Kaskus

Entertainment

iqbalballeAvatar border
TS
iqbalballe
Skenario 2 Putaran Pilkada Jakarta dan Netralisir Jabar Menguji Loyalitas Golkar
Skenario 2 Putaran Pilkada Jakarta dan Netralisir Jabar Menguji Loyalitas Golkar


Sumber : Republika


Peta konstelasi politik nasional terkini sedang terkonsentrasi penuh pada sejumlah aspek yang erat kaitannya dengan Pilkada Jakarta, Jabar, Ridwan Kamil, dan Golkar.

Upaya menciptakan pertarungan para bintang di Pilkada Jakarta yang dibarengi upaya menetralisir Jawa Barat dari potensi dipimpin oleh figur yang berpeluang maju menjadi capres di 2029 kian memanas.

Terkait hal itu, terlihat pula upaya keras Golkar untuk meyakinkan Koalisi Gemoy terhadap loyalitasnya kepada Prabowo – Gibran, yang tertuang dari berbagai peristiwa berikut ini.

Mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengaku pasti maju dalam Pilkada Serentak 2024 dari Partai Golkar.

Namun demikian, kepastian di wilayah mana dia mencalonkan diri dan berpasangan dengan siapa kemungkinan baru akan terlihat pada Juli nanti.

"Putusan ini lebih relevan bulan Juli, karena sudah mengerucut," ucap dia ketika ditemui di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Jumat, 31 Mei 2024.

Sumber : https://nasional.kompas.com/read/202...oogle_vignette

Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini juga menegaskan belum ada kepastian dirinya maju sebagai calon gubernur dalam ajang Pilkada Jakarta 2024.

RK, sapaan Ridwan Kamil, menyatakan jika memang sudah pasti maju maka sudah banyak bertebaran baliho politik bergambar dirinya di Jakarta.

"Saya kan enggak ada baliho [di Jakarta], kecuali jualan skin care kan? Kalau saya udah naga-naganya Jakarta, kan mungkin ada spanduk lah, apa lah, deklarasi lah, tapi kan belum," ujar RK.

Sumber : https://kabar24.bisnis.com/read/2024...a-jakarta-2024

Selain itu, RK juga berkomentar terkait isu duet keponakan Prabowo Subianto, Budisatrio Djiwandono dengan putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep, yang kabarnya akan diusung pada Pilkada Jakarta 2024.

RK yang akrab juga disapa Emil menganggap isu-isu semacam itu biasa saja dan tak begitu menentukan siapa calon resmi yang akan diusung partai.

"Pokoknya sampai pada pengumuman resmi selalu ada plot twist, itu garis bawahnya," kata dia.

Namun demikian, Emil mendoakan yang terbaik untuk Budi – Kaesang apabila memang maju pada Pilkada Jakarta 2024.

"Jadi saya mendoakan aja kalau ternyata Mas Budi-Mas Kaesang jadi di takdirnya ya mungkin itu garis tangan, ya," ungkap eks Wali Kota Bandung itu.

Sumber : https://nasional.kompas.com/read/202...elalu-ada-plot

Dari berbagai pernyataan RK di atas menunjukkan bahwa RK sendiri tampak enggan maju Pilkada Jakarta.

Namun Golkar, khususnya dari sisi Airlangga Hartarto dan faksinya tampak menyambut baik dorongan Demokrat dan PAN untuk mengusung Ridwan Kamil ke Pilkada Jakarta.

Sumber :
https://jakartaglobe.id/news/ridwan-...orial-election
https://www.idntimes.com/news/indone...a-jakarta-2024

Dua situasi di atas menunjukkan Ridwan Kamil sedang memasang sikap mendua antara memilih Pilkada Jakarta dan Pilkada Jabar.

Namun Golkar tampak berupaya keras menunjukkan loyalitas kepada Prabowo – Gibran melalui sikapnya yang selaras dengan Demokrat dan PAN untuk mendorong RK maju Pilkada Jakarta.

Menguatnya wacana duet PKS – PDIP mengusung Anies – Ahok maupun Anies – Prasetyo ke Pilkada Jakarta, akan menjadi penentu vital bagi urgensi mendorong RK ke Pilkada Jakarta, didasari beberapa faktor.

Sumber :
https://nasional.kompas.com/read/202...karta?page=all
https://wartakota.tribunnews.com/202...ilkada-jakarta

Aturan Pilkada sama dengan Pilpres, dimana untuk mendorong skenario 2 putaran, tidak boleh ada paslon yang suaranya melebihi 50% + 1 suara.

Sumber : https://jdih.kpu.go.id/data/data_pkp...016%20BARU.pdf

Pileg Jakarta 2024 menghasilkan PKS (1,01 juta suara) dan PDIP (850 ribu suara), sehingga duet keduanya di Pilkada Jakarta 2024 baru meraih 1,86 juta suara (30,6%).

Duet Gerindra (728 ribu suara) dan PSI (465 ribu suara) menghasilkan 1,19 juta suara (19,66%).

Koalisi Golkar (517 ribu suara), PAN (455 ribu suara), dan Demokrat (444 ribu suara) menghasilkan 1,42 juta suara (23,33%).

Sumber : https://www.cnnindonesia.com/nasiona...il-pemilu-2024

Merujuk kalkulasi tersebut, Nasdem (545 ribu suara) dan PKB (470 ribu suara) jika berkoalisi dengan PKS dan PDIP akan mencapai angka 47,4 % dari total suara Pileg Jakarta 2024 sebanyak 6,067 juta suara.

Oleh karenanya, siasat belah diri Koalisi Gemoy di Pilkada Jakarta menjadi Duet Gerindra – PSI (Budisatrio – Kaesang) dan Koalisi Golkar – PAN – Demokrat (Ridwan Kamil – Cawagub), akan berguna untuk menyerap Nasdem dan PKB agar tidak bersatu di barisan duet PKS – PDIP.

Sebab, jika terbentuk koalisi PKS – PDIP – Nasdem – PKB (2,87 juta suara / 47,4 %), maka akan sukar dikalahkan karena Koalisi Gerindra – Golkar – PSI – PAN – Demokrat ( 2,61 juta suara / 43,01 %).

Dengan demikian, menciptakan skenario Pilkada Jakarta 2 Putaran lebih masuk akal bagi Koalisi Gemoy Prabowo – Gibran, baik untuk memenangkan Pilkada Jakarta, maupun untuk memastikan netralisir Pilkada Jabar (RK tidak maju Pilkada Jabar).

Dorongan menciptakan laga para bintang di Pilkada Jakarta untuk menyerahkan tahta Jakarta sebagai Provinsi Ekonomi Terkuat (meski bukan provinsi populasi terkuat) kepada Golkar, menjadi urgensi tersendiri guna mencegah pecahnya Koalisi Gemoy.

Sebagaimana diulas pada berbagai thread/tulisan terdahulu, bahwasannya:

Kontribusi besar Golkar di Pilpres 2024 akan menyebabkan Golkar menguasai kabinet (menteri terbanyak) dan legislatif (kursi terbanyak kedua di DPR RI).

Jika dua leverage Golkar ini kemudian dilengkapi dengan Golkar dibiarkan mengendalikan Jawa Barat di bawah RK (setelah memenangkan Pilkada Jabar 2024), kemudian pada akhir tahun Ketum Baru Golkar jatuh pada figur yang siap menantang Prabowo – Gibran di 2029, maka akan membuat penguasaan Golkar di Kabinet (Eksekutif) – DPR (Legislatif) – Jabar (Provinsi strategis Pilpres 2029), sebagai modal untuk menggoyang pemerintahan Prabowo – Gibran 2024 s/d 2029 demi Golkar mencapreskan Ridwan Kamil di Pilpres 2029.

Sumber :


Situasi ini yang mendorong adanya upaya memberikan tahta Jakarta kepada Golkar dan Ridwan Kamil, alih-alih membiarkan Golkar kembali kuasai Jawa Barat.

Kendati demikian, efek dari digelarnya karpet kuning kepada Ridwan Kamil dan Golkar menguasai Jakarta, akan berimplikasi multidimensional terhadap posisi tawar Budisatrio Djiwandono dan keluarga Jokowi.

Perhatikanlah aspek-aspek berikut

Jokowi dan keluarga tampak mengurungkan niatnya mengakuisisi Golkar lantaran untuk menyediakan karpet kuning kepada Jokowi menjabat Ketum Baru Golkar, harus mengubah AD/ART Golkar, yang berarti juga menyediakan jalan bagi Ridwan Kamil mengkudeta Ketum Golkar.

Pilihan kemudian jatuh kepada Gerindra, dimana langkah Bobby Nasution batal masuk Golkar dan memilih masuk Gerindra, diikuti dengan spekulasi duet Budisatrio Djiwandono dan Kaesang ke Pilkada Jakarta.

Jika paslon ini memenangkan Pilkada Jakarta, maka Golkar akan memberontak, namun akan memperkuat kans Budisatrio menjabat Ketum Baru Gerindra.

Jika paslon ini kalah di Pilkada Jakarta, maka Golkar dapat tahta Jakarta dan akan merelakan tahta Jabar, namun kans Budisatrio menjabat Ketum Baru Gerindra akan menyusut dan bisa diimbangi dengan potensi masuknya Gibran Rakabuming Raka ke dalam Gerindra untuk menjadi Ketumnya.

Kedua uraian di atas menunjuukkan ada kalkulasi yang perlu dilakukan dengan sangat hati-hati dalam upaya memusatkan laga para bintang ke Pilkada Jakarta, netralisir Jabar, dan Bursa Ketum Gerindra.

Sebab, konstelasinya seolah sedang mengarah pada situasi memilih antara Trah Jokowi vs Trah Gerindra vs Trah Golkar.

Bagaimana proyeksi hasil akhir dari tarik menarik ini, perlu melihat perkembangan selanjutnya.

Kuncinya akan terletak pada keputusan Golkar soal Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta vs Pilkada Jabar pada Juli 2024 mendatang.
olaolapeaAvatar border
jmosadikaAvatar border
aancepuAvatar border
aancepu dan 2 lainnya memberi reputasi
3
10.5K
14
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan