- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Sejarah dan Budaya Ikan Mola-Mola di Jepang: Dari Pembayaran Pajak hingga Konservasi


TS
littlesmith
Sejarah dan Budaya Ikan Mola-Mola di Jepang: Dari Pembayaran Pajak hingga Konservasi
Halo, Gansis. Pernahkah kalian mendengar tentang ikan mola-mola atau yang dikenal sebagai "マンボウ" (manbō) di Jepang? Ikan unik ini bukan hanya menarik perhatian karena bentuknya yang aneh dan ukurannya yang besar, tapi juga memiliki sejarah panjang dan peran penting dalam budaya Jepang. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana ikan mola-mola digunakan sebagai alat pembayaran pajak pada masa Edo, serta bagaimana ikan ini dihargai dalam seni, mitos, dan upaya konservasi modern.
Ikan mola-mola, atau yang dikenal sebagai マンボウ" (manbō) dalam bahasa Jepang, adalah salah satu spesies ikan laut yang paling unik dan menarik. Mola-mola memiliki tubuh yang hampir datar dengan kulit yang kasar dan berduri. Mereka bisa mencapai berat antara 247 hingga 1.000 kg (545–2.205 lbs) dan panjang hingga 3,3 meter (11 kaki). Ikan ini ditemukan di perairan temperate dan tropis di seluruh dunia, termasuk Jepang, sering kali terlihat berjemur di permukaan laut untuk mengatur suhu tubuh mereka.
Pada masa periode Edo (1603-1868) di Jepang, sistem pajak yang digunakan sangat kompleks dan melibatkan berbagai komoditas, termasuk hasil laut. Di beberapa wilayah pesisir, ikan mola-mola digunakan sebagai bentuk pembayaran pajak kepada penguasa lokal atau pemerintah shogun. Karena ukurannya yang besar dan nilai ekonomisnya yang tinggi, ikan ini dianggap sebagai komoditas berharga. Tradisi ini mencerminkan pentingnya sumber daya laut dalam perekonomian lokal serta upaya masyarakat untuk memanfaatkan alam sekitar mereka.
Penggunaan ikan matahari sebagai pajak membantu komunitas pesisir memaksimalkan sumber daya alam mereka dan mendorong pengembangan teknik penangkapan yang lebih baik. Ikan ini juga memiliki nilai simbolis, sering kali dianggap sebagai lambang keberuntungan dan kemakmuran.
Ikan mola-mola telah lama muncul dalam seni dan literatur Jepang, termasuk dalam ukiyo-e (seni cetak kayu Jepang). Mereka sering digambarkan sebagai simbol keunikan dan keanehan alam. Dalam beberapa mitos dan legenda Jepang, mola-mola dikaitkan dengan nasib baik atau kebijaksanaan, menggambarkan mereka sebagai makhluk penuh misteri dan keajaiban.
Jepang memiliki sejarah panjang dalam penelitian ilmiah mengenai mola-mola. Peneliti telah mempelajari perilaku, pola migrasi, dan reproduksi ikan ini. Upaya konservasi di Jepang saat ini fokus pada melindungi mola-mola dari ancaman seperti bycatch (tertangkap secara tidak sengaja dalam jaring ikan), pencemaran laut, dan perubahan iklim. Program konservasi juga bertujuan menjaga populasi ikan ini dan habitat mereka.
Ikan mola-mola juga memainkan peran penting dalam industri pariwisata laut di Jepang. Di beberapa tempat seperti Okinawa, wisatawan dapat mengikuti tur untuk melihat mola-mola di habitat alami mereka. Akuarium besar di Jepang, seperti Akuarium Okinawa Churaumi dan Akuarium Kaiyukan Osaka, memelihara mola-mola sebagai bagian dari pameran laut mereka. Ini memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk belajar lebih banyak tentang kehidupan laut dan pentingnya konservasi.
Dengan modernisasi dan reformasi Meiji pada akhir abad ke-19, sistem pajak berbasis komoditas seperti ikan matahari mulai ditinggalkan. Pajak lebih sering dibayar dengan uang tunai seiring dengan berkembangnya ekonomi dan perubahan dalam struktur pemerintahan. Kini, ikan mola-mola lebih dihargai sebagai bagian dari keanekaragaman hayati laut dan subjek penelitian ilmiah daripada sebagai alat pembayaran.
Sumber ;
Referensi pribadi
Gambar
1, 2
Spoiler for Pic 1:
Ikan mola-mola, atau yang dikenal sebagai マンボウ" (manbō) dalam bahasa Jepang, adalah salah satu spesies ikan laut yang paling unik dan menarik. Mola-mola memiliki tubuh yang hampir datar dengan kulit yang kasar dan berduri. Mereka bisa mencapai berat antara 247 hingga 1.000 kg (545–2.205 lbs) dan panjang hingga 3,3 meter (11 kaki). Ikan ini ditemukan di perairan temperate dan tropis di seluruh dunia, termasuk Jepang, sering kali terlihat berjemur di permukaan laut untuk mengatur suhu tubuh mereka.
Spoiler for Pic 2:
Pada masa periode Edo (1603-1868) di Jepang, sistem pajak yang digunakan sangat kompleks dan melibatkan berbagai komoditas, termasuk hasil laut. Di beberapa wilayah pesisir, ikan mola-mola digunakan sebagai bentuk pembayaran pajak kepada penguasa lokal atau pemerintah shogun. Karena ukurannya yang besar dan nilai ekonomisnya yang tinggi, ikan ini dianggap sebagai komoditas berharga. Tradisi ini mencerminkan pentingnya sumber daya laut dalam perekonomian lokal serta upaya masyarakat untuk memanfaatkan alam sekitar mereka.
Penggunaan ikan matahari sebagai pajak membantu komunitas pesisir memaksimalkan sumber daya alam mereka dan mendorong pengembangan teknik penangkapan yang lebih baik. Ikan ini juga memiliki nilai simbolis, sering kali dianggap sebagai lambang keberuntungan dan kemakmuran.
Ikan mola-mola telah lama muncul dalam seni dan literatur Jepang, termasuk dalam ukiyo-e (seni cetak kayu Jepang). Mereka sering digambarkan sebagai simbol keunikan dan keanehan alam. Dalam beberapa mitos dan legenda Jepang, mola-mola dikaitkan dengan nasib baik atau kebijaksanaan, menggambarkan mereka sebagai makhluk penuh misteri dan keajaiban.
Jepang memiliki sejarah panjang dalam penelitian ilmiah mengenai mola-mola. Peneliti telah mempelajari perilaku, pola migrasi, dan reproduksi ikan ini. Upaya konservasi di Jepang saat ini fokus pada melindungi mola-mola dari ancaman seperti bycatch (tertangkap secara tidak sengaja dalam jaring ikan), pencemaran laut, dan perubahan iklim. Program konservasi juga bertujuan menjaga populasi ikan ini dan habitat mereka.
Ikan mola-mola juga memainkan peran penting dalam industri pariwisata laut di Jepang. Di beberapa tempat seperti Okinawa, wisatawan dapat mengikuti tur untuk melihat mola-mola di habitat alami mereka. Akuarium besar di Jepang, seperti Akuarium Okinawa Churaumi dan Akuarium Kaiyukan Osaka, memelihara mola-mola sebagai bagian dari pameran laut mereka. Ini memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk belajar lebih banyak tentang kehidupan laut dan pentingnya konservasi.
Dengan modernisasi dan reformasi Meiji pada akhir abad ke-19, sistem pajak berbasis komoditas seperti ikan matahari mulai ditinggalkan. Pajak lebih sering dibayar dengan uang tunai seiring dengan berkembangnya ekonomi dan perubahan dalam struktur pemerintahan. Kini, ikan mola-mola lebih dihargai sebagai bagian dari keanekaragaman hayati laut dan subjek penelitian ilmiah daripada sebagai alat pembayaran.
Sumber ;
Referensi pribadi
Gambar
1, 2






blacklegsanjai dan 3 lainnya memberi reputasi
4
627
58


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan