Kaskus

Story

rumahnovelAvatar border
TS
rumahnovel
BAU KERINGAT TUKANG SAYUR

Bau keringat tukang sayur itu begitu candu. Setelah suamiku pergi kerja, dan anakku sudah kuantarkan ke sekolah, tukang sayur itu akan lewat. Meskipun sayur di rumahku sudah cukup, akan kucari-cari alasan untuk menghentikannya dan membeli satu dua jenis bahan makanan kepadanya, hanya karena ingin menghirup bau keringatnya yang pesing namun bagiku terasa nikmat.

Namanya Pak Ardi. Setiap pagi, ia mendorong gerobaknya yang penuh dengan sayuran segar menyusuri jalanan kompleks perumahan kami. Langkahnya berat, tapi senyumannya selalu ringan, menyapa setiap ibu rumah tangga yang keluar untuk berbelanja. Tidak ada yang tahu persis dari mana asalnya atau bagaimana kisah hidupnya, tetapi semua orang mengenalnya sebagai tukang sayur yang jujur dan ramah.

Hari ini, seperti biasa, aku menunggu di depan pagar rumah setelah memastikan bahwa suamiku sudah benar-benar berangkat kerja. Tak lama kemudian, suara roda gerobak Pak Ardi terdengar mendekat. Bau keringatnya segera menyapa hidungku sebelum aku melihat sosoknya. Entah mengapa, ada sesuatu yang menenangkan dari aroma itu, seperti campuran kelelahan, kerja keras, dan ketulusan.

"Selamat pagi, Bu Sari," sapa Pak Ardi dengan senyuman yang khas.

"Pagi, Pak Ardi. Hari ini bawa apa saja?" tanyaku, meskipun aku tahu aku tidak benar-benar membutuhkan apa-apa.

Pak Ardi mulai menyebutkan jenis sayuran yang dibawanya. Aku memilih beberapa, meski tidak terlalu memerlukan. Selagi Pak Ardi membungkus sayuranku, aku mencuri pandang padanya. Ada sesuatu dalam sorot matanya yang membuatku merasa terhubung. Seakan-akan di balik tubuh yang lelah dan keringat yang bercucuran itu, ada jiwa yang hangat dan penuh cerita.

Suamiku, Andi, seorang eksekutif muda yang sibuk, jarang ada di rumah. Hubungan kami baik-baik saja, tapi ada kekosongan yang tidak pernah bisa kujelaskan. Mungkin itulah mengapa kehadiran Pak Ardi, dengan segala kesederhanaannya, terasa begitu menenangkan. Bau keringatnya seakan membawaku ke dunia yang berbeda, dunia yang jauh dari hiruk-pikuk kehidupan kota dan kesibukan sehari-hari.

Hari-hari berlalu dengan rutinitas yang sama. Aku mulai mengenal Pak Ardi lebih dalam, tentang keluarganya yang tinggal di desa, tentang mimpinya untuk menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi. Setiap cerita yang dibagikannya menambah rasa hormatku padanya. Di balik keringat dan kerja kerasnya, ada cinta dan pengorbanan yang begitu besar.

Suatu hari, ketika aku tengah menikmati bau keringat Pak Ardi yang biasa, ia tiba-tiba terhuyung dan hampir jatuh. Aku segera menangkapnya dan membantunya duduk di bangku teras rumahku.

"Pak Ardi, kenapa? Apa bapak sakit?" tanyaku panik.

Pak Ardi tersenyum lemah. "Tidak apa-apa, Bu Sari. Mungkin saya hanya kelelahan."

Aku memaksanya untuk beristirahat sejenak dan memberinya segelas air. Saat itu, aku melihat wajahnya yang pucat dan tubuhnya yang semakin kurus. Ada rasa khawatir yang menjalar di hatiku. Bau keringatnya yang biasa menenangkan, kini terasa seperti pertanda bahaya.

Sejak kejadian itu, aku mulai lebih perhatian pada kondisi Pak Ardi. Setiap pagi, aku memberinya makanan dan minuman sebelum ia melanjutkan perjalanan. Meskipun ia selalu menolak, aku memaksanya untuk menerima. Bagiku, bau keringatnya bukan hanya tentang ketertarikan aneh yang tak bisa kumengerti, tetapi juga tentang kepedulian dan persahabatan yang tumbuh di antara kami.

Suatu pagi, Pak Ardi tidak muncul. Aku merasa gelisah dan khawatir. Keesokan harinya, aku mendengar kabar bahwa ia jatuh sakit dan tidak bisa bekerja. Hatiku remuk. Aku tahu aku harus melakukan sesuatu.

Bersama beberapa ibu rumah tangga lain di kompleks, kami menggalang dana untuk membantu pengobatan Pak Ardi. Kami mengunjungi rumahnya dan memberikan dukungan moral. Ketika akhirnya ia sembuh dan kembali bekerja, ada rasa haru yang mendalam di hatiku.

Kini, setiap kali aku mencium bau keringat Pak Ardi, aku tidak lagi merasakan ketertarikan aneh itu. Yang ada hanyalah rasa syukur dan hormat yang mendalam. Bau keringat itu adalah simbol dari keteguhan hati, kerja keras, dan cinta seorang tukang sayur yang begitu berarti dalam hidupku.

Dalam kesederhanaan dan kejujuran Pak Ardi, aku menemukan makna hidup yang sesungguhnya. Dan meskipun hidup terus berjalan dengan segala hiruk-pikuknya, bau keringat tukang sayur itu akan selalu mengingatkanku pada keindahan yang tersembunyi di balik kerja keras dan pengorbanan.
bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
1
54
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan