Sumber Gambar

Sumber Gambar

OPINI TS

Menurut TS, pernyataan IJtima Ulama Fatwa bahwa pengucapan salam dari berbagai agama bukanlah bentuk toleransi yang benar telah memicu diskusi luas di masyarakat. Pandangan ini berangkat dari keinginan untuk menjaga kemurnian ajaran Islam dan mencegah kebingungan di kalangan umat Muslim. Bagi sebagian orang, pandangan ini sejalan dengan upaya menjaga identitas dan keyakinan agama yang kuat. Namun, pertanyaan muncul apakah pendekatan ini justru mempersempit ruang bagi dialog antarumat beragama yang inklusif dan harmonis.

Menghormati keyakinan masing-masing agama adalah inti dari toleransi. Namun, dalam konteks keberagaman Indonesia, tindakan seperti pengucapan salam lintas agama sering dilihat sebagai simbol penghormatan dan persahabatan. Memahami dan menghormati tradisi orang lain tidak berarti mengorbankan keyakinan sendiri, tetapi justru menunjukkan keterbukaan dan saling menghargai. Ketika pemimpin agama menyatakan bahwa pengucapan salam lintas agama tidak sesuai, mereka mungkin mengabaikan nilai simbolis dari tindakan ini dalam mempromosikan kebersamaan.

Keputusan IJtima Ulama Fatwa ini juga dapat dilihat sebagai respons terhadap ketakutan akan asimilasi budaya dan agama yang dapat mengancam identitas Islam. Namun, ada argumen bahwa identitas agama yang kuat tidak perlu selalu dilindungi melalui isolasi, melainkan dapat diperkuat melalui interaksi yang sehat dan dialog yang konstruktif dengan pemeluk agama lain. Toleransi seharusnya mencakup kemampuan untuk berdiri kokoh dalam keyakinan sendiri sambil tetap membuka ruang untuk mendengarkan dan menghormati keyakinan orang lain.

Selain itu, pandangan yang terlalu kaku terhadap bentuk toleransi bisa berdampak negatif pada upaya membangun kerukunan antarumat beragama di Indonesia. Negara ini dikenal dengan keragaman agamanya, dan salah satu kekuatannya adalah kemampuan masyarakatnya untuk hidup berdampingan dengan damai meskipun memiliki perbedaan keyakinan. Menganggap pengucapan salam lintas agama sebagai hal yang tidak benar bisa menghambat inisiatif-inisiatif yang bertujuan mempererat hubungan antarumat beragama.

Pada akhirnya, pernyataan IJtima Ulama Fatwa ini menyoroti tantangan dalam menemukan keseimbangan antara menjaga kemurnian ajaran agama dan mempromosikan toleransi yang inklusif. Sementara menjaga identitas agama adalah hal yang penting, demikian juga membangun jembatan komunikasi dan pemahaman di antara berbagai komunitas agama. Toleransi sejati mungkin memerlukan lebih dari sekadar membatasi diri dari tradisi orang lain; ia membutuhkan keterlibatan aktif dalam dialog yang menghormati dan mengakui keberagaman sebagai kekuatan, bukan ancaman.

Sumber Valid (baca baik-baik):
Link Referensi 1 , Link Referensi 2