- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Panas Ancaman Perang di Laut China Selatan, RI Bakal Terseret?


TS
4574587568
Panas Ancaman Perang di Laut China Selatan, RI Bakal Terseret?

Jakarta, CNBC Indonesia - Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik, Daniel Kritenbrink menyebut situasi di Laut Cina Selatan pada hari Sabtu (22/6/2024) kemarin sangat memprihatinkan. Ia mengatakan, tindakan China di jalur perairan yang disengketakan baru-baru ini sangat mengganggu stabilitas.
Melansir Reuters, komentar itu dikatakan Kritenbrink saat berkunjung ke Hanoi, di tengah meningkatnya ketegangan antara China dan Filipina di Laut Cina Selatan, yang mana Vietnam juga merupakan salah satu pihak yang mengklaimnya.
"Kami berpendapat bahwa tindakan China, khususnya tindakan baru-baru ini, di sekitar Second Thomas Shoal, berhadapan dengan Filipina adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab, agresif, berbahaya, dan sangat mengganggu stabilitas," kata Kritenbrink dikutip dari Reuters, Minggu (23/6/2024).
Kritenbrink menyampaikan bahwa AS akan terus mendukung sekutunya Filipina. Ia menambahkan bahwa Washington juga telah menjelaskan, baik secara publik maupun pribadi, kepada Beijing bahwa kewajiban perjanjian pertahanan bersama dengan Filipina sangat ketat.
Sementara itu, pada hari Jumat (21/6/2024) para pejabat Filipina mengatakan, mereka tidak mempertimbangkan untuk menerapkan perjanjian pertahanan bersama dengan AS setelah menuduh Tiongkok secara agresif mengganggu misi pasokan di Laut Cina Selatan yang disengketakan awal bulan ini.
Namun, Kementerian Luar Negeri Tiongkok membantah pernyataan Filipina, dan juru bicaranya mengatakan pada hari Kamis (20/6/2024) bahwa tindakan yang diambil adalah tindakan yang sah, profesional, dan tidak tercela.
"Kami pikir setiap negara di kawasan ini, termasuk Tiongkok, perlu menghormati hukum internasional dan perlu berperilaku bertanggung jawab di bidang maritim," kata Kritenbrink.
Tiongkok mengklaim hampir seluruh Laut Cina Selatan, yang merupakan jalur perdagangan kapal tahunan senilai lebih dari US$3 triliun, termasuk sebagian yang diklaim oleh Filipina, Vietnam, Indonesia, Malaysia, dan Brunei.
Pada tahun 2016, Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag mengatakan klaim Tiongkok tidak memiliki dasar hukum, namun keputusan tersebut ditolak oleh Beijing.
Vietnam dan Amerika Serikat secara resmi meningkatkan hubungan mereka menjadi kemitraan strategis yang komprehensif, yang merupakan tingkat tertinggi peringkat diplomatik Vietnam. Hubungan kemitraan ini dilakukan selama kunjungan Presiden Joe Biden ke Hanoi pada bulan September tahun lalu.
Kritenbrink mengatakan, pembaruan ini merupakan hal yang bersejarah dan penting, dan ia ingin mempertahankan momentum untuk memastikan bahwa semua perjanjian yang dicapai dilaksanakan.
"Kami tetap percaya bahwa kemitraan AS-Vietnam tidak pernah sekuat ini," pungkasnya.
sumber
0
95
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan