku tersebut menyakiti orang lain. Dan yang ku sakiti adalah ayah dan ibu ku.

Hingga suatu ketika terbukalah mataku. Saat itu jam menunjukkan pukul 12.00 siang, dan ada keinginan untuk menelpon mas Tito karena sudah lama tak mendengar khabarnya.

“ Halo Mas,” Kataku ketika ku dengar suara mas Tito di seberang sana.

“ Ya dik Rio, ada apa nih, bagaimana khabarmu juga,”

“ Baik saja Mas, kalau mas sendiri bagaimana?”

“ Tidak terlalu baik dik,”

“ Memang ada masalah mas?”

“ yah sedikit masalah dik, sejak resign sampai sekarang mas belum menemukan pekerjaan lagi. Dan masalahnya semakin berat dengan adanya masalah dalam keluargaku. Sepertinya ini merupakan ujian dari Tuhan sebab dahulu ketika aku mengalami masa yang menyenangkan aku berkutat pada diri dan keluargaku sendiri sampai suatu ketika timbul ketakutan akan keadaan keluarga dan kehilangan keluarga. Sekarang apa yang aku takutkan terjadi dan itu membuat aku berfikir bahwa mas selama ini menjadi orang yang sangat egois hanya mementingkan diri sendiri dan keluarga tanpa pernah melihat dan memperdulikan orang sekitar,” Mas Tito membeberka secara panjang lebar.

“ Tapi itu kan memang kewajiban sebagai kepala rumah tanggakan mas yang harus memikirkan keadaan keluarganya,” kataku.

“ memang benar dik, tetapi jika kita terlalu memikirkan hanya keluarga kita, rasanya terlalu egois sampai tidak memperdulikan orang lain,”

“ Contohnya seperti apa Mas?”

“ Contohnya saja dahulu jika ada seseorang yang meminta pertolongan pasti mas berpikir, ada pengaruhnya tidak sama keluarga mas jika menolong orang ini, jadi walaupun menolong kan sudah tidak ada keikhlasan dalam diri mas. Dan akhirnya Tuhan membalikkan semuanya, sekarang mas yang membutuhkan pertolongan orang lain. Itulah cara Tuhan membukakan Mata dan hati Mas.”

“ Benar juga sih mas, tapi mas harus tabah.”

“ Harus dik, namanya juga cobaan.”

“ Mas aku boleh bertanya sesuatu?”

“ Silahkan dik, mau tanya apa?”

“ Bagaimana perasaan mas ketika suatu ketika anak mas meminta sesuatu dan tidak bisa mewujudkannya ?”

“ Sangat sedih dik, seakan mas tidak bisa membahagiakan keluarga. Dan itu bisa jadi pukulan yang sangat berat untuk setiap orang tua.”

“ Apakah mas marah dengan anak mas ?”

“ Tak ada orang tua yang marah dengan anaknya dik, walau anaknya telah melakukan sesuatu yang mungkin memalukan keluarga. Tidak ada bekas anak dalam hidup. Baik buruknya seorang anak tetap dia menjadi anak.”

Aku segera terbayang kejadian ketika aku bertengkar dengan ayah, wajar memang saat itu ayah menitikkan air mata, semuanya karena bentuk sayang dan cinta ayah pada keluarga. Ayah berusaha memberi yang terbaik bagi anak-anaknya. Semakin lama aku semakin merasa bersalah pada ayah.

“ Halo dik, kok diam,” Suara mas tito dari seberang mengagetkan aku dari lamunanku.

“ Eh…..nggak apa-apa mas, sudah dulu ya aku mau kuliah lagi.”

“ Ok dik, selamat belajar dan jangan sia-siakan kesempatan yang di berikan oleh orang tuamu.”

“ Ya Mas.”

Aku mematikan handphone ku dan kembali menuju ke kelas sambil mengingat kembali peristiwa yang telah terjadi antara aku dengan ayah. Dan aku kembali merenungi sifatku yang terkadang membuat ayah dan ibuku tersakiti. Aku jadi sadar bahwa selama ini mereka sangat menyayangi aku.

Seharusnya aku merasa beruntung memiliki orang tua yang peduli terhadap pendidikan anak-anaknya, dan memberi segala nya tanpa aku harus bersusah payah mencari sendiri. Ayah, ibu maafkan aku jika selama ini sering menyusahkan dan sering meminta yang berlebihan pada kalian.

Untuk itu semua aku tak ingin mengecewakan kalian . Aku akan belajar dengan sungguh-sungguh untuk menjadi seseorang yang dapat membahagiakan dan membanggakan kalian.


Terima Kasih Sudah Mampir, Jangan Lupa Komen danCendolnya Gan!


Baca Juga :Kunci bahagia Kemenangan Semu Suatu Pagi Kesempatan Kedua
Diubah oleh bangrobby1372 03-07-2024 10:23
penyukabiruAvatar border
namakuveAvatar border
namakuve dan penyukabiru memberi reputasi
2
72
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan