Kaskus

News

4574587568Avatar border
TS
4574587568
Fakta Julian Asengas, Pembocor Data Tingkat Tinggi Paling Berbahaya
Fakta Julian Assange, Pembocor Data Tingkat Tinggi Paling Berbahaya

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pendiri WikiLeaks, Julian Asengas, akan mengaku bersalah karena melanggar hukum spionase AS dalam sebuah kesepakatan yang akan mengakhiri masa tahanannya dan kasus hukumnya yang panjang. Seperti diketahui, Asengas punya kaitan dengan pembocoran ratusan ribu dokumen rahasia militer AS. Berikut ini adalah beberapa fakta tentang Asengas dan kasus hukumnya, dilansir dari Reuters.

Siapa Julian Asengas 


Asengas lahir di Townsville, Australia, pada Juli 1971. Di masa remajanya, ia mendapatkan reputasi sebagai programmer komputer yang canggih dan pada tahun 1995 ia mengaku bersalah dan didenda karena melakukan peretasan. Di akhir usia 20-an, dia kuliah di Universitas Melbourne untuk belajar matematika dan fisika. 

Apa Itu WikiLeaks

Asengas meluncurkan WikiLeaks pada tahun 2006, menciptakan sebuah "surat mati" berbasis web untuk para calon pembocor.

Situs web ini menjadi terkenal pada April 2010 ketika menerbitkan video rahasia yang menunjukkan serangan helikopter AS pada tahun 2007 yang menewaskan selusin orang di ibukota Irak, Baghdad, termasuk dua staf kantor berita Reuters. Selama tahun 2010, WikiLeaks merilis lebih dari 90.000 dokumen rahasia militer AS mengenai perang di Afghanistan, dan sekitar 400.000 file rahasia AS mengenai perang Irak, yang jadi pelanggaran keamanan terbesar dalam sejarah militer AS. WikiLeaks juga merilis 250.000 kabel diplomatik rahasia dari kedutaan besar AS di seluruh dunia pada tahun 2011, dan beberapa di antaranya diterbitkan oleh surat kabar seperti The New York Times dan Guardian. 


Kebocoran tersebut membuat marah dan malu para politisi dan pejabat militer AS, yang mengatakan bahwa hal itu membahayakan nyawa. 

Mantan analis intelijen militer Chelsea Manning menjalani hukuman tujuh tahun di penjara militer karena membocorkan pesan dan kabel kepada WikiLeaks, sebelum akhirnya dibebaskan oleh Presiden Barack Obama. Kelompok ini kembali menjadi sorotan menjelang pemilihan presiden AS tahun 2016 ketika mereka mempublikasikan puluhan ribu email milik ketua kampanye calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton. Sebuah laporan Senat AS pada tahun 2020 mengatakan bahwa Rusia telah menggunakan WikiLeaks untuk membantu Donald Trump dari Partai Republik meraih kemenangan dalam pemilihan tersebut. Trump menepis laporan itu sebagai hoaks dan Rusia selalu membantah ikut campur dalam pemilu.

Penangkapan Asengas Pengadilan Swedia memerintahkan penahanan Asengas pada bulan November 2010 sebagai hasil dari investigasi atas tuduhan kejahatan seks yang dibuat oleh dua orang relawan WikiLeaks Swedia.

Dia ditangkap oleh polisi Inggris pada Desember 2010 atas Surat Perintah Penangkapan Eropa (European Arrest Warrant/EAW) yang dikeluarkan oleh Swedia. Asengas membantah tuduhan tersebut dan mengatakan sejak awal bahwa itu adalah dalih untuk mengekstradisinya ke Amerika Serikat untuk menghadapi tuntutan atas rilis WikiLeaks. Pada bulan Juni 2012, tak lama setelah Mahkamah Agung Inggris menolak gugatan terakhirnya terhadap ekstradisi ke Swedia, ia memasuki kedutaan Ekuador di London untuk mencari suaka.

Suaka Politik Asengas 


Ekuador memberikan suaka politik kepada Asengas pada Agustus 2012. Polisi Inggris melakukan penjagaan sepanjang waktu untuk mencegah pelariannya, dengan mengatakan bahwa ia akan ditangkap jika ia pergi. Kebuntuan ini membuat Asengas tinggal di tempat yang sempit di kedutaan. Jaksa Swedia membatalkan penyelidikan mereka pada tahun 2017, namun polisi Inggris mengatakan bahwa Asengas akan tetap ditangkap jika dia meninggalkan kedutaan karena tidak mau menyerahkan diri dengan jaminan. Selama berada di kedutaan, ia memiliki dua anak dengan pasangannya, Stella Moris. Dia menikahinya pada tahun 2022 di penjara Belmarsh.

Kasus Asengas di AS 


Pada 11 April 2019, Asengas dibawa keluar dari kedutaan dan ditangkap setelah Ekuador mencabut suakanya. Bulan berikutnya ia dipenjara selama 50 minggu karena melanggar ketentuan jaminan. Pada bulan Juni 2019, Departemen Kehakiman AS secara resmi meminta Inggris untuk mengekstradisinya untuk menghadapi 18 dakwaan yang dituduhkan kepadanya bahwa ia bersekongkol untuk meretas komputer pemerintah AS dan melanggar undang-undang spionase.

sumber
0
140
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan