Kaskus

News

4574587568Avatar border
TS
4574587568
Krisis Properti China Makin Ngeri, Ini Bukti Barunya
Krisis Properti China Makin Ngeri, Ini Bukti Barunya

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis properti di China semakin parah. Hal ini terlihat dari anjloknya harga rumah baru di Negeri Tirai Bambu.

Data resmi menunujukkan harga rumah baru di China turun paling cepat dalam lebih dari 9,5 tahun di Mei 2024. Menurut perhitungan Reuters berdasarkan data Biro Statistik Nasional (NBS), harga turun 0,7% pada Mei dari bulan sebelumnya. 

Angka ini menandai penurunan bulan ke-11 berturut-turut. Ini pun menjadi penurunan paling tajam sejak Oktober 2014.

Secara tahunan, harga rumah baru turun 3,9% di April 2024, dibandingkan sebelumnya 3,1%. Harga rumah baru turun di hampir semua 70 kota yang disurvei oleh NBS. 

Secara terpisah, angka resmi juga menunjukkan investasi properti turun 10,1% dalam lima bulan pertama di 2024 dari tahun sebelumnya, setelah turun 9,8% pada Januari-April. Penjualan rumah turun lebih cepat pada Januari-Mei.

Sektor properti China yang terlilit utang, yang dulunya merupakan mesin utama pertumbuhan ekonomi negara tersebut, telah dilanda beberapa krisis sejak pertengahan tahun 2021. Ini termasuk pengembang yang gagal membayar utang dan menunda pembangunan proyek perumahan yang telah terjual sebelumnya.
Sementara pihak berwenang telah meningkatkan langkah-langkah untuk menopang sektor properti yang dilanda krisis. Termasuk memfasilitasi 300 miliar yuan (Rp676 triliun) untuk membersihkan persediaan perumahan yang besar, memangkas pembayaran uang muka, dan melonggarkan aturan hipotek.

Namun, analis yakin langkah-langkah ini tidak akan banyak membantu menyerap persediaan perumahan yang besar. Pencabutan pembatasan pembelian rumah di kota-kota besar mungkin akan semakin meredam sentimen pembelian di kota-kota kecil.

"Kebijakan terbaru telah mendorong pasar rumah bekas di kota-kota besar, tetapi masalah likuiditas perusahaan real estat belum mereda dan krisis kepercayaan di pasar rumah baru belum teratasi," kata ekonom senior di Economist Intelligence Unit, Xu Tianchen.
Perlu diketahui China telah menetapkan target pertumbuhan sekitar 5% tahun ini. Namun angka itu dianggap ambisius oleh banyak ekonom.
China tahun lalu mencatat salah satu tingkat pertumbuhan tahunan terburuk sejak tahun 1990, meskipun tiga bulan pertama tahun 2024 melampaui ekspektasi. Dana Moneter Internasional (IMF) sendiri baru-baru ini meningkatkan prospeknya untuk tahun ini sehubungan dengan janji langkah-langkah dukungan yang lebih banyak.
Selain masalah properti, China juga kini menghadapi tantangan ekonomi dengan menurunnya permintaan konsumen. Kepala bank sentral China (PBoC) Pan Gongsheng mengatakan perekonomian sedang berjuang dengan permintaan efektif yang tidak mencukupi, sirkulasi domestik yang tidak lancar, dan meningkatnya kompleksitas, keparahan dan ketidakpastian lingkungan eksternal.


sumber
0
190
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan